Sabtu 15 Januari 2022 kemarin, Mahasiswa Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah (MATAN) provinsi Maluku baru selesai memperingati Hari Lahir (Harlah) MATAN yang ke-10. Kegiatan ini dilaksanakan di masjid kampus Universitas Pattimura (Unpatti) provinsi Maluku.
Peringatan Harlah MATAN ini merupakan yang paling pertama dilakukan di provinsi Maluku. Kegiatan ini mengangkat tema “Sholawatan dan Konsolidasi MATAN Maluku”. Sebagaimana tema tersebut, maka kegiatan ini dimaksudkan untuk mengkonsolidasikan diri anak-anak MATAN menyambut kegiatan Suluk yang akan diadakan pada bulan Februari 2022 mendatang.
Dalam peringatan Harlah MATAN ini, panitia melakukan persiapan selama satu minggu. Antusias panitia sangat tinggi, tampak dari keseriusan mempersiapkan konsumsi untuk tamu undangan, tempat kegiatan, hingga penyebaran pamflet ke sejumlah akun sosmed. Hasil kerja keras panitia ini terbayar oleh jumlah peserta yang hadir di luar prediksi, yakni 70 orang lebih.
Dari 70 orang itu, ada sekitar 40an mahasiswa yang sudah ber-thoriqoh, terdiri dari thorqioh Dasuqiyah dan thoriqoh Qadiriyah-Naqsyabandiyah. Kedua thoriqah ini termasuk yang paling populer dan diminati oleh kalangan anak muda di Maluku. Mereka semua hadir dalam peringatan Harlah MATAN di masjid kampus Unpatti kemarin.
Tampak hadir ialah Tuan Guru Choiruddin Talaohu selaku Mudir Jamíyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah (Jatman) provinsi Maluku. Beliau juga sekaligus mursyid thoriqoh Dasuqiyah. Selain itu, hadir juga Wakil Mudir Jatman yakni Tuan Guru Erwin Notanubun sekaligus mursyid thoriqoh Qadiriyah-Naqsyabandiyah perwakilan Suralaya. Serta hadir juga Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) provinsi Maluku yakni Tuan Guru Abdul Rahman Tuanaya.
Dalam tausyiah, Tuan Guru Choiruddin Talaohu menyampaikan bahwa solusi bagi anak muda di era sekarang ini ialah thoriqoh. Melalui thoriqoh, maka kita lebih memahami diri kita sebagai makhluk yang senantiasa merasa malu. Hal senada juga disampaikan oleh Tuan Guru Erwin Notanubun, bahwa thoriqoh ialah jalan pembersihan jiwa. Mahasiswa yang selalu merasa resah dan gersang jiwanya, maka melalui thoriqoh ini kita lebih merasa tenang dan damai sehingga problem sosial dapat teratasi. Dalam kesempatan yang sama, Tuan Guru Abdul Rahman Tuanaya juga menyampaikan bahwa, belakangan thoriqoh selalu identitk dengan ritual “orang tua-tua” (Lansia), tapi sekarang kita anak muda harus belajar ber-thoriqoh, karena inilah solusi di zaman sekarang ini.
Tausyiah yang disampaikan para Tuan Guru itu menitip pesan kepada peserta bahwa thoriqoh ialah solusi bagi permasalahan kehidupan kita sekarang ini. Olehnya itu, MATAN hadir sebagai solusi bagi anak-anak muda di bumi Maluku untuk mengatasi problem ke-diri-an dan problem ke-masyarakat-an. Dalam tausiyah itu, para Tuan Guru juga menitip pesan dari abah Habib Luthfi bin Yahya kepada sejumlah peserta yang hadir sekaligus yang sedang menyelami jalan thoriqoh bahwa “jangan kecewakan saya, jangan kecewakan saya, jangan kecewakan saya”. Pesan ini merupakan pesan moral yang bernilai spiritual kepada anak muda yang sedang menyelami jalan thoriqoh di bumi Maluku.
Setelah tausiyah yang disampaikan para Tuan Guru, maka agenda Harlah MATAN kemudian dilanjutkan dengan sholawatan dan pemotongan tumpeng sebagai tanda rasa syukur. Kegiatan Harlah MATAN yang ke-10 tahun ini ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Tuan Guru Abdul Rahman Tuanaya. Alhamdulillah, kegiatan Harlah MATAN yang ke-10 tahun ini berjalan penuh antusias dan harmonis.