Laduni.ID, Jakarta – Gresik, kota tujuan kami berikutnya untuk dikunjungi. Di tanah Gresik inilah terdapat maqbarah Kanjeng Sunan Gresik, atau Syaikh Maulana Malik Ibrahim, atau Kakek Bantal. Kami tiba di Gresik pukul 13:40, diteruskan sholat Dzuhur berjamaah di masjid depan makam Kanjeng Sunan. Arah baratnya masjid ini persis berhadapan dengan makam Adipati Gresik pertama yakni Kyai Tumenggung Poesponegoro. Mungkin sang Adipati ini masih satu kurun kehidupannya dengan Kanjeng Sunan Gresik.
Berbeda dengan makam sang wali lainnya, makam Sunan Gresik begitu terbuka meski diaubi joglo, dan kita pun merasa nyaman untuk bersimpuh di dekat beliau. Ada tiga makam yang berjejer dengan Kanjeng Sunan, antara lain makam Sayyidah Fatimah (istri Sunan Gresik), dan Syaikh Maulana Mahfoedz (mungkin putranya).
Ketika dzikir tahlil, saya tiba-tiba meneteskan air mata, bukan sedih bukan pula haru. Tapi ini mungkin karena rindu yang terobati. Betapa keinginan untuk menziarahi beliau ini sudah lama sekali sejak 2013 silam, baru ini terlaksana. Kebetulan ini adalah makam Wali Allah yang juga figur awal dakwah Islam di tanah Jawa. Sebelum para wali dalam majlis Wali Songo berdakwah di peloksok kampung seluruh Jawa.
Maulana Malik Ibrahim merupakan wali songo yang pertama kali masuk ke Jawa, terkenal dengan sebutan Sunan Gresik, karena bermukim dan di kuburkan di daerah Gresik Jawa Timur. Sunan Gresik mulai menyebarkan Islam pasca perang Paregreg, perang yang dipicu perebutan tahta Majapahit.
Kedatangannya pada 1391 disambut baik Prabu Wikramawardhana, penguasa Kerajaan Majapahit kala itu, namun Sang Sunan tetap diperbolehkan menyebarkan agama Islam di wilayah Wilatikta. Sunan Gresik memulai dakwah di daerah Sembalo, Gresik, sekarang bernama Leren. Ia menggunakan cara pendekatan pada masyarakat melalui pergaulan.
Kelahiran Syaikh Maulana Malik Ibrahim ini tidak banyak diketahui, namun putra Syaikh Jumadil Qubro berasal dari Gujarat, dan ada yang mencatat asal dari Samarkandi. Sang Syaikh ini juga adalah dzurriyatnya Rasulullah SAW dari jalur Jamaludin Adzmat Khan.
Saat pertama datang ke Sembalo, ia melihat seorang wanita yang akan dijadikan tumbal meminta hujan. Ia mendekat dan memberitahu bahwa cara mereka salah, Sunan Gresik hampir dihajar massa. Baru 2 langkah mendekat, kaki mereka melemas tanpa sebab. Setelah itu Sunan Gresik dan lima muridnya melakukan shalat Istisqa, tak berselang lama hujan pun turun. Warga yang senang berniat menyembah Sunan Gresik. Namun Sunan Gresik melarangnya, ia meminta warga untuk bersyukur kepada Allah SWT.
Selain penyebaran Islam melalui cara bergaul, beliau juga menggunakan cara pengobatan gratis. Sunan Gresik, tak pernah membedakan golongan masyarakat yang ada, sebab saat itu sistem kasta tengah berlaku di masyarakat. Kemampuan Sunan Gresik didengar oleh raja Majapahit, beliau pun diminta menyembuhkan sakit istri raja, dan sembuh.
Cara-cara dakwah lain yang dilakukan Sunan Gresik melalui bercocok tanam, bertani, dan berdagang, sehingga warga tidak merasa dipaksa masuk Islam (Febriansyah Ariefena: 2021). Inilah sisi lain dari pribadi sang sunan yang memiliki keistimewaan, haibah, dan karomah
Sang wali besar ini tutup usia pada 7 April 1419, dan dimakamkan di desa Gapurosukolilo, Gresik. Bersamaan denganya makam istrinya, yakni Sayyidah Fatimah.
Saya yang hina dan bodoh ini, ingin sekali meneguk tetesan manisnya berkah dari Kanjeng Sunan Gresik, ingin pula bermandikan lembut rasa keramatnya. Amin.
Gapurosukolilo, 25 November 2021
Oleh: Hamdan Suhaemi, Wakil Ketua PW GP Ansor Banten dan Ketua PW Rijalul Ansor Banten
Editor: Daniel Simatupang
https://www.laduni.id/post/read/73800/ziarah-wali-songo-maqbarah-sunan-gresik.html