KH Husein Muhammad: Sejenak Mengenang Rumi Pulang (bagian 1)

Laduni.ID, Jakarta – Sampai di depan pintu itu, aku berhenti sejenak. Ada bayangan yang tiba-tiba melintas begitu saja di kepalaku. Aku membayangkan suasana saat-saat Maulana wafat. Dunia tenggelam dalam duka nestapa. Mereka menangis tersedu-sedu, kehilangan kekasih dan pujaan hatinya. Aku telah membaca sebuah buku “Min Balkh Ila Konya”, yang ditulis Badi’ al-Zaman Furuzanfar, spesialis Rumi dari Iran, Persia. Ia menceritakan situasi kepulangan Maulana itu seperti ini: 

اهل المدينة من صغير وكبير أخذوا جميعا بالتفجع والتأوه والصياح. الريفيون كذلك من الروم والترك, شقوا جيوبهم ألما عليه. حضر الجميع جنازته حبا له وعشقا. أهل كل دين صادقون فى محبتهم إياه. أناس كل أمة عاشقون له. قال قوم عيسى : إنه عيسانا. وقال قوم موسى : إنه موسانا. وقال المسلمون : إنه خلاصة الرسول ونوره . قالوا : إنه بحر عظيم وعميق 

Seluruh penduduk kota, besar, kecil, laki-laki dan perempuan berduka cita, tersedu-sedu, histeris. Orang-orang desa dari Roma dan Turki merobek-robek bajunya, mengekspresikan luka jiwa yang mendalam.

Mereka hadir mengantarkan jenazahnya, dalam suasana hati yang mencinta dan merindu. Para pemeluk berbagai agama sangat dan sungguh mencintainya. Semua bangsa merindukannya

Kaum Nasrani meneriakkan, “Oh, (penerus) Isaku.”

Kaum Yahudi meneriakkan, “Oh, (penerus) Musaku.”

Kaum Muslim menyebut, “Oh, engkau pamungkas penerus Nabi Muhammad dan pantulan cahayanya. Engkaulah samudera nan maha luas, maha dalam.”

Sampai kata-kata ini menunduk. Mataku tiba-tiba mengembang air bening. Hatiku diliputi rasa pilu dan rindu pada Maulana.

Kamis, 26 Agustus 2021

Oleh: KH Husein Muhammad


Editor: Daniel Simatupang

https://www.laduni.id/post/read/73015/kh-husein-muhammad-sejenak-mengenang-rumi-pulang-bagian-1.html