Laduni.ID, Jakarta – Sidi Syekh Abdullah bin Shiddiq Al-Ghumari dalam kitab Husnul Bayan fi Lailati Al-Nisfi min Sya’ban mencantumkan satu bab untuk membantah apa yang dilakukan kebanyakan orang, yaitu membaca Yasin tiga kali saat malam Nisfu Sya’ban.
Pada bab tersebut, beliau menuliskan bahwa apa yang dilakukan masyarakat setelah shalat Maghrib mulai dari membaca Yasin tiga kali dengan niat tertentu semisal untuk menunaikan hajat duniawi, atau shalat khusus dengan niat tertentu, semua hal ini tidak memiliki landasan dari syariat. Menurut beliau, shalat atau membaca Yasin itu tidak sah jika diniati untuk hal-hal yang seperti itu, layaknya pada ibadah, niatnya harus tulus totalitas untuk Allah.
Selanjutnya, beliau mengomentari hadis yang masyhur di kalangan masyarakat, “Surat Yasin tergantung niat orang yang membacanya.” Yang orang fahami, hadis ini memberikan artian siapapun yang membaca Yasin dengan niat tertentu semisal untuk mempercepat mencari jodoh, maka dengan berkah surat Yasin, dia akan dipermudah oleh Allah.
Menurut Sidi Abdullah bin Shiddiq Al-Ghumari, hadis tersebut palsu, dan sayangnya banyak orang yang tertipu. Beliau menyarankan agar menjauhi segala hadis palsu dan wajib bagi orang yang mengerti untuk menyebarkan ilmu ini. Lagi pula masih ada hadis yang lain, meski hadis dhaif, tapi itu jauh lebih baik dari pada menggunakan hadis palsu. Itu menurut Sidi Abdullah bin Shiddiq Al-Ghumari.
Lalu bagaimana tanggapan ulama yang lain?
Pertama, tentang membaca Yasin tiga kali saat malam Nisfu Sya’ban dengan niat tertentu. Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki juga ikut memberikan tanggapan atas kegiatan ini dalam kitab beliau Ma Dza Fi Sya’ban hal 119:
لكن لا مانع أن يضيف الإنسان إلى عمله مع إخلاصه مطالبه وحاجاته الدينية والدنياوية، الحسية والمعنوية، الظاهرة والباطنة، ومن قرأ سورة يس أو غيرها من القرآن لله تعالى طالبا البركة في العمر، والبركة في المال، والبركة في الصحة فإنه لا حرج عليه.
“Tidak ada larangan bagi seseorang yang melakukan amal shalih untuk menambahkan keinginan duniawi dan akhirat yang dibarengi dengan ikhlas. Bagi keinginan itu materialistik atau yang lain. Dan orang yang membaca Yasin atau surat yang lainnya karena Allah dengan niat mencari keberkahan pada umur dan harta, dan berkah pada kesehatan, maka hal yang demikian tidaklah salah.”
Menurut Sayyid Muhammad, tidak ada salahnya seorang hamba memohon perkara duniawi pada saat melakukan amalan shalih. Seperti orang yang membaca al-Waqiah agar rizkinya lancar. Meskipun permohonan yang diminta hal yang dinilai remeh seperti sendal ataupun garam dapur, jangan malu untuk meminta kepada Allah. Justru ini semakin memperlihatkan kebutuhan seorang hamba kepada Allah, dan mengukuhkan sifat kehambaannya yang tidak bisa hidup kecuali memohon kepada Allah.
Sebetulnya, Sidi Abdullah bin Shiddiq Al-Ghumari, juga satu pemahaman soal ini. Beliau membantah orang yang hanya meniatkan ibadah untuk duniawi saja tanpa diiringi dengan keikhlasan. Ibarat Sayyid Muhammad pun begitu, beliau mengatakan hal yang demikian legal, jika niat duniawinya dibarengi dengan ikhlas. Jadi keinginan duniawi tidak kontradiktif dengan ikhlas.
Kok bisa tidak kontradiktif? Salah satu konsep yang sering diajarkan oleh Al-Habib Ali Al-Jufri pada beberapa majlis beliau adalah agar selalu menaruh harap besar pada apa yang dijanjikan oleh Allah. Jika Allah menjanjikan akan diberikan kemudahan dengan membaca Al-Quran kita harus sepenuh hati mengharapkan itu, jika di hadis dijelaskan seseorang tidak akan tertimpa kefakiran jika membaca surat tertentu, kita harus mengharapkan hal tersebut.
Begitu juga halnya jika ayat atau hadis menakuti orang yang beriman dengan neraka, ia harus takut dengan neraka. Jangan mentang-mentang sok sufi, lalu engkau berani bilang tidak lagi takut neraka dan tidak lagi ingin surga. Kata Habib Ali, orang yang tidak ingin terhadap apa yang dijanjikan Allah, dan tidak takut terhadap apa yang ia takuti, maka ketahuilah, bahwa imannya ada yang tidak beres.
***
Adapun hadis, “Surat Yasin tergantung niat orang yang membacanya” yang dinilai oleh beliau sebagai hadis palsu, sebetulnya bukan beliau yang pertama kali menilai kepalsuan hadis tersebut. Sebelumnya sudah ada Al-Hafidz Al-Sakhawi dalam kitab Al-Maqashid Al-Hasanah yang menilai hadis tersebut tidak ditemukan sanadnya.
Begitu pula Syekh Al-Islam Zakariya Al-Anshari dalam salah satu kitabnya beliau menilai hadis tersebut palsu. Lalu bagaimana, sedangkan orang masih membaca yasin dengan niat tertentu?
Maka dijawab, kita tidak boleh lagi menyebarkan hadits palsu tersebut. Adapun yang terlanjur niat khusus untuk membaca yasin, maka kita katakan itu hanya sebatas kebiasaan para ulama (tajribah) dan terbukti manjur bahwa yasin memberkati orang yang membacanya dengan mempermudah urusan orang tersebut.
Ibnu Katsir dalam Tafsirnya mengutip:
قال بعض أهل العلم: أنَّ مِن خصائص هذه السورة أنها لا تُقرَأ عند أمر عسير إلا يسره الله تعالى.
“Salah seorang ulama mengatakan: salah satu kekhususan surat Yasin ini jika dibaca untuk masalah yang sulit, maka insya Allah masalah tersebut akan dipermudah oleh Allah.”
Rabu, 16 Maret 2022
Oleh: Gus Fahrizal Fadil
Editor: Daniel Simatupang
https://www.laduni.id/post/read/74632/membaca-surat-yasin-3x-di-malam-nisfu-syaban.html