Biografi KH. Muhammad Tambih

Daftar Isi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga
1.3       Wafat

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Mengembara Menuntut Ilmu
2.2       Guru-guru Beliau
2.3       Mengasuh Pesantren

3          Penerus Beliau
3.2       Murid-murid Beliau

4          Organisasi dan Karier
4.1       Riwayat Organisasi
4.2       Karier Beliau
4.3       Karya Beliau

5          Referensi

1.1  Lahir

KH. Muhammad Tambih, beliau adalah seorang ulama, dia juga seorang pendekar, petani, Beliau dilahirkan pada 1907 dari pasangan Abdul Karim dan Saefi. Adapun leluhur beliau bernama Baserin yang berasal dari Banten dan merupakan salah seorang prajurit Sultan Agung yang melarikan diri dari kejaran VOC (Vereenigdr Oostindische Compagnie /Perserikatan Perusahaan Hindia Timur atau Perusahaan Hindia Timur Belanda) kemudian bersembunyi dan menetap di Kampung Setu, Bintara Jaya, Bekasi.

1.2  Riwayat Keluarga

Pada tahun 1929 KH. Muhammad Tambih menikah dengan Aminatuz zuhriyah, gadis tetangga kampungnya, Kampung Pondok Pucung Bintara. Namun istrinya meninggal dunia saat KH. Muhammad Tambih evakuasi/mengungsi ke Kampung Ceger/Cikunir. Ketika itu wilayah Bekasi sedang diserang pasukan sekutu dari Pangkalan Halim Pondok Gede yang dikenal dengan peristiwa Karawang-Bekasi.

Saat istrinya meninggal, KH. Muhammad Tambih sedang menghadang laju pasukan Sekutu di daerah Jatiwaringin (sekarang Pangkalan Jati Kalimalang) bersama tentara Hizbullah di bawah pimpinan (Komandan Sektor) seorang pemuda yang bernama Abdul Hamid (KH. Abdul Hamid) dari Jati Bening yang kemudian menjadi menantunya. Setelah lama menduda sekitar 3 (tiga) tahun, KH. Muhammad Tambih h menikah lagi dengan Hj. Masnah binti H. Marzuki, anak salah seorang Pengurus Masjid di Rawa Bangke, Kampung Mester (Jatinegara sekarang). Dari istri pertama KH. Muhammad Tambih dikaruniai 3 (tiga) orang putera dan 3 (tiga) orang puteri. Sementara dari istri keduanya tidak menghasilkan anak.

1.3  Wafat

Beliau wafat pada 23 April 1977 dan jenazah beliau dimakamkan di kampung halamannya, di Kampung Setu, Bintara Jaya, Bekasi Barat. 

2.1   Mengembara Menuntut Ilmu

Beliau mengaji nahwu, sharaf, dan tajwid kepada Guru Musin dan Muallim Nasir serta belajar silat aliran beksi kepada Bek Martan dari Kampung Rawa Bugel Bekasi. KH. Muhammad Tambih menguasai ilmu silat beksi tersebut sehingga beliau pernah menjatuhkan 4 (empat) orang tentara Belanda yang bermaksud menangkapnya di sekitar Masjid Kampung Setu. KH. Muhammad Tambih juga pemah menjatuhkan para pembegal saat dalam perjalanan mengaji ke Guru Marzuqi di Kampung Muara. Beranjak dewasa KH. Muhammad Tambih belajar agama kepada Guru Marzuki Cipinang Muara.

2.2  Guru-guru Beliau

Guru-guru beliau ketika menuntut ilmu adalah:

  1. Guru Musin
  2. Muallim Nasir
  3. Guru Marzuki Cipinang Muara

2.3  Mendirikan Majelis Taklim Raudhatul Muta’allimin

KH. Muhammad Tambih mendirikan Majelis Taklim Raudhatul Muta’allimin di Kranji Bekasi yang cukup terkenal saat itu. Yang datang menuntut ilmu ke tempat itu adalah para ustadz-ustadz dari wilayah Bekasi dan sekitarnya seperti Lemah Abang, Cakung, Klender, Pondok Ungu, Bintara, Jatiwaringin, Pondok Gede.

3.1  Murid-murid Beliau 

Murid-murid beliau adalah para santri Majelis Taklim Raudhatul Muta’allimin

4.1  Riwayat Organisasi

KH. Muhammad Tambih juga aktif dalam berbagai organisasi sosial Keagamaan, diantaranya:

PBNU bagian Dakwah

4.2  Karier Beliau

Karier sesuai dengan keilmuannya beliau, posisi karier yang diduduki di antaranya:

  1. Pengasuh Majelis Taklim Raudhatul Muta’allimin
  2. Menjadi anggota DPRD Tingkat II Bekasi dari Partai NU
  3. Menjadi Pegawai Pengadilan Agama Kab. Bekasi dan terakhir menjadi Pengurus.

4.3  Karya Beliau

Semasa hidupnya KH. Tambih pernah mengarang 2 (dua) buah buku/kitab yang berjudul

  1. “Bayanul Haq lil Ijtima’i wal Ittifaq
  2. I’anatul Ikhwan.

Hasil riset tim Laduni.Id

https://www.laduni.id/post/read/74929/biografi-kh-muhammad-tambih.html