Dewasa ini, dunia maya dihiasi aksi viral Rara sang pawang hujan yang tembus hingga mancanegara di pagelaran MotoGP perdana di Mandalika, Indonesia. Pasalnya, di mata dunia aksi pawang hujan sangatlah asing dan tidak masuk akal. Sehingga, sempat menjadi sorotan dan candaan salah satu rider MotoGP meniru gaya sang pawang yang seolah tidak akan berhasil tersebut.
Terlepas dari itu, sulit untuk dipercaya setelah beberapa saat sang pawang melakukan serangkaian ritual, seketika curah hujan yang sebelumnya tinggi secara berangsur mereda dan membuat takjub dunia, bahwa unsur ritual lokal di Indonesia masih sangat kental dengan unsur magi. Meski banyak penentangan dari berbagai pihak terkait hal tersebut, seperti halnya Deputi Bidang Meteorologi BMKG yang menyatakan redanya hujan bisa dibuktikan secara sains, bukan karena pawang, lalu dari kacamata agama ada yang memandang musyrik, namun beberapa pihak mempercayai unsur kesakralan ritual tersebut.
Perbedaan pendapat dari berbagai sudut pandang memang sangatlah wajar, karena demikian sudah diatur di Pasal 28I ayat (4) UUD 1945, bahwa setiap warga negara memiliki hak berpendapat. Maka tidak heran jika terdapat kubu pro dan kontra dalam menyikapi suatu fenomena. Disamping pentingnya eksistensi pawang hujan dalam pagelaran akbar MotoGP, saya rasa sangat jauh lebih penting adanya pawang ekstremisme di Indonesia. Namun, sudah adakah pawang gerakan ekstremisme di negara kita?, dan kalau pun ada, siapakah pawang tersebut?
Perlu dipahami seksama, bahwa pawang gerakan ekstremisme dapat kita sebut sebagai orang yang beriktikad sepenuhnya dalam merawat ideologi bangsa serta pemahaman agama yang penuh toleran supaya gerakan ekstrem tersebut tidak merambah dan berkembang. Di Indonesia sendiri, pawang ekstremisme bisa kita temui di berbagai sektor. Seperti halnya dari organisasi keagamaan layaknya Nahdlatu Ulama (NU), Muhammadiyah (MU), lalu dari lembaga BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), serta kalangan agamawan dan akademisi yang memiliki ideologi/pemahaman keagamaan moderat.
Hadirnya pawang ekstremisme, saya rasa jauh lebih penting dari pawang hujan yang digembor-gemborkan jagat media maya beberapa hari terakhir. Pawang hujan hanya terbatas hanya pada bagaimana menyukseskan pagelaran acara layaknya di Mandalika dan tidak memiliki kontribusi sentral terhadap bangsa. Sedangkan pawang ekstremisme memiliki posisi urgent dalam menjaga ideologi bangsa dari gerakan keagamaan eksrem-radikal yang berupaya meruntuhkan sistem kenegaraan Indonesia dengan dalih atas nama agama.
Pawang hujan sebatas hanya membaca serangkaian ritual yang berbau mistis untuk mengendalikan hujan. Sedangkan pawang gerakan ekstremisme, jauh lebih dari itu. Ada beberapa point penting yang harus dan wajib ‘ain dimiliki supaya gerakan ekstrem tidak merambah, tumbuh dan berkembang di Indonesia
Pertama, pentingnya pemerataan pemahaman moderasi beragama di seluruh lapisan masyarakat. Demikian akan memunculkan suatu sikap yang lebih terbuka dalam memandang perbedaan, bersikap toleran, pemahaman lebih terbuka dan tidak bersifat inklusif. Perlu kita sadari bahwa beragamnya suku, budaya, ras, bahkan agama di Indonesia merupakan keniscayaan. Oleh karenanya, kedinamisan beragama dalam memandang konteks sosial sangatlah penting dalam menjaga hubungan baik dengan sesama manusia.
Kedua, menghidupsuburkan nilai-nilai cinta tanah air (nasionalisme) di semua kalangan, terlebih pada generasi muda. Pasalnya, salah satu cinta terhadap tanah air sama halnya mencintai diri sendiri, dimana kita dilahirkan dan tumbuh besar di bumi pertiwi. Bahkan cinta negara adalah bagian dari agama, bahwa membela tanah air hukumnya wajib. Maka penting adanya kesadaran kolektif bahwa cinta Indonesia adalah merawat keharmonisan beragama dan pertahanan negara.
Ketiga, selalu berusaha keras menghadapi kelompok Islam ekstrem dengan jargon ideologi Khilafah dan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar yang salah kaprah ditafsirkan secara dangkal. Setidaknya dari adanya organisasi keagamaan, ilmuan, dan agamawan yang berpaham moderat, menjadi benteng pertama pertahanan NKRI dalam memberantas kelompok ekstrem tersebut. Sebab, jika mereka diberikan ruang sedikitpun di Indonesia, maka kemungkinan besar secara lambat laun akan berkembang dan mengancam pertahanan Republik Indonesia.
Keempat, turut terlibat pada sosialisasi pentingnya perdamaian dan bahaya ekstremisme-teorisme. Demikian tidak kalah penting, bahwa selain menyebarkan pemahaman moderat di lapisan masyarakat, sosialisasi dalam mengenali ciri-ciri gerakan kelompok ekstrem perlu ditingkatkan. Dengan begitu, di seluruh lapisan mampu saling menjaga satu sama lain dan menjadikan perdamaian sebagai pedoman hidup yang diidamkan.
Sebagai penutup, peran pawang ekstremisme di Indonesia sangatlah penting untuk ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Sebab, pentingnya kualitas kita mampu menghadapi kelompok ekstrem dengan lebih berhati-hati dan jeli dalam menjaring gerakan terorisme. Sedangkan dari segi kuantitas, diharapkan mampu berperan di berbagai sudut/penjuru negeri sebagai agen peerdamaian dan penanggulangan terorisme. Dengan begitu, keberhasilan pawang ekstremisme dalam menangani gerakan radikal-ekstrem yang hingga dewasa ini tak kunjung punah dan menciptakan kehidupan harmonis di tengah keragaman begitu diharapkan masyarakat Indonesia.
https://alif.id/read/amaz/pawang-hujan-vs-pawang-ekstremisme-mana-yang-lebih-penting-b242553p/