Negeri Maroko memang dikenal dengan julukan “Negeri seribu benteng“ atau ada yang bilang juga “Negeri matahari terbenam“. Mempunyai pesona alam dan keindahan yang tidak kalah dengan negara-negara eropa. Mempunyai sunset yang sempurna ketika sore hari menjelang waktu maghrib tiba. Bukan hanya kami saja yang menyaksikan dan menikmati keindahan itu, tapi warga lokal pun ikut bersenja ria.
Dari kalangan anak-anak sampai orang tua ikut menikmati pesona alam di pinggir pantai, biasanya dengan minum teh hangat, susu cokelat panas, atau kopi pahit. Ada juga yang menggelar tikar di rerumputan hijau sambil bercengkrama, bercanda tawa dan bahkan bermain musik ala Maroko meskipun iramanya kadang tidak pas dengan lagu, tapi saya tetap menikmatinya.
Di Maroko, kita tidak akan menemukan makanan dengan aroma dan rasa khas Indonesia, di Maroko kita tidak akan menemukan nasi uduk dicampur bakwan panas ditambah siraman sambal dan sayur yang sangat memanjakan lidah kita. Di Maroko tidak akan menemukan teh dicampur batu es yang segar, seperti di Indonesia. Kecuali ada event“ Indonesian day “ atau yang bisa kita sebut dengan pameran budaya Indonesia di beberapa kampus Maroko.
Di Maroko, banyak sekali kafe yang tersebar di kota manapun, mulai dari Casablanca, Marrakech, Rabat, Kenitra, sampai wilayah perbatasan pun pasti ada. Maka tak heran, warga Maroko setiap pagi hari, siang maupun sore bahkan malam pun kafe masih dipenuhi para pengunjung dan penikmat kopi ataupun teh. Sarapan mereka cukup dengan cemilan roti manis (halawiyyat), atau roti yang dibalut dengan cokelat (croissant).
Sambil melihat kendaraan yang berlalu lalang di depannya. Ada yang sambil menelpon sanak saudaranya, ada yang sambil membaca koran, ada yang sengaja membawa anaknya dan masih banyak lagi keunikan ala warga Maroko lainnya. Maka jangan merasa aneh jika tiba di Maroko kemudian kita ditawarkan bertamu ke rumah mereka, maka teh akan selalu ada menemani.
Tradisi minum teh di Indonesia sangat jarang sekali saya lihat, kecuali pada saat badan tidak merasa nikmat, masuk angin atau ketika kita sakit baru minum teh hangat. Beda dengan Maroko yang setiap waktu bisa kita temukan. Dituang dengan gelas yang kecil mungil, ditambah sedikit gula dan daun-daun herbal yang khusus disajikan untuk teh Maroko ini.
Daun herbal tersebut terbagi menjadi dua macam, ada yang disebut dengan daun “ Na’na’ “. Yang kedua disebut dengan “Syiibah“. Keduanya sudah pernah saya rasakan dan aromanya sangat harum dan hangat di tenggorokan plus ada sedikit pahit-pahit sepat. Awalnya agak aneh ketika meminumnya pertama kali, tapi lama kelamaan rasanya bisa bersahabat qo dengan kita.
Kami biasa menyebutnya adalah “athay bi al-Na’na’” yang menjadi minuman favorit yang membuat candu warga Maroko, tentu keunikan lainnya adalah cara penyajian di beberapa kafe dan rumah-rumah mereka. Penyajian ini hanya bisa dilakukan dengan orang-orang yang profesional dan ahli pada bidangnya, dan enggak sembarangan.
Cara penyajian teh ala Maroko sebagai berikut :
- Siapkan satu teko yang bersih untuk memanaskan teh sampai mendidih. Kemudian tuangkan ke dalam gelas kecil yang mungil .
- Ulangi cara yang sebelumnya, dengan menambahkan serbuk/daun teh di dalam teko, sambil digerakan ke kanan dan ke kiri sampai aromanya harum.
- Letakan daun na’na’ tadi dalam sebuah gelas kecil sambil menunggu teh yang dipanaskan. Tambahkan gula juga sesuai takarannya di dalam teko tersebut.
- Setelah teh mendidih dan siap dituangkan, hendaknya kita gerakan tekonya kembali untuk memastikan gulanya merata.
- Setelah masing-masing gelas sudah siap dengan daun na’nanya, maka teh siap dituang dan diminum. (sumber: dailymedicalinfo.com)
Begitulah tradisi nge-teh ala Maroko dengan segala keruwetan dan keunikannya, semoga teman-teman semua bisa mampir dan melancong ke Maroko, ya. Slogan yang sering diucapkan warga Maroko mengatakan begini :
” إذا كنتَ في المغرب، فلا تستغرِب ”
Jika kamu sedang di Maroko, janganlah merasa aneh, mari minum teh…
https://alif.id/read/mrjn/jalan-jalan-ke-maroko-yuk-saya-ajak-ngeteh-ala-warga-maroko-b239932p/