Laduni.ID, Jakarta – Suatu malam, seorang pencuri memanjat dinding rumah Malik bin Dinar. Dengan mudah, ia berhasil masuk ke dalam.
Begitu berada di dalam rumah, pencuri itu kecewa melihat tidak ada yang layak dicuri. Sedangkan Malik sedang mendirikan shalat.
Menyadari dia tidak sendirian, Malik segera mengakhiri doanya dan berbalik untuk menghadapi pencuri itu.
Tanpa menunjukkan tanda-tanda keterkejutan atau ketakutan, Malik dengan tenang mengucapkan salam dan berkata, “Saudaraku, semoga Allah mengampunimu. Anda memasuki rumahku dan tidak menemukan apa pun yang berharga. Namun aku tidak ingin Anda pergi tanpa mengambil beberapa manfaat.”
Malik kemudian masuk ke ruangan lain dan kembali dengan kendi penuh air. Ia melihat mata pencuri itu dan berkata, “Ini untukmu, berwudhulah dan shalat dua rakaat. Karena jika Anda melakukannya, Anda akan meninggalkan rumahku dengan harta yang lebih besar dari yang Anda cari sebelumnya.”
Merendahkan sikap atas kata-kata Malik, si pencuri berkata, “Ya, itu tawaran yang murah hati.”
Setelah berwudhu dan shalat dua rakaat, pencuri itu berkata, “Oh Malik, maukah Anda jika aku tinggal untuk sementara waktu, karena aku ingin tinggal untuk melakukan shalat dua rakaat lagi?”
Malik menjawab, “Tinggallah untuk berapa pun rakaat shalat yang Allah putuskan untuk Anda lakukan sekarang.”
Pencuri itu akhirnya menghabiskan sepanjang malam di rumah Malik. Dia terus berdoa sampai pagi. Lalu Malik menyuruhnya pergi dan mengatakan bahwa pencuri itu mendapatkan yang lebih baik.
Namun alih-alih pergi, si pencuri itu berkata, “Maukah Anda jika aku tinggal di sini bersama Anda hari ini, karena aku telah berkeinginan untuk berpuasa?”
Malik tersenyum dan berkata, “Tinggallah selama yang kamu inginkan.”
Sang Pencuri akhirnya tinggal selama beberapa hari, berdoa dan shalat selama berjam-jam setiap malam dan berpuasa di siang hari. Ketika dia akhirnya memutuskan untuk pergi, pencuri itu berkata, “Oh Malik, aku telah membuat tekad kuat untuk bertaubat demi dosa-dosaku dan untuk cara hidupku yang dahulu.”
Malik berkata, “Semua itu ada di Tangan Allah.”
Pria itu kemudian memperbaiki jalannya dan mulai menjalani kehidupan yang adil dan taat kepada Allah.
Di kemudian hari, pria tersebut bertemu dengan temannya (pencuri) yang bertanya kepadanya, “Sudahkah kamu menemukan harta karunmu?”
Pria itu menjawab, “Saudaraku, apa yang aku temukan adalah Malik bin Dinar. Aku pergi mencuri darinya, tetapi dialah yang akhirnya mencuri hatiku. Aku memang telah bertaubat kepada Allah, dan aku akan tetap di pintu (rahmat dan pengampunan-Nya) sampai aku mencapai apa yang didapat dari hamba-hamba-Nya yang taat dan penuh kasih.”
Sumber: Kitab Al-Mawaidz wal-majalis, hal. 85, karya Abdurrahman Ibnu Ali Ibnu Muhammad Ibnu Ali Ibnul Jauzi Abul faraj
https://www.laduni.id/post/read/74552/kisah-pencuri-di-rumah-malik-bin-dinar-yang-taubat.html