Laduni.ID, Jakarta – Umur Nabi Muhammad Saw dan umatnya termasuk umat yang memiliki umur yang relatif pendek jika dibandingkan dengan Nabi-Nabi sebelumnya. Nabi Muhammad Saw wafat dalam usia 63 tahun dan umatnya mayoritas sama atau rata-rata di bawah 100 tahun. Bahkan Rasulullah sendiri telah bersabda, “Usia umatku antara 60 hingga 70 tahun. Sedikit antara mereka yang melebihi usia tersebut” (HR. Tirmidzi).32 Sementara umat-umat sebelumnya umurnya panjang mencapai ratusan tahun.
Panjang dan pendeknya umur ini tentu dalam anggapan manusia dapat menyebabkan ketidakadilan. Yang berumur panjang dapat mengumpulkan amal sebanyak-banyaknya dan yang berumur pendek tentu lebih sedikit. Tetapi apakah bentul demikian?.
Ternyata Allah Swt memiliki cara tersendiri agar umur umat Muhammad Saw yang relatif pendek itu dapat mengumpulkan kebaikan sebanyak atau melebihi amal yang dilakukan umat terdahulu. Cara Allah Swt memberikan pahala pada amal-amal tertentu atau amal-amal yang dikerjakan pada waktu tertentu dengan pahala yang berlipat ganda. Seperti Allah memberi pahala setiap kebaikan dengan 10 pahala, shalat jamaah diberi pahala 27 kali lipat, shadaqah 700 kali lipat, amala sunnah di bulan Ramadhan pahalanya sepadan dengan amalan wajib dan amalan wajib dilipatgandakan 70 kali lipat.
Dan yang sangat fantastis adalah amalan yang dilakukan pada malam Lailatul Qadar. Pada malam Lailatul Qadar, Allah Swt melipatgandakan amalan sama seperti amalan yang dilakukan selama 1000 bulan atau sekitar 83 tahun. Sungguh luar biasa, kemurahan anugerah yang diberikan Allah Swt kepada umat Muhammad Saw. Sehingga walaupun umurnya pendek tetapi tetap dapat mengumpulkan pahala yang sepadan atau melebihi umat-umat sebelumnya.
Anugerah kemurahan Allah Swt yang diberikan kepada umat Muhammad saw. ini mengandung pesan bahwa Allah Swt melihat kualitas manusia bukan dari segi panjang atau pendeknya umur tetapi Allah Swt lebih melihat kepada untuk apa umur itu dipergunakan. Jika umur yang panjang digunakan untuk kemaksiatan maka tidak ada artinya (syar), tetapi jika umur yang pendek digunakan untuk kebaikan dan taat kepada Allah Swt maka ini yang disebut umur yang baik (khair). Hal ini senada dengan jawaban Rasulullah SAW ketika ditanya seorang sahabatnya, “Siapa manusia yang paling baik?” Rasulullah menjawab, “Orang yang umurnya panjang dan amal perbuatannya bagus.” Kemudian Rasulullah ditanya lagi, “Lalu siapa orang yang paling buruk?” Rasulullah menjawab, “Orang yang umurnya panjang tetapi amalnya buruk.”
Umat Islam memiliki kesempatan yang besar untuk mengumpulkan pundi-pundi amal dengan pahala yang berlipat ganda. Yang terpenting adalah bagaimana seorang muslim tidak melewatkan waktunya untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Namun sayangnya, seringkali umat Islam kurang memperhatikan kemurahan Allah Swt. Masih banyak yang lebih mengutamakan kesibukan duniawi di bulan suci ini ketimbang untuk beribadah. Padahal kemurahan pahala yang diberikan Allah Swt kepada umat Islam di bulan Ramadhan sebagai kompensasi pendeknya umur Muhammad dibanding umur umat yang lain.
Diriwayatkan dalam kitab Al-Muwathȃ` bahwa suatu ketika diperlihatkan kepada Nabi Muhammad Saw. umur-umur umat sebelumnya. Rasulullah Saw agak tercengang dan membayangkan bagaimana mungkin umatnya dapat melebihi amal yang dilakukan umat-umat sebelumnya. Lalu Allah Swt memberikan kepada Rasulullah Saw Lailatul Qadar yang keutamaannya lebih baik daripada seribu bulan.
Karenanya, mari kita manfaatkan kesempatan bertemu bulan Ramadhan di tahun ini untuk meningkatkan kualitas umur dengan melakukan amal kebaikan. Dengan itu semoga kita dapat berjumpa dengan Lailatul Qadar. Amien
Source: Buku menyingkap tabir puasa Ramadhan (penulis KH. Cholil Nafis, Lc, Ph.D diterbitkan oleh Mitra Abadi Press, Jagakarsa Jakarta Selatan)
https://www.laduni.id/post/read/74893/menggapai-kualitas-umur-melalui-ramadhan.html