Rumus Mengetahui Malam Lailatul Qadar Menurut Imam Ghazali

Laduni.ID, Jakarta – Bulan Ramadhan tahun ini telah memasuki sepuluh hari terakhir puasa atau yang bertepatan dengan datangnya malam lailatul qadar atau malam seribu bulan. Salah satu cirri tanda malam lailatul qadar adalah datangnya 10 hari terakhir Ramadhan dalam tanggal ganjil.

Malam lailatul qadar adalah malam yang sangat istimewa bagi semua umat muslim. Pasalnya pada malam ini lebih baik dari seribu bulan. Berikut ini rumus cara mengetahui malam lailatul qadar menurut Imam Ghazali

Menurut Imam Al-Ghazali Rahimahullah, dan juga ulama lainnya: Sebagaimana disebut dalam I’anatut Thalibin juz 2, hal. 257, Cara untuk mengetahui Lailatul Qadar bisa dilihat dari hari pertama dari bulan Ramadhan:

‏قال الغزالي وغيره إنها تعلم فيه باليوم الأول من الشهر
فإن كان أوله يوم الأحد أو يوم الأربعاء فهي ليلة تسع وعشرين
أو يوم الاثنين فهي ليلة إحدى وعشرين
أو يوم الثلاثاء أو الجمعة فهي ليلة سبع وعشرين
أو الخميس فهي ليلة خمس وعشرين
أو يوم السبت فهي ليلة ثلاث وعشرين
قال الشيخ أبو الحسن ومنذ بلغت سن الرجال ما فاتتني ليلة القدر بهذه القاعدة المذكورة

1. Jika awalnya jatuh pada hari Ahad / Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29

2. Jika awalnya jatuh pada hari Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21

3. Jika awalnya jatuh pada hari Selasa / Jum’at maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27

4. Jika awalnya jatuh pada hari Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25

5. Jika awalnya jatuh pada hari Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23

Syekh Abul Hasan As-Syadzili Rahimahullah berkata: “Semenjak saya menginjak usia dewasa Lailatul Qadar tidak pernah melesat dengan jadwal atau kaedah tersebut.”

Kaidah ini tercantum dalam kitab-kitab para ulama termasuk dalam kitab-kitab fiqh Syafi’iyyah. Rumus ini teruji dari kebiasaan para tokoh ulama yang telah menemui Lailatul Qadar. Formula ini diceritakan Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, juga terdapat dalam kitab Hasyiah Sulaiman Al Kurdi juz hal 188; Tafsir Shawi; kitab I’anah at-Thalibin II/257

Berikut  Doa Lailatul Qadar

Ada do’a yang pernah diajarkan oleh Rasul SAW  jikalau kita bertemu dengan malam kemuliaan tersebut yaitu membaca doa: “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni”

Artinya: “Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku”

‏عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا
قَالَ  قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah SAW, yaitu jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa do’a yang mesti kuucapkan?”

Rasul SAW menjawab, “Berdo’alah: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni

Artinya: “Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku” HR. Tirmidzi no. 3513 dan Ibnu Majah no. 3850.

Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini hasan shahih. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadis ini shahih. Hadis ini dibawakan oleh Imam Tirmidzi dalam bab : “Keutamaan meminta maaf dan ampunan pada Allah SWT”.

Hadis di atas disebutkan pula oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul Marom pada hadits no. 706.

Adapun maksud dari “innaka ‘afuwwun” adalah yang banyak memberi maaf. Demikian kata penulis kitab Tuhfatul Ahwadzi.

Para ulama menyimpulkan dari hadis di atas tentang anjuran memperbanyak do’a “Allahumma innaka ‘afuwwun” pada malam yang diharap terdapat lailatul qadar.

Do’a di atas begitu jaami’ (komplit dan syarat makna) walau terlihat singkat. Do’a tersebut mengandung ketundukan hamba pada Allah SWT dan pernyataan bahwa dia tidak bisa luput dari dosa. Namun sekali lagi meminta ampunan seperti ini tidaklah terbatas pada bulan Ramadhan saja.

Al Baihaqi berkata, “Meminta maaf atas kesalahan dianjurkan setiap waktu dan tidak khusus di malam lailatul qadar saja.” Fadho-ilul Awqot, hal. 258

Hadis ‘Aisyah RA di atas juga menunjukkan bahwa do’a di malam lailatul qadar adalah do’a yang mustajab sehingga dia bertanya pada Rasul mengenai do’a apa yang mesti dipanjatkan di malam tersebut.

Semoga kita semua mendapatkan malam lailatul qadar pada Ramadhan ini, amin ya Raabbal alamin


Referensi:
-Minhatul ‘Allam fii Syarh Bulughil Marom, Syaikh ‘Abdullah bin Sholih Al Fauzan
-Lathoif Al Ma’arif fii Maa Limawasimil ‘Aam minal Wazhoif, Ibnu Rajab Al Hambali

https://www.laduni.id/post/read/74906/rumus-mengetahui-malam-lailatul-qadar-menurut-imam-ghazali.html