Mengenal Kitab Syi’ir Penganten Anyar dan Tombo Ati

Permasalah seputar pernikahan dan rumah tangga selalu menarik diperbincangkan. Karena pernikahan menyangkut hubungan spesial antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, pernikahan juga menjadi babak baru hubungan antara suami istri dengan orang tua mereka, baik orang tua kandung maupun mertua.

Nah, kitab “Syi’ir Penganten Anyar dan Syi’ir Tombo Ati” memperbincangkan seputar pernikahan, pengantin, dan relasi pengantin dengan mertua. Kitab ini ditulis oleh Kiai Muhyiddin Pendem Salaman Magelang. Kitab ini terdiri dari 16 halaman, 146 bait Syi’ir Penganten Anyar, 39 bait Syi’ir Tombo Ati, dan  ditulis dalam Bahasa Jawa Arab Pegon. Adapun penerbitnya adalah UD toko kitab dan buku Al Muhtar  Jamblang Kaliabu Salaman Magelang.

Kitab tipis ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berisi syi’ir-syi’ir Penganten Anyar. Sedangkan bagian kedua berisi syi’ir-syi’ir Tombo Ati.

Pada bagian Syi’ir Tombo Ati Kiai Muhyiddin menyatakan bahwa maksud penulisan Syi’ir Tombo Ati adalah sebagai pengingat akan bahaya penyakit-penyakit hati. Tidak hanya itu, Kiai Muhyiddin juga menjelaskan tentang obat-obat penyakit hati tersebut.

Penyakit-penyakit hati tersebut antara lain:  kufur, murtad, sombong, bodoh, dengki, adu domba, pelit, cinta dunia, mengumbar hawa nafsu, berburuk sangka dan lainnya.  Sedangkan obat bagi hati yang sedang dilanda penyaki-penyakit tersebut ada lima macam, yaitu: membaca Al Qur’an dengan merenungkan isinya, shalat malam, memperbanyak dzikir, puasa, berinteraksi dengan ahli ilmu (orang shaleh).

Adapun struktur kitab Syi’ir Penganten Anyar terdiri dari mukaddimah dan 15 bab. Kiai Muhyiddin mengawali kitab ini dengan empat bait  syi’ir berbahasa Arab. Dua syi’ir pertama adalah syi’ir yang sudah populer di kalangan santri atau masyarakat awam. Dua syi’ir ini diambil dari kitab Maulid Ad Diba’I yang berbunyi:

Baca juga:  “Mr Crack” Habibie, dari HFB hingga Nurtanio

يارسول الله سلام عليك # يارفيع الشان والدرج

(Ya rasulallah salamun alaik # Ya Rafi’asy syani waddaroji)

عطفة ياجيرة العلم # ياأهيل الجود والگرم

(‘Athfatan ya jirotal ‘alami # ya uhailal judi wal karomi)

Selanjutnya bait ke tiga dan keempat berisi ungkapan syukur kepada Allah swt atas limpahan nikmat, serta  bacaan shalawat dan salam kepada Rasulullah, keluarganya, dan para sahabatnya.

Baru mulai bait kelima dan seterusnya penulis menggunakan bahasa Jawa tulisan Arab Pegon dalam menyampaikan nasehat-nasehat pernikahan. Berikut bunyi bait kelima dan keenam kitab ini:

ادوه سنغى فغانتين انيار # عاكم بوصنا سروا كومبيار

(Aduh senenge penganten anyar # ngagem busono serwa gumebyar)

كاكوع فوتريني تيمباع لن جاجار # سيناواع كيا رمبولان كمبار

 (Kakung puterine timbang lan jajar # sinawang koyo rembulan kembar)

Terjemahan dua syair tersebut dalam bahasa Indonesia kurang lebih begini:

Alangkah bahagianya pengantin baru # memakai busana indah menawan

Pengantin pria dan perempuan tampak serasi # keduanya bagaikan rembulan kembar.

Setelah mukaddimah disusul dengan bab  pertemuan pengantin, bab mendoakan kedua mempelai, dan bab sopan santun mengarak pengantin ke pelaminan. Adapun bab berikutnya adalah  bab tentang  keutamaan menikah, bab orang yang sedang dilanda asmara, bab lahirnya rasa cinta, bab larangan melihat perempuan lain, bab pergaulan perempuan, dan bab perempuan sebagai tiang (soko) negara.

Baca juga:  Ulama Kita, Pegon dan Bahasa Melayu

Jika pada bab-bab tersebut penulis lebih fokus pada masalah pernikahan, walimahan, dan pengantin, maka pada bab-bab berikut ini penulis menyajikan pembahasan relasi antara anak dengan orangtua, dan relasi antara menantu dan mertua. Pembahasan ini dimulai dari adab orangtua terhadap anak, bab etika mertua terhadap anak, adab menantu terhadap mertua, dan anjuran agar mertua dan menantu hidup rukun. Masih ada dua bab lagi, yakni bab adab anak gadis, dan kewajjban orangtua terhadap anak gadisnya.

Dalam bab etika orangtua terhadap anak penulis menjelaskan bahwa wajib bagi orangtua mencarikan jodoh bagi anaknya. Ketika anak sudah dewasa, sudah waktunya menikah, orangtua hendaknya mencarikan jodoh untuk anak tersebut.  Jika kewajiban itu tidak dilaksanakan maka orangtua berdosa.

Meskipun demikian, orangtua tidak boleh memaksakan pilihannya. Sebaliknya orangtua harus berembug dengan anak dalam menentukan pilihan jodoh. Harapannya, terjadi kompromi, saling memahami, sehingga kepentingan cita-cita orangtua dan anak bisa terwujud. Anak merasa bahagia karena mendapatkan pasangan yang diidam-idamkan. Begitu juga, orangtua senang mendapatkan menantu yang didamba-dambakan.

Anjuran berembug antara anak dan orangtua dalam menentukan pilihan jodoh seperti ini :

Luweh becik pada rembukan # wong tua putra cocok-cocokan

Pada ngudari ing keruwetan # supaya kabeh pda keturutan

Terjemahan bahasa Indonesianya kurang lebih begini:

Lebih baik  (anak dan orangtua) berembug # orangtua dan anak mencari pilihan yang cocok (bagi keduanya).

(Orangtua dan anak) bersama-sama mencari solusi # agar kedua pihak terpenuhi keinginannya.

Baca juga:  Di Leiden-Belanda, Pengajian Nashaihul Ibad Tetap Berlangsung

Bagaimanakah adab mertua terhadap anak mantu? Berikut ini syi/irnya:

Morotuane wajibe sabar # momong mantune kang nganten anyar

Maringi papan kamar kang jembar # supaya mantu kerasan lan bigar

Terjemahan Bahasa Indonesianya kurang lebih begini :

Mertua itu wajjb sabar # membimbing menantunya, pengantin baru

(Mertua) hendaknya memberi tempat kamar yang luas # agar menantu merasa nyaman dan senang

Adab menantu terhadap mertua penulis sampaikan seperti ini:

Tumeraf mantune wajibe ngerti # ing morotua thoat lan bekti

Nganggepo ibu bapa sejati # apa dawuhe wajib nuruti

Terjemahan Bahasa Indonesianya kurang lebih begini :

Bagi menantu wajib memahami # terhadap mertua (wajib) taat dan berbakti

Anggaplah (bapak ibu mertua) sebagai bapak ibu nya sendiri # segala perintahnya wajib dipenuhi.

Kitab ini selesai ditulis pada 8 Dzulhijjah 1387 H bertepatan dengan 7 Februari 1968 M. Halaman pertama sampai halaman sebelas berisi syi’ir-syi’ir Pengantin Anyar, halaman sebelas sampai halaman tiga belas berisi syi’ir-syi’ir Tombo Ati. Sedangkan halaman empat belas sampai enam belas berisi penjelasan tentang shalat sunat Tahajjud: keutamaanya, kaifiyahnya, dalilnya, niatnya, dan doa setelah shalat Tahajjud. Dan halaman terakhir  berisi dzikir untuk menghilangkan susah dan keutamaan shalawat Thibbil Qulub.

Kitab syi’ir ini merupakan bukti kreatifitas para ulama, para kiai, terdahulu dalam menjalani aktivitas dakwah membumikan ajaran-ajaran Islam di bumi nusantara. Pada masa tahun 1970-an berdakwah dengan syi’ir Jawa tentu akan lebih mudah diterima oleh masyarakat awam.

https://alif.id/read/malm/mengenal-kitab-syiir-penganten-anyar-dan-tombo-ati-b241661p/