Prof. Dr. H. M. Gazali, M. Ag lahir di Alabio 1 Juni 1959, akrab dipanggil dengan Gazali anak dari H. Asikin dan Hj. Lamsiah. Dia adalah seorang guru besar di IAIN Antasari Banjarmasin. Disamping itu, ia juga menjabat sebagai Ketua STAI Al-Falah Banjarbaru.
Sejak di bangku SD (1966) ia menyukai puisi, mengaji (seni membaca Alquran), Menyanyi dan Melukis. Ghazali kemudian melanjutkan ke SMIP (1946) selesai pada tahun 1975. Kemudian ke pondok Modern Gontor Ponorogo selama 4 tahun dan selesai pada tahun 1979.
Ia masuk MTs satu tahun di Alabio (1980) dan MAN satu tahun di Amuntai (1981) untuk mendapatkan ijazah negeri, karena hal itu merupakan persyaratan untuk diterima diperguruan tinggi. Dia belajar di Fakultas Syariah IAIN Antasari pada tahun 1982 dan meraih gelar Sarjana Muda (BA) tahun 1985 dan gelar sarjana lengkap (Drs) tahun 1988.
Setelah diterima bekerja sebagai pegawai di Fakultas Dakwah IAIN Antasari Banjarmasin 1989, tiga tahun kemudian (1992) meneruskan ke Pasca Sarjana S2 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sampai tahun 1995 dan berhaasil meraih gelar M. Ag. Pada tahun 1998 ia meraih gelar Doktor di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saat dia menjadi mahasiswa, kegiatan seninya berjalan dengan pesat mengejar prestasi dengan meraih sejumlah trophy dalam rangka mengikuti Musabaqah Tilawattil Quran, Musabaqah Khattil Quran lomba baca puisi, lomba bakisah bahasa banjar, lomba likes kaligrafi, lomba pidato bahasa Arab, Inggris dan Indonesia, bahkan lomba merangkai janur. Dia juga mengikuti kegiatan Organisasi, Pramuka, Karang Taruna, PII, Pemuda Anshor PMII dan AMPI serta Pemuda Pancasila.
Setelah diangkat menjadi dosen, kegiatannya terfokus pada pengelolaan dan pembinaan sanggar Kaligrafi Raudatul Fannan dan Al-Banjari. Doktor yang berpostur kecil mungil ini mengajar dibeberapa perguruan tinggi seperti: Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darussalam Martapura, Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA) Dinamika Banjarbaru, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Falah Banjarbaru, Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an (STIQ) Amuntai, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syekh Muhammad Nafis di Jaro Kabupaten Tabalong, pendidikan Guru Taman Kanak-kanak Alquran (PGTKA) BAPMRI Banjarmasin.
Setamat S3 pada tahun 1998, ia diangkat sebagai Pembantu Ketua III STIB Banjarbaru 1998-2000, Pembantu Ketua I STAI Al-Falah Banjarbaru 1998-2003. Selain itu ia juga ikut mengelola YAyasan Pondik Peantren Al-Falah Banjarbaru, Pesantren Darul Hijrah Martapura dan Pesantren Al-Madaniyah Jaro Tabalong. Ia mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang pengembangan masyarakat Kalimantan, utamanya bidang penerbitan dan pengembangan potensi sumber daya Manusia dan duduk sebagai Direktur Eksekutif Community Development Studies (COMDES) Kalimantan. Ia juga adalah Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren periode 2005-2009.
Pada tahun 2002, tokoh yang pernah menjabat sebagai Ketua STAI Pondok Pesantren Al-Falah Banjarbaru ini mendapat undangan dari Kementrian Luar Negeri Amerika Serikat bersama 23 orang kiai pesantren se-Indonesia selama tiga minggu mengunjungi Amsherst Massachusset USA. Sedangkan pada tahun 2003 ia dipercaya sebagai Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI) Kalimantan Selatan kloter I.
Di Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ), Badan Koordinasi Pengembangan Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) dan Badan Pengemnbangan Taman kanak-kanak Alquran (BPTKA) Kalimantan Selatan dia banyak berkiprah pada bidang pengembangan kader khattat dan khattah. Setelah tidak aktif lagi mengikuti lomba bidang khat, dia menjadi Pembina dan terakhir dipercaya menjadi juri Musabaqah Khattil Quran tingkat nasional.
Dari keberhasilannya meraih sejumlah prestasi, Gazali yang punya kemampuan berbahasa Arab dan Inggris ini memang sejak kecil ditempa oleh kakeknya KH. Muhammad Sani, Pendiri Pondok Pesantren Al-Falah Banjarbaru dilanjutkan penanaman sikap mandiri oleh KH. Imam Sahal dan KH. Imam Zarkasyi ketika nyantri di Pondok Modern Gontor Ponorogo.
Beberapa prinsip dalam hidupnya; Hidup Hanya sekali, maka hiduplah yang berarti; cinta kesibukan, tidak sibuk dengan cinta; Berani hidup dan tak takut mati; sekali Melangkah dayung; pantang mundur ke belakang; Why I can’t if they can. Dia pernah berpuasa selama 135 hari (4, 5 bulan). Bila punya hajat atau cita-cita ia mengekalkan shalat malam, shalat taubat, shalat istikharah, shalat hajat dan shalat witir.
Berbakti kepada orang tua adalah syarat penting untuk meraih keberhasilan. Keridhaan Allah terletak pada keridhaan orang tua, kemurkaan Allah terletak pada kemurkaan Orang Tua. Dekat dengan kiai-kiai, para ulama, guru-guru dan suka meminta nasehat kepada mereka membuat jalan kedamaian terbuka luas.
Sedekah membuat harta menjadi berkah, kasih sayang kepada binatang, sikap bersahabat dan ramah terhadap alam dan lingkungan akan membuat segala permasalahan menjadi dimudahkan, karena orang yang hidup dengan kasih sayang akan disayangi oleh yang maha Pengasih lagi maha Penyayang. Lelaki kelahiran 47 tahun lau, meraih puncak karirnya menjadi Professor dalam bidang tafsir pada tahun 2006.
Karya tulisnya berupa buku : Ulumul Hadits (2002), Ulumul Quran (2003), Ornamen Nusantara dalam Ornamen mushaf Istiqlal (2003), Alquran Cahaya Gemilang Petunjuk ke Jalan yang Terang, Amar Ma’ruf Nahi Munkar (2004), Alquran Cahaya Gemilang Petunjuk ke Jalan yang Terang, Proses penciptaan Manusia menurut Alquran (2005), dan pada beberapa jurnal Khasanah, Al-banjary, Al-Hadarah, Al-Falah dan Banjarmasinpost.
Dari perkawinannya dengan Dra. Hj. Nurahmi, ia dikaruniai empat orang anak masing-masing bernama Salma, Rasma, Edy Zamara dan Halma. Professor seniman ini tinggal di Jl. A. Yani Km. Komplek Palapan Indah Blok J/131 Banjarmasin.
https://alif.id/read/redaksi/ulama-banjar-192-prof-dr-h-m-gazali-m-ag-b243180p/