Laduni.ID, Jakarta – Santri adalah julukan seorang yang sedang menempuh belajar ilmu agama di pondok pesantren. Biasanya selain menuntut ilmu santri diwajibkan untuk tinggal di asrama.
Selama di Pondok Pesantren santri dididik untuk hidup disiplin dan dapat mengatur waktu dalam belajar. Selain itu santri dituntut untuk selalu hidup sederhana seperti dalam makan yang sederhana.
Berikut ini arti santri menurut para kiai dan pengasuh pondok pesantren jawa:
“Sing Kudu Sam’an Wa Tha’atan Marang Gurune, Sendiko Dawuh. (Yang harus Mendengar dan ta’at kepada gurunya, Sendiko Dawuh).”
Menurut Al-Mursyid Al-Arif Billah KH Muhammad Romli Tamim rahimahullah (Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang wafat 16 Ramadlan 1377 H / 6 April 1958 M di Rejoso Jombang)
“Sing Nduwe Roso Kangen, Sing Nduwe Roso Tresno, Sing Nduwe Roso Abot Marang Gurune. (Yang punya rasa kangen, yang punya rasa cinta, yang punya rasa berat berpisah dengan gurunya).”
Dawuh Al-Mursyid Al-Arif Billah DR. KH A Musta’in Romli, SH rahimahullah (Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang wafat 21 Januari 1985 M di Jombang).
“Sing Iso Neruske Amaliahe Sing Di Cintai Lan Di Istiqomahke Gurune. (Yang bisa meneruskan amalaiah yang dicintai dan di istiqomahkan gurunya).”
Dawuh KH Muhammad Munawwir Bin KH. Abdullah Rosyad bin KH. Hasan Bashari rahimahumullah (Pendiri Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta yang wafat 11 Jumadil Akhir 1360 H / 6 Juli 1942 M di Dongkelan Bantul Yogyakarta).
“Sing Kudu Madep Mantep Mancep Mituhu Gurune. (Yang harus menghadap menancap menurut atau senang dengan gurunya).”
Dawuh KH Muntaha Al-Hafidh rahimahullah Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Al-Asy’ariyyah Kalibeber Wonosobo (wafat Rabu 29 Desember 2004 M usia 94 tahun).
Sing Na’dzhimi Lan Jogo Martabate Ora Ngresulo Tur Ora Ngerasani Marang Gurune. (Yang menghormati dan menjaga martabatnya, tidak sambatan, dan tidak ngerasani gurunya).”
Dawuh DR. KH MA Sahal Mahfudz rahimahullah (wafat 24 Januari 2014 M umur 76 tahun di Pati), Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama sejak 1999 hingga 2014 dan Ketua Umum MUI Pusat periode 2000 – 2014.
Sing Nduwe Roso Seneng Karo Ngaji. Sebab Dengan Ngaji Itulah Si Murid Mensalikan Dirinya Melalui Suluk Ngajinya Kepada Gurunya.
Dawuh Syaikhuna KH Maimoen Zubair rahimahullah (wafat 6 Agustus 2019 M, Jannatul Ma’la Mekkah) Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang.
Murid Atau Santri Itu Menurut KH Ahmad Mustofa Bisri Rembang Adalah
“Meskipun Dia Mondok Atau Tidak Mondok Tetapi Akhlaknya Santri Dia Adalah Santri.”
Dawuh DR KH Mustofa Bisri, Pimpinan Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang dan Mustasyar PBNU 2022 – 2027.
“Santri Yang Mempunyai Dan Tumbuh Rasa Mahabbah Kepada Allah Dan Kanjeng Rasul Muhammad SAW, Melalui Perantara Gurunya.”
Dawuh KH Muhammad Kholil As’ad Syamsul Arifin, Pondok Pesantren Wali Songo Panji Situbondo.
“Dadi murid sing wajib salah ! karena dari kesalahan itulah si murid bisa memperbaiki dan evaluasi kesalahannya terhadap gurunya. serta bagaimana kita menyenangkan hati guru dan membuat hati guru ridho terhadap kita. karena ridhane guru derajate murid, bendune guru apese murid.”
Dawuh KH Kahar Pesapen Surabaya (Mursyid Sholawat Muhammad Rohmatan Lil Al-Amin dan Sholawat Adhimiyyah) wafat tahun 2015.
“Jadilah santri dan murid yang mempunyai rasa semangat beribadah dan mengaji. Serta berkhidmahlah kepada gurumu dengan ketawadhlu’anmu.”
Dawuh KH Shodiq Hamzah, Pimpinan Pondok Pesantren Assodiqiyah Kaligawe Gayamsari Kota Semarang.
Semoga kita termasuk menjadi santri murid yang bermanfaat, barakah dan diakui oleh guru guru Kita. Aamiin Yaa Mujiibassaailiin.
Source Gus @baba_sufyaantsauri shared by Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim Jama’ah Sarinyala Kabupaten Gresik
Editor: Nasirudin Latif
https://www.laduni.id/post/read/74077/arti-santri-menurut-kiai-jawa.html