Daftar Isi Biografi Imam Abu Bakar Sakran
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Wafat
1.3 Keluarga
1.4 Nasab Beliau
2. Teladan
2.1 Sosok yang Banyak Ibadah, dan Gelar As-Sakran (Mabuk)
4. Referensi
Laduni.ID, Jakarta – Beliau As Sayyid Syeikh Al Imam Al Qudwah Al Waliyus Shalih Fakhruddin Abu Bakar bin Syeikh Abdurrahman Assegaf.
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
Beliau lahir di kota Tarim Beliau dibesarkan dan dididik dalam rumah kemuliaan, ketaqwaan dan ilmu.
1.2 Wafat
Beliau Imam Abu Bakar Sakran wafat di Tarim pada tahun 821 H.
1.3 Keluarga
Imam Abu Bakar Sakran dikarunia lima orang anak laki, yaitu: Muhammad al-akbar, Hasan, Abdullah, Ali, dan Ahmad. Dari ketiga anaknya yang bernama Abdullah, Ali dan Ahmad menurunkan keluarga al-Aydrus, Syahabuddin, al-Masyhur, al-Hadi, al-Wahath, al-Munawar.
1.4 Nasab Beliau
Sayyidinal Imam Abu Bakar As-Sakran bin Syeikh al Ghauts Abdurrahman As-Seggaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali bin Alwi Al-Ghoyur bin Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-‘Uraidhi bin Ja’far Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Siti Fatimah Az-Zahro binti Muhammad SAW )
2. Teladan
2.1 Sosok yang Banyak Ibadah, dan Gelar As-Sakran (Mabuk)
Beliau digelari As-Sakran (mabuk), karena beliau mabuk cintanya kepada Allah swt. Pernah selama sebelas bulan tidak tidur siang maupun malam, meski demikian beliau masih memperdengarkan hadrahna.
Beliau seringkali tak sadarkan diri saat berdzikir kepada Allah, berdoa, bertawasul kepada para wali. Beliau banyak berperasangka baik dan mendoakan anak anaknya, suatu kali pernah dinyalakan di bawah beliau api yang panas saat berada di Mihrabnya waktu itu musim yang sangat panas, beliau malah mengeluhkan kedinginan dan begitu juga di musim panas.
3. Karamah Beliau
Beliau adalah seorang wali Allah yang mempunyai berbagai macam karamah yang luar biasa. Beliau berasal dari keturunan Al-Ba’alawi. Sebahagian dari karamahnya pernah diceritakan bahawasanya pernah ada dua orang yang datang ke kota Tarim (Hadhramaut) dengan maksud mengunjungi setiap orang terkemuka dari keluarga Al-Ba’alawi yang berada di kota tersebut.
Setibanya di suatu masjid jami’ keduanya dapati Syeikh Abu Bakar sedang bershalat di masjid tersebut. Setelah shalat Jum’at selesai keduanya menunggu keluarnya Syeikh Abu Bakar dari masjid.
Namun beliau tetap duduk beribadah dalam masjid sampai hampir matahari terbenam. Kedua orang itu merasa lapar, tapi keduanya tidak berani beranjak dari masjid sebelum bertemu dengan Syeikh Abu Bakar. Tidak lama kemudian, Syeikh Abu Bakar Asseggaf menoleh kepada mereka berdua sambil berkata: “Ambillah apa yang ada dalam baju ini”. Keduanya mendapati dalam baju Syeikh itu sepotong roti panas. Roti tersebut cukup mengenyangkan perut kedua orang tersebut. Bahkan masih ada sisanya. Kemudian sisa roti itu barulah dimakan oleh Syeikh Abu Bakar”.
Ada seorang diceritakan telah meminang seorang gadis. Syeikh Abu Bakar ketika mendengar berita tersebut telah memberikan komentarnya: “Pemuda itu tidak akan mengawini gadis itu, ia akan kawin dengan ibu gadis tersebut”. Apa yang diceritakan oleh Syeikh Abu Bakar ersebut ternyata benar, kerana tidak lama kemudian ibu gadis itu diceraikan oleh suaminya. Kemudian pemuda itu membatalkan niat untuk mengawini gadis tersebut. Bahkan sebagai gantinya ia meminang ibu gadis tersebut.
Diceritakan pula bahwa ada serombongan tetamu yang berkunjung di Kota Tarim tempat kediaman Syeikh Abu Bakar Sakran. Tetamu itu tergerak di hatinya masing-masing ingin makan bubur gandum dan daging. Tepat waktu rombongan tetamu itu masuk ke rumah Syeikh Abu Bakar, beliau segera menjamu bubur gandum yang dimasak dengan daging. Kemudian sebagian dari rombongan tersebut ada yang berkata: “Kami ingin minum air hujan”. Syeikh Abu Bakar berkata kepada pembantunya: “Ambillah bejana itu dan penuhilah dengan air yang ada di mata air keluarga Bahsin”. Pelayan itu segera keluar membawa bejana untuk mengambil air yang dimaksud oleh saudagarnya. Ternyata air yang diambil ari mata air keluarga Bahsin itu rasanya tawar seperti air hujan.
Pernah diceritakan bahawasanya ada seorang Qadhi dari keluarga Baya’qub yang mengumpat Syeikh Abu Bakar Asseggaf. Ketika Syeikh Abu Bakar mendengar umpatan itu, beliau hanya berkata: “Insya-Allah Qadhi Baya’qub itu akan buta kedua matanya dan rumahnya akan dirampas jika ia telah meninggal dunia”. Apa yang dikatakan oleh Syeikh Abu Bakar tersebut terlaksana sama seperti yang dikatakan.
Ada seorang penguasa yang merampas harta kekayaan seorang pelayan dari keluarga Bani Syawiah. Pelayan itu minta tolong kepada Syeikh Abu Bakar Asseggaf. Pada keesokkan harinya penguasa tersebut tiba-tiba datang kepada pelayan itu dengan mengembalikan semua harta kekayaannya yang dirampas dan dia pun meminta maaf atas segala kesalahannya. Penguasa itu bercerita: “Alu telah didatangi oleh seorang yang sifatnya demikian, demikian, sambil mengancamku jika aku tidak mengembalikan barangmu yang kurampas ini”. Segala sifat yang disebutkan oleh penguasa tersebut sama seperti yang terdapat pada diri Syeikh Abu Bakar.
Diceritakan pula oleh sebagian kawannya bahawasanya pernah ada seorang ketika dalam suatu perjalanan di padang pasir bersama keluarganya tiba-tiba ia merasa haus tidak mendapatkan air. Sampai hampir mati rasanya mencari air untuk diminum. Akhirnya ia teringat pada Syeikh Abu Bakar Asseggaf dan menyebut namanya minta pertolongan. Waktu orang itu tertidur ia bermimpi melihat seorang penunggang kuda berkata padanya: “Telah kami dengar permintaan tolongmu, apakah kamu mengira kami akan mengabaikan kamu?” Waktu orang itu terbangun dari tidurnya, ia dapati ada seorang Badwi sedang membawa tempat air berdiri di depannya. Badwi itu memberinya minum sampai puas dan menunjukkannya jalan keluar hingga dapat selamat sampai ke tempat tujuan.
Terkadang beliau disaksikan di Ka’bah padahal beliau berada di kota Tarim. Beliau sangat dihormati dan dilebihkan daripada saudaranya yang lain oleh ayahnya dan banyak memujinya, begitu juga saudaranya Syeikh Umar Muhdar banyak memujinya, di antara keduanya terdapat kesamaan dalam rohaniah, rahasia dan kecintaan.
Memang beliau memiliki banyak karamah yang luar biasa, adik beliau Syeikh Umar Muhdar berkata tentang beliau : “Kalau kita semua wahai keluarga Abdurrahman Assegaf diletakkan dalam satu timbangan dan Abu Bakar berada pada timbangan yang lain pasti timbangan Abu Bakar lebih berat.”
Putera beliau Syeikh Al Imam Ali bin Abu Bakar memuji beliau dalam syairnya :
“Beliau sosok tercinta dan terpanggil kehadirat illahi dengan benar
Seperti Samnun dan Ma’ruf yang besar kedudukanya
Beliau memiliki kebesaran kedudukan yang tinggi
Dan Ismail yang memiliki kedudukan yang tinggi.”
4. Referensi
Riwayat Hidup Para Wali dan Shalihin (Penerbit: Cahaya Ilmu Publisher)
https://www.laduni.id/post/read/73396/biografi-imam-abu-bakar-sakran.html