Biografi KH. Hasyim Arsyad

Daftar Isi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga
1.3       Wafat

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Mengembara Menuntut Ilmu
2.2       Guru-guru Beliau
2.3       Mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Alkhairat

3          Penerus Beliau
3.1       Anak-anak Beliau
3.2       Murid-murid Beliau

4          Jasa, Organisasi, dan Karier
4.1       Riwayat Organisasi
4.2       Karier Beliau

5          Metode Dakwah Beliau

6          Referensi

1.1  Lahir

KH. Hasyim Arsyad dilahirkan pada hari Senin pagi tanggal 25 Januari 1935 M. bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan 1350 H. di Toli-Toli, Sulawesi Tengah. Kampung Sungai Durian, Kluak, sekitar 30 kilometer dari Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Nama lengkapnya adalah KH. Hasyim Arsyad. Namanya sendiri adalah Hasyim, nama yang telah diberikan oleh orang tuanya sejak ia masih kecil.

Bapaknya bernama Muhammad Arsyad dan berasal dari kampung Sungai Durian Kluak, sekitar 30 kilometer dari Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan sedang ibunya bernama Fatmah. Hasyim bersaudara sebanyak empat orang, dua laki-laki dan dua perempuan, beliau merupakan anak sulung.

1.2  Riwayat Keluarga

Dua tahun setelah menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Muallimin 6 tahun Alkhaerat dan mengajar di Pesantren Alkhaerat, Hasyim mengakhiri masa remajanya pada tahun 1958 dan umur 25 tahun dengan menikahi Fathmah Jadaihi Intje Ote (umur 17 tahun), salah seorang alumni yang pernah diajar di Madrasah Alkhaerat. Perkawinan ini berlangsung atas usaha yang dilakukan oleh Sayyid
Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua) setelah adanya persetujuan dari orang tua Hasyim dan Fathma. Dari perkawinannya itu, Hasyim dikaruniai lima orang anak, terdiri atas empat laki-laki dan satu perempuan. Kelima anaknya tersebut adalah Ahmad Sayuthi Arsyad, Muhammad Fachri Arsyad, Muhammad Syauki Arsyad, Muhammad Helmi Arsyad, dan Stti Sri Ratu Humaira Arsyad. Kelima anak Hasyim tersebut telah menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi.

1.3  Wafat

KH. Hasyim Arsyad meninggal di rumah pada hari Jumat, 2 September 2011 dan dikuburkan pada Pekuburan Islam Kota Manado. Satu bulan sebelum meninggalnya, Hasyim tidak lagi melakukan aktifitas kecuali hanya berbaring di tempat tidur, bahkan seminggu sebelum meninggal, matanya terpejam dan tidak terbuka lagi, dan hanya seperti berzikir saja. Makam KH. Hasyim Arsyad terletak di bagian timur kompleks Pekuburan Islam berdampingan dengan makam Hj. Hafsah binti H. M. Taher

2.1   Mengembara Menuntut Ilmu

Hasyim memulai kegiatan pendidikan formalnya di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Samarinda pada tahun 1941 setelah menetap di kota ini selama empat tahun, dan tamat pada tahun 1947. Setelah tamat Sekolah Dasar, Hasyim kembali ke kampung kelahirannya bapaknya dan memulai kembali pendidikannya di tingkat dasar dengan memasuki Madrasah Ibtidaiyyah al-Irsyadiyyah dalam rangka memperdalam pengetahuan agama dan bahasa Arab yang menjadi ciri khas madrasah. Ia menamatkan pendidikannya di madrasah ini selama empat tahun, yaitu pada tahun 1950.

Untuk lebih memperdalam pengetahuan agama dan bahasa Arab, ia melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Alkhairat yang
telah melahirkan cukup banyak ulama yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Pesantren ini didirikan oleh Sayyid Idrus bin Salim
Aljufri (Guru Tua)
pada tanggal 11 Juni 1930 di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.

Keberangkatan Hasyim dengan meninggalkan kampung halamannya di Kalimantan Selatan menuju ke Palu, Sulawesi Tengah adalah untuk mengikuti jejak Rustam Arsyad, kakak sepupunya yang lebih dahulu melanjutkan pendidikannya dan merupakan salah seorang alumni yang banyak membantu kemajuan dan perkembangan Pesantren Alkhairat.

Selama di Pesantren Alkhairat, Hasyim memperoleh pengetahuan agama dan bahasa Arab dengan mengkaji secara langsung dari
kitab-kitab kuning yang diajarkan Guru Tua sebagai pendiri pesantren ini dan guru-guru lainnya, termasuk Rustam Arsyad yang merupakan kakak sepupunya dari Kalimantan Selatan. Pengetahuan agama dan bahasa Arab ibilah yang menjadi bekal dan modal bagi Hasyim untuk menjadi guru dan ulama di tengah- tengah masyarakat.

Selain pendidikan kepesantrenan, Hasyim mengikuti pendidikan formal yang dibina oleh pesantren, yaitu Madrasah Muallimin 4 tahun Alkhaerat pada tahun 1950 dan tamat pada tahun 1954. Setelah tamat di madrasah ini, beliau melanjutkan pendidikan formalnya di Madrasah Muallimin 6 tahun selama dua tahun dan tamat pada tahun 1956. Untuk memperoleh ijazah negeri, Hasyim mengikuti ujian persamaan PGA 4 tahun pada tahun 1957, dan ujian persamaan PGA 6 tahun pada tahun 1958.

2.2  Guru-guru Beliau

Guru-guru beliau ketika menuntut ilmu adalah:

  1. Muhammad Arsyad
  2. Sayyid Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua)

2.3  Mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Alkhairat

Pada tahun 1964, Hasyim meninggalkan Kota Palu atas tugas yang diberikan oleh Guru Tua untuk membuka Madrasah Ibtidaiyyah Alkhairat di Tondano, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Walaupun tugas tersebut dianggap berat, karena harus meninggalkan pekerjaannya sebagai PNS yang diangkat pada tahun 1963 di Kantor Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tengah dan pekerjan tambahan sebagai tukang jahit, namun karena perintah dan doa Guru Tua, Hasyim dan isterinya dengan penuh keikhlasan dan tawakkal mendirikan dan membina Madrasah Ibtidaiyah Alkhairat di Tondano selama tujuh tahun sampai tahun 1971.

Setelah satu tahun membina madrasah di Tondano, Hasyim diangkat sebagai Kepala Pendidikan Guru Agama (PGA) 4 tahun Filial Manado, sehingga beliau memiliki jabatan ganda dalam membina lembaga pendidikan, yaitu Kepala Madrasah Ibtidaiyah Alkhairat sekaligus, sebagai Kepala PGAN 4 tahun. Setelah berhasil mendirikan dan membina Madrasah Ibtidaiyah Alkhairat selama tujuh tahun.
Sekaligus membina PGAN Filial Manadi, Hasyim dimutasi ke Kota Manado dan ditugaskan sebagai guru di Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 6 Tahun Kota Manado pada tahun 1971. Dua tahun setelah di Kota Manado, aktifitasnya di bidang pendidikan sebagai PNS berakhir setelah dimutasi sebagai Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Manado Utara, kemudian dimutasi sebagai Kepala Kepenghuluan di Kantor Kemenag Kota Mando pada tahun 1975, kemudian dimutasi pada tahun 1990 sebagai Kepala Seksi Penyuluhan Haji pada Kantor Kemenag Provinsi Sulawesi Utara, dan pensiun sebagai PNS pada tahun 1994 dengan golongan III/b.

Selain pekerjaan pokoknya sebagai PNS, Hasyim tetap aktif membina lembaga pendidikan yang didirikan oleh pesantren Alkhairat di Kota Manado dengan jabatan Kepala Pendidikan Guru Agama (PGA) 4 tahun Alkhairat Kota Manado pada tahun 1980, dan Pimpinan Pondok Pesantren Alkhairat Komo Luar Kota Manado pada tahun 1980.

3.1  Anak-anak Beliau 

Anak-anak beliau menjadi penerus ulama adalah:

  1. Ahmad Sayuthi Arsyad
  2. Muhammad Fachri Arsyad
  3. Muhammad Syauki Arsyad
  4. Muhammad Helmi Arsyad
  5. Siti Sri Ratu Humaira Arsyad

3.1  Murid-murid Beliau 

Murid-murid beliau adalah para santri di pesantren Alkhairat

4.1  Riwayat Organisasi

  1. Wakil Ketua Tanfiziyah Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama (PWNU) Sulawesi Tengah
  2. Rois Syuriah NU Sulawesi Utara pada tahun 1983
  3. pada tahun 1985 sebagai anggota komisi Fatwa MUI Sulawesi Utara
  4. pada tahun 1990 sebagai Ketua komisi Fatwa MUI Sulawesi Utara

4.2  Karier Beliau

  1. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Alkhairat
  2. Pada tahun 1990 sebagai Kepala Seksi Penyuluhan Haji pada Kantor Kemenag Provinsi Sulawesi Utara
  3. Kepala PGAN 4 tahun
  4. Guru di Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 6 Tahun Kota Manado pada tahun 1971
  5. Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Manado Utara
  6. Kepala Kepenghuluan di Kantor Kemenag Kota Mando pada tahun 1975

Sebagai alumni Pesantren Alkhairat, Hasyim Arsyad selain memberikan pemahaman keagamaan melalui lembaga pendidikan formal,
juga melalui lembaga informal, seperti khutbah dan ceramah agama di masjid, majelis taklim, dan ceramah dalam peringatan hari-hari
besar Islam. Kegiatan ini mulai ditekuninya ketika berada di Kota Manado. Hal ini pula yang membuat masyarakat lebih mengenalnya
sebagai seorang ulama yang memiliki ilmu keislaman yang luas dan mengkaji ilmu agama dari sumbernya yang asli dengan kemampuan bahasa Arab yang dimiliki. Selain itu, Hasyim merupakan murid langsung dari Sayyid Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua).

Awal kedatangannya di Kota Manado, Hasyim mendirikan dan membina Majelis Taklim Al-Ikhwan atas permintaan masyarakat Islam
yang berdomisili di Kelurahan Islam Kota Manado. Beberapa tahun kemudian, majelis taklim ini membangun sebuah mushalla sebagai tempat beribadah, dan melaksanakan kegiatan pengajian dan ceramah. Materi yang diberikan secara rutin dalam majelis taklim ini adalah tauhid, fiqhi, akhlak, dan sejarah Islam.

Selain membina beberapa majelis taklim di Kota Manado, seperti Majelis Taklim Islamic Center, Majelis Taklim Raudhatul Khairat, dan Majelis Taklim Nahdhat al-Thullab, Hasyim juga membina majelis taklim di rumahnya yaitu Majelis Taklim Raudhatul Jannah.
Kegiatan dakwah ini, tidak hanya dalam lingkungan majelis taklim, tetapi sudah tersebar dalam berbagai tempat dan acara, bahkan kadang di luar Provinsi Sulawesi Utara.

Hasil riset tim Laduni.Id

https://www.laduni.id/post/read/74936/biografi-kh-hasyim-arsyad.html