sufinews.com. Dalam sejarah tarekat di Indonesia, nama Abdurauf as Sinkili salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam perkembangan Tarekat Syattariyah. Disebutkan bahwa Tarekat Syattariyah yang dibawa dan diajarkannya telah membuka jalan kepada mereka yang mendambakan pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui dzikir.
Syekh Abdurrauf dikenal sebagai salah seorang yang gigih menyebarkan ajaran Tarekat Syattariyah di tanah Aceh. Dari wilayah Serambi Mekah ini tarekat yang dinisbatkan kepada syekh Abdullah As Syattari ini kemudian berkembang ke berbagai pelosok di Nusantara seperti di Sumatera hingga Jawa.
Dalam dakwahnya Syekh Abdurrauf selalu mengedepankan mengedepankan toleransi dan tidak mudah menyalahkan pendapat aau perilaku seseorang. Hal ini terbukti ketika beliau mengambil keputusan setelah adanya perseteruan paham Wujudiyah atau Martabat Tujuh dimana tahapannya sudah pernah sangat ekstrim. Dalam mengambil sikap perseturuan dua kubu itu, Syekh Abdurauf mengedepankan sifat lemah lembut dan wawasan intelektualnya untuk memberikan pendapatnya.
Syekh Abdurauf memperoleh ijazah dalam dua tarekat, yaitu Tarekat Syattariyah dan Naqsyabandiyah. Namun Syekh Abdurrauf lebih mengamalkan tarekat Syattariyah dan tidak sama dengan teman seperguruannya Syekh Yusuf al- Makassari yang memilih menyebarkan tarekat Naqsyabandiyah.
Adapun silsilah Tarekat Syattariyah yang dibawa Abdurrauf adalah sebagai berikut : Syekh Abdurauf as Sinkili dari Syekh Ahmad al-Qushashi, dari Sayyidina Rabbi Mawahib Abdullah Ahmad, dari Syekh Syibghatillah, dari Sayyid Wahiduddin Alwi, dari Syekh Sayyid Muhammad Ghauts, dari Syekh Haji Mushri, dari Syekh Abdullah as-Syatari, dari Syekh Muhammad Arif, dari Syekh Muhammad Hadaquli Mawara‟ al-Nahar, dari Qutub Abi Muzaffar Maulana Rumi al-Tusi, dari Syekh Yazid al-Isyqi, dari Syekh Muhammad Maghribi, dari Abu Yazid al-Bustami, dari Imam Muhammad al-Baqir, dari Sayyidina Husein al-Syahid, dari Ali bin Abi Talib, dari Nabi Muhammad Saw. dari Allah Swt.
Syekh Abdur Ra’uf as Sinkili diperkirakan lahir di Sinkil pada tahun 1024 H (1615M). Namun ada menyebut 1006 M. Bernama lengkap Abdur Ra’uf bin Ali Al- Jawi Al- Fansuri As- Singkili diduga berasal dari Persia. Menurut Hasyini, sebagaimana di kutip Azyumardi Azra, ayah As-Singkili berasal dari Persia yang datang ke Samudra Pasai, kemudian menetap di Fansur,Barus, di pantai barat Sumatra.
Diantara guru-gurunya adalah Syamsuddin As- Sumatrani, Syaikh Ahmad Al Qushashi hingga Syaikh Ibrahim Al-Kurani ketika berada di Masjidil Haram. Syekh Abdurrauf pernah menjabat sebagai kembali mufti dan Qadhi Malik al- Adil di Kerajaan Aceh selain membuka dayah dan mengajar.
Diantara karya-karya ulama ini adalah Mir’ah Ath Thullab fi Tasyri’ Al- Ma’rifat Al-Ahkam As- Syar’iyyah li Al-Malik Al-Wahhab, Kifayat Al-Muhtajin ila Masyrab Al Muwahhidin Al- Qa’ilin bi Wahdah Al Wujud, As-Simth Al-Majid, Risalah Mukhtasharah fi Bayan Syuruth Asy-Syaikh wa Al-Murid dan lain sebagainya. Diantara murid-muridnya yang masyhur adalah Burhanuddin Ulakan di Minangkabau dan Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan di Tasikmalaya.
Syekh Abdurrauf wafat dunia dalam usia 73 tahun pada 1693 H. Beliau dimakamkan di samping masjid yang dibangunnya di Kuala Aceh, desa Deyah Raya Kecamatan Kuala, sekitar 15 Km dari Banda Aceh.***
http://www.sufinews.com/abdurauf-as-sinkili-salah-satu-peletak-tarekat-syatariyyah-di-nusantara/