“Sesungguhnya Aku
memberi dua cahaya kepada umat Muhammad (SAW), kedua-duanya akan menerangi dua
kegelapan”.
ARRAHMAH.CO.ID –Televisi swasta luar negeri baru
ini melaporkan sebuah event luar biasa di Abu Dhabi pada bulan Ramadhan, yaitu
hidangan ifthar atau takjil yang luar
biasa besar, super- big Ifthar! Tiap
hari Grand Mosque Abu Dhabi menyediakan banquet
paket buka puasa untuk 30.000-an orang selama Ramadhan. Satu paket berisi : nasi
biriyani sebagai asupan karbo, Salamah sejenih kudapan khas Abu Dhabi, sayuran,
buah apel, lalu yogurt atau laban,
jus buah, lengkap dengan air mineral. Hidangan ini menghabiskan 7000 kg beras, 10.000
kg ayam, 7000 kg sayur mayur, 6000 kg daging kambing muda. Yang dimasak oleh
350 koki dan 160 peramusaji, 450 staf pelayan. Setiap tahunnya, sekitar 5,5 juta pengunjung dari berbagai belahan dunia tertarik mengunjungi Grand Mosque ini. Masjid menjadi magnet sepesial bagi Musliam
terutama yang berpuasa. Hanya di bulan Ramadhan akan dijumpai pemandangan
Masjid begitu makmur, ramai dengan orang beribadah dan melakukan tilawah serta ngaji. Sesiapapun yang ingin mempedalami Islam dan wangi syiar
Ramadhan datangilah masjid-masjid.
Dalam kitab Mutiara Para Pemberi
Nasehat, Syaikh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy Syakir Al Khoubawi, dengan
mengutip dari “Durratul Wa’idhin”, mengisahkan ulang dialog Nabi Musa a.s.
dengan Allah SWT tentang keutamaan Ramadhan dan Al Quran yang diturunkan di
bulan suci itu. Musa memang salah satu nabi yang bisa berdialog langsung dengan
Allah, sehingga ia disebut juga “Kalimullah”. Begini kisahnya;
Allah berkata kepada Musa: “Sesungguhnya Aku memberi dua cahaya kepada
umat Muhammad (SAW), kedua-duanya akan menerangi dua kegelapan”. Maka
berkata Musa: “Apa dua cahaya itu, ya
Rabb?”
“Dua cahaya itu adalah Cahaya
Ramadhan dan Cahaya Al Quran”, demikian jawab Allah kepada Nabi Musa a.s. Lalu
Musa bertanya lagi; “Dan, apa dua
kegelapan itu, Ya Rabb?” Allah berkata: “Dua
kegelapan itu ialah kegelapan (alam) Qubur dan kegelapan Hari Kiamat.”
Rupanya Ramadhan dan Al Quran
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW diturunkan di bulan Ramadhan merupakan
dua cahaya kembar yang saling bungkus-membungkus (melengkapi) menjadi anugrah
utama bagi ummat Nabi Muhammad SAW. Sudah
banyak hadis yang diriwayatkan menyebutkan bahwa siapa yang dawam (terus-menerus) membaca Al Quran
maka ia kelak akan menjadi cahaya penerang di alam Qubur. Kuburan itu gelap, bukan karena memang di kuburan, terutama perkuburan
umum yang rada angker (hihi), tidak ada lampu atau alat penerang. Tapi memang
di alam Qubur sendiri gelap, secara
lahir pun. Karena itu beruntunglah sesiapa yang mendawamkan tilawatil Quran apalagi di Bulan
Ramadhan.
Hanya di Bulan Ramadhan juga,
muncul kesempatan dan moment “mewah”, Al Quran dibaca dan diresapi secara
bersama-sama. Di kampung-kampung ini disebut tadarus, atau bahasa awamnya darusan. Al Quran dikumandangkan mulai
dari Masjid sampai langgar atau mushalla. Biasanya dilakukan bakda tarawih. Gambaran ini
dapat dijumpai di perdesaan Jawa Timur, tapal kuda. Jika Anda kebetulan melakukan
perjalanan malam, pas bakda Isya’ atau Tarawih,
dari Surabaya hingga Banyuwangi Anda akan diperdengarkan lantunan tilawah
secara live dari masjid-masjid dan
langgar di sepanjang jalan. Tetapi di tempat lain, misalnya di Garut atau Jawa
Barat umumnya, Al Quran kadang ditilawahkan menjelang berbuka puasa, sambil ngabuburit kira begitulah. Di tempat lain
dibaca saat jelang Imsak hingga adzan Subuh.
Namun, yang sungguh menarik ialah
ketika Ramadhan nanti di hari kiamat menjadi cahaya penerang bagi umat Nabi
SAW. Terbayang kiamat itu ternyata gelap gulita, petheng dedhet. Saat Kiamat pun, kelak, Ramadhan akan datang dengan
rupa yang menawan—sebagaimana digambarkan dalam kitab Mutiara Para Pemberi
Nasehat ini. Ramadhan akan datang dengan wujud terbaik, indah, menawan lalu
bersujud di hadapan Allah, kelak di Hari Kiamat. Lalu Allah berkata kepadanya, Mintalah apa yang menjadi hajatmu dan
gamitlah tangan orang yang telah tahu akan hak mu (Ramadhan ber-Haq dipuasai, artinya puasa itu wajib di bulan Ramadhan) [Baca: Asal-Muasal Wajib Puasa
di Bag. 1 dan umat sebelumnya menerima perintah puasa Ramadhan di Bag. 2].
Lalu Ramadhan berputar
berkeliling mencari orang yang berhak. Maka dia mengambil tangan orang yang
telah tahu akan hak ramadhan darinya (mereka yang berpuasa di bulan Ramadhan),
dan dia berhenti di hadapan Allah SWT. Lalu Allah bertanya kepada Ramadhan, “Apa yang kamu inginkan?” Ramadhan berkata, “Aku ingin Engkau memahkotainya dengan Mahkota kemuliaan (Al Waqar)”.
Maka lalu Allah memahkotainya dengan seribu mahkota kemuliaan. Dan ia memberi
syafaat kepada 70.000 para pendosa berat. Allah kemudian mengawinkannya dengan
seribu bidadari yang mana setiap
bidadari memiliki 70.000 sifat kemolekan. Kemudian Allah menaikkan orang yang
tahu akan hak Ramadhan itu ke atas Bouraq,
tunggangan terbaik Surga.
Lalu Allah bertanya lagi kepada
Ramadah, “Apa yang kamu inginkan lagi?”
“Aku ingin Engkau menurunkannya bersama bidadari
itu ke hadapan Nabi –Mu (Nabi Muhammad SAW),” jawab Ramadhan. Maka orang itu
diturunkan di surga Firdaus (Surganya nabi-nabi dan para rasul). Lalu Allah
bertanya kesekian kalinya, “Apalagi yang
kau inginkan, Ramadhan?” “Engkau telah melimpahkan dan berkenan memberi
hajatku, duhai Tuhanku. Lalu dimana lagi kemurahan-hati Mu?” kata Ramadhan.
Lalu Allah memberinya seratus kota yang terbuat dari permata Yaqut berkilauan kemerah-merahan
dan permata Zabarjadah yang memukau kehijau-hijaun dan di dalam setiap kota itu dibangunkan seribu
gedung istana. (besambung) []
*) Alumnus PPs Kyai Syarifuddin, Lumajang Jawa Timur.
https://www.arrahmah.co.id/2021/04/bunga-bunga-ramadhan-dua-cahaya-kembar.html