Susunan Bacaan Surat dalam Shalat Tarawih

Laduni.ID, Jakarta – Syaikh Muhammad Nawawi Bin Umar At-Tanara Al-Bantani Asy-Syafi’i Al-Makki rahimahullah (wafat 1897 M di Jannatul Mualla Makkah) dari Madzhab Syafi’i dalam kitab fiqih Nihayatuz Zain Fi Irsyadil Mubtadi’in, mengatakan:

ولا يصح أن يصلي أربعا منها بسلام بل لا بد أن يكون كل ركعتين منها بسلام لأنها وردت كذلك

“Shalat tarawih tidak sah dikerjakan empat rakaat dengan satu salam, tetapi ia harus ada salam setiap dua rakaat, karena hadis menyatakan demikian,” (Syaikh Muhammad Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah : 2002 M/1422 H, halaman 112).

Surat Pendek Setelah Al-Fatihah

Pada dasarnya, tidak ada ketentuan khusus dari Al-Qur’an dan tuntunan langsung dari Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, mengenai surat-surat apa saja yang harus dibaca dalam shalat sunnah tarawih. Hanya saja, Nabi Muhammad SAW, memberikan tuntunan agar dalam shalat berjama’ah, hendaknya imam membaca surat-surat pendek, agar tidak menimbulkan fitnah kepada jama’ah atau makmum, kecuali makmum setuju jika imamnya membaca surat-surat panjang.

Metode Tajziyyah

Adapun surat yang dibaca setelah Surat Al-Fatihah hukumnya sunnah. Mereka yang shalat sendiri, dapat memilih surat mana saja yang mudah baginya, untuk dibaca setelah Surat Al-Fatihah. Namun, yang paling utama adalah dengan metode tajziyah atau selama tarawih satu malam menghatamkan 1 juz. Sehingga selama 1 bulan bisa menghatamkan seluruh surat dalam Al-Qur’an.

Namun, ada pula yang membiasakan membaca surat-surat pendek. Dimana, setiap rakaat kedua mengulang-ulang membaca Surat Al-Ikhlash, dan di rakaat pertamanya membaca Surat At-Takatsur hingga surat Al-Lahab. Ini banyak dilakukan masyarakat muslim di Mesir, dan termasuk dipakai juga oleh mayoritas masyarakat muslim di Indonesia.

Boleh Menentukan Sendiri

Meski demikian, kita diperbolehkan menentukan sendiri surat-surat apa saja, yang ingin dibaca pada saat shalat tarawih atau shalat yang lain. Juga diperbolehkan membaca surat yang sama dalam shalat secara berulang-ulang, seperti membaca surah Al-Ikhlash, dalam setiap rakaat kedua, dalam shalat sunnah tarawih. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Imam Al-Bukhari rahimahullah (20 Juli 810 M – 1 September 870 M di Uzbekistan) dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu (612 M, Madinah – 709 M, Basrah Irak), dia berkisah:

كَانَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ يَؤُمُّهُمْ فِى مَسْجِدِ قُبَاءٍ وَكَانَ كُلَّمَا افْتَتَحَ سُورَةً يَقْرَأُ بِهَا لَهُمْ فِى الصَّلاَةِ مِمَّا يَقْرَأُ بِهِ افْتَتَحَ بِپ ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهَا ، ثُمَّ يَقْرَأُ سُورَةً أُخْرَى مَعَهَا ، وَكَانَ يَصْنَعُ ذَلِكَ فِى كُلِّ رَكْعَةٍ ، فَكَلَّمَهُ أَصْحَابُهُ فَقَالُوا إِنَّكَ تَفْتَتِحُ بِهَذِهِ السُّورَةِ ، ثُمَّ لاَ تَرَى أَنَّهَا تُجْزِئُكَ حَتَّى تَقْرَأَ بِأُخْرَى ، فَإِمَّا أَنْ تَقْرَأَ بِهَا وَإِمَّا أَنْ تَدَعَهَا وَتَقْرَأَ بِأُخْرَى . فَقَالَ مَا أَنَا بِتَارِكِهَا ، إِنْ أَحْبَبْتُمْ أَنْ أَؤُمَّكُمْ بِذَلِكَ فَعَلْتُ ، وَإِنْ كَرِهْتُمْ تَرَكْتُكُمْ . وَكَانُوا يَرَوْنَ أَنَّهُ مِنْ أَفْضَلِهِمْ ، وَكَرِهُوا أَنْ يَؤُمَّهُمْ غَيْرُهُ ، فَلَمَّا أَتَاهُمُ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَخْبَرُوهُ الْخَبَرَ فَقَالَ : يَا فُلاَنُ مَا يَمْنَعُكَ أَنْ تَفْعَلَ مَا يَأْمُرُكَ بِهِ أَصْحَابُكَ وَمَا يَحْمِلُكَ عَلَى لُزُومِ هَذِهِ السُّورَةِ فِى كُلِّ رَكْعَةٍ. فَقَالَ إِنِّى أُحِبُّهَا . فَقَالَ : حُبُّكَ إِيَّاهَا أَدْخَلَكَ الْجَنَّةَ

“Ada seorang laki-laki dari kalangan sahabat Anshar yang menjadi imam di Masjid Quba’. Setiap ia membaca surat, selalu didahului dengan membaca Surat Al-Ikhlas sampai selesai, baru kemudian membaca dengan surat lainnya, dan ia lakukan dalam setiap raka’atnya. Para sahabat yang lain, merasa kurang senang dengan hal ini dan mereka protes sambil berkata kepada imam tersebut, ‘kamu membaca Surat Al-ikhlas setiap hendak membaca surah yang lain, seakan-akan tidak cukup jika tidak didahului dengan Surat Al-Ikhlas ini. Boleh kamu membaca surah Al-Ikhlas atau tinggalkan dan membaca surah yang lain’.

Kemudian imam tadi menjawab, “saya tidak akan meninggalkan membaca surah Al-Ikhlas tersebut. Jika kalian suka dengan apa yang saya lakukan, saya akan mengimami kalian. Sebaliknya, jika tidak suka, saya tinggalkan kalian”. Para sahabat melihat bahwa imam tersebut adalah orang termulia di antara mereka, sehingga mereka tidak suka jika imam diganti dengan orang lain.

Setelah mereka ketemu Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, mereka ceritakan kejadian tersebut. Lalu Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bertanya : “Apa yang menyebabkan kamu membaca surat ini terus-menerus di setiap rakaat ?“. Ia menjawab : “Saya senang dengan Surat Al-Ikhlas”. Nabi SAW menjawab: “Kesenanganmu pada surah ini memasukkanmu ke dalam surga.”

Hadis ini menjadi dasar kebolehan menentukan sendiri surat-surat yang ingin dibaca pada saat shalat, termasuk dalam shalat sunnah tarawih. Pada dasarnya, tidak ada larangan dari syariat, untuk membaca surat apa pun di dalam pelaksanaan shalat sunnah tarawih. Surat apa pun yang dibaca, sudah mendapat pahala pokok kesunnahan membaca surat.

Bahkan Al-Imam Al-Muhaddits Ibnu Hajar Al-Asqolani Asy-Syafi’i rahimahullah (wafat 1449 M di Mesir), dalam kitab Fathul Bari Syarah Sahih Bukhari, mempertegas kebolehan tsb dengan berkata :

وَفِيهِ دَلِيلٌ عَلَى جَوَازِ تَخْصِيصِ بَعْضِ الْقُرْآنِ بِمَيْلِ النَّفْسِ إِلَيْهِ وَالِاسْتِكْثَارِ مِنْهُ وَلَا يُعَدُّ ذَلِكَ هِجْرَانًا لِغَيْرِهِ

“Hadis ini adalah dalil diperbolehkannya menentukan (membaca) sebagian Al-Qur’an, berdasarkan kemauannya sendiri dan memperbanyak membacanya, dan hal ini tidak dianggap sebagai pembiaran terhadap surat yang lain.”

Metode Juz’iyyah Lebih Utama

Namun demikian, yang paling utama dibaca adalah metode tajzilah (membaca satu juz) di setiap hari pelaksanaan shalat sunnah tarawih. Teknisnya, seperti yang dijelaskan di atas, yaitu membaca satu halaman Al-Qur’an di setiap rakaat, hingga purna satu juz pada rakaat ke-19. Demikian dilakukan secara urut, mulai dari awal Surat Al-Baqarah, sehingga di akhir Ramadhan bisa khatam sampai Surat An-Nas.

Syaikh Ibrahim Al-Bajuri Asy-Syafi’i Al-Azhari rahimahullah (wafat 1860 M Kairo Mesir) mengatakan :

وَفِعْلُهَا بِالْقُرْآنِ فِيْ جَمِيْعِ الشَّهْرِ بِأَنْ يَقْرَأَ كُلَّ لَيْلَةٍ جُزْأً أَفْضَلُ مِنْ تَكْرِيْرِ سُوْرَةِ الرَّحْمَنِ أَوْ هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ أَوْ سُوْرَةِ الْإِخْلَاصِ بَعْدَ كُلِّ سُوْرَةٍ مِنَ التَّكَاثُرِ إِلَى الْمَسَدِّ كَمَا اعْتَادَهُ أَهْلُ مِصْرَ

“Dan melaksanakan tarawih di keseluruhan bulan (Ramadhan), dengan membaca satu juz di setiap malam, lebih utama daripada mengulang-ulang Surat Ar-Rahman atau Hal Ataa ‘alal Insan atau Surat Al-Ikhlas setelah masing-masing surat mulai dari At-Takatsur sampai Al-Masad, seperti yang ditradisikan penduduk Mesir,” (Syaikh Ibrahim Al-Bajuri, kitab Hasyiyah Al-Bajuri ‘Ala Ibni Qasim, juz 1, halaman 260).

Syaikhul Islam Al-Imam Al-Faqih Al-Mujtahid Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Hajar As-Salmunti Al-Haitami Al-Azhari Al-Wa’ili As-Sa’di Al-Makki Al-Anshari Asy-Syafi’i atau Imam Ibnu Hajar Al-Haitami rahimahullah (1503 M, Mesir – 1566 M Jannatul Ma’la Mekkah), menjelaskan landasan keutamaan tajzilah dalam kitab Al-Fatawa Al-Fiqhiyah Al-Kubra sebagai berikut :

وَقَدْ أَفْتَى ابْنُ عَبْدِ السَّلَامِ وَابْنُ الصَّلَاحِ وَغَيْرُهُمَا بِأَنَّ قِرَاءَةَ الْقَدْرِ الْمُعْتَادِ فِي التَّرَاوِيحِ هُوَ التَّجْزِئَةُ الْمَعْرُوفَةُ بِحَيْثُ يُخْتَمُ الْقُرْآنُ جَمِيعُهُ فِي الشَّهْرِ أَوْلَى مِنْ سُورَةٍ قَصِيرَةٍ وَعَلَّلُوهُ بِأَنَّ السُّنَّةَ الْقِيَامُ فِيهَا بِجَمِيعِ الْقُرْآنِ، وَاقْتَضَاهُ كَلَامُ الْمَجْمُوعِ وَاعْتَمَدَ ذَلِكَ الْإِسْنَوِيُّ وَغَيْرُهُ

“Syaikh Ibnu Abdissalam, Syekh Ibnus Shalah rahimahumallah dan lainnya, berfatwa bahwa membaca kadar bacaan yang ditradisikan di dalam sholat sunnah tarawih yang dikenal dengan tajziah, dengan mengkhatamkan keseluruhan Al-Qur’an di dalam satu bulan, lebih utama daripada membaca surat pendek. Para ulama memberikan alasan bahwa kesunnahan di dalam tarawih adalah membaca keseluruhan Al-Qur’an. Hal ini seperti yang ditunjukan oleh statemennya Kitab Al-Majmu’, dipegangi pula oleh Imam Al-Asnawi rahimahullah (wafat 772 H / 1370 M di Mesir) dan lainnya,” (Syaikh Ibnu Hajar Al-Haitami, Kitab Al-Fatawa Al-Fiqhiyah Al-Kubra, juz 1, halaman 184).

Susunan Surat Shalat Tarawih

Adapun nama-nama surat pendek, yang kerap menjadi bacaan shalat sunnah tarawih, ada sebanyak 10 surat, yang dimulai dari Surat At-Takatsur hingga Al-Lahab. Berikut urutan surat pendek yang biasa dibacakan dalam shalat sunnah tarawih di bulan Ramadhan :

Rakaat pertama : surat Al-Fatihah dan Surat At-Takatsur. Rakaat kedua: surat Al-Fatihah dan Surat AI-Ikhlas (rakaat kedua).

Rakaat pertama : Surat Al-Fatihah dan Surat Al-Ashr. Rakaat kedua: Surat Al-Fatihah dan Surat Al-Ikhlas.

Rakaat pertama : Surat Al-Fatihah dan Surat Al-Humazah. Rakaat kedua : Surat Al-Fatihah dan Surat Al-Ikhlas.

Rakaat pertama : Surat Al-Fatihah dan Surat Al-Fill. Rakaat kedua : surat Al-Fatihah dan Surat Al-Ikhlas.

Rakaat pertama : Surat Al-Fatihah dan Surat Quraisy. Rakaat kedua : Surat Al-FatihahFatihah dan Surat Al-Ikhlas.

Rakaat pertama : surat Al-Fatihah dan Surat alAl-Ma’un. Rakaat kedua : surat  Al-Fatihah dan Surat Al-Ikhlas.

Rakaat pertama : Surat Al-Fatihah dan Surat Al-Kautsar. Rakaat kedua: surat al Fatihah dan Surat Al-Ikhlas.

Rakaat pertama: Surat Al-Fatihah dan Surat Al-Kafirun. Rakaat kedua : surat Al-Fatihah dan Surat Al-Ikhlas.

Rakaat pertama : surat Al-Fatihah dan Surat An-Nashr. Rakaat kedua : Surat Al-Fatihah dan Surat Al-Ikhlas.

Rakaat pertamab: surat Al-Fatihah dan Surat Al-Lahab. Rakaat kedua : Surat Al-Fatihah dan Surat Al-Ikhlas.

Akan tetapi, sebagian ulama, yang menganjurkan untuk membaca surat tertentu pada shalat sunnah tarawih dan sholat sunnah witir, berdasarkan kaidah membaca Alquran secara berurutan.

Dikutip dari kitab perukunan melayu atau kitab perukunan melayu besar atau kitab Perukunan Melayu adalah sebuah kitab fikih berbahasa Melayu yang dikarang oleh Mualim Wahid Tuan Guru Haji Abdurrasyid rahimahullah (Ahad 1844 M – 4 Februari 1934 M di Amuntai).

Berikut susunan surat pada shalat sunnah tarawih yang dibaca sebanyak 20 raka’at pada 15 hari pertama bulan Ramadhan, sebagaimana urutan surat diatas setiap raka’at. Untuk bacaan surat 15 hari kedua, disusun sebagai berikut :

Surat al Fatihah dan surat al Qadr (rakaat pertama), surat al Fatihah dan surat at Taktsur (rakaat kedua).

Surat al Fatihah dan surat al Qadr (rakaat pertama), surat al Fatihah dan surat al Ashr (rakaat kedua).

Surat al Fatihah dan surat al Qadr (rakaat pertama), surat al Fatihah dan surat al Humazah (rakaat kedua).

Surat al Fatihah dan surat al Qadr (rakaat pertama), surat al Fatihah dan surat al Fill (rakaat kedua).

Surat al Fatihah dan surat al Qadr (rakaat pertama), surat al Fatihah dan surat Quraisy (rakaat kedua).

Surat al Fatihah dan surat al Qadr (rakaat pertama), surat al Fatihah dan surat al Ma’un (rakaat kedua).

Surat al Fatihah dan surat al Qadr (rakaat pertama), surat al Fatihah dan surat al Kautsar (rakaat kedua).

Surat al Fatihah dan surat al Qadr (rakaat pertama), surat al Fatihah dan surat al Kafirun (rakaat kedua).

Surat al Fatihah dan surat al Qadr (rakaat pertama), surat al Fatihah dan surat An Nashr (rakaat kedua).

Surat al Fatihah dan surat al Qadr (rakaat pertama), surat al Fatihah dan surat al Lahab (rakaat kedua).


Sources by Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim Jamaah Sarinyala Kabupaten Gresik

https://www.laduni.id/post/read/74745/susunan-bacaan-surat-dalam-shalat-tarawih.html