Ngalap Berkah Haul KH. Sholeh Darat Semarang

Rabu, (11/5/22) kampung (kompleks) pasarean Bergota, kota Semarang sesak jamaah memenuhi lini makam untuk menghadiri haul KH. Sholeh bin Umar Assamarany atau kita kenal dengan KH. Sholeh Darat Semarang. 

Dalam rangkaian acara haul dari guru Raden Ajeng Kartini yang ke 122 ini juga dirawuhi oleh KH. Said Asrori Magelang, Sekretaris umum atau Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama’ (PBNU).

Mengikuti dan merasuk dalam acara haul mbah Sholeh Darat adalah pengalaman pertama. Rasa deg-degan cemas antara masih cukup waktu sampai lokasi apa tidak, ketika berangkat dari Ngaliyan menuju Bergota letak acara itu digelar, sebab dalam edaran pamflet dimulai jam 06.00-09.00 penulis baru berangkat sekitar pukul delapan lebih, jadi resah antara nantinya bakal sampai masih bisa ngangsu kaweruh di acara yang berkah itu.

Singkat cerita setibanya di Bergota, sepanjang jalan di area pasarean tersebut sudah dipenuhi motor dan mobil, terlebih ketika masuk gerbang utama atau gapura dengan bertuliskan ” Makam KH. Sholeh Darat Bergota Semarang” sudah banyak pula orang-orang atau jamaah duduk dan memenuhi lokasi berdampingan dengan nisan-nisan kampung (kompleks) pasarean atau makam ini.

Penulis yang datang terlambat pun kebagian tempat dan mengambil posisi dengan jamaah lainnya yang sudah datang lebih dahulu, dan itu pun masih banyak yang berdatangan yang menyusul berbondong-bondong dan tentu bukan dari Semarang saja tetapi ada dari kota lainnya. Namun momentum yang tepat karena masih bisa mendengarkan nasihat-nasihat kebaikan yang di sampaikan oleh Katib Aam PBNU.

Baca juga:  Mengenal Teologi Negatif Ibn ‘Arabi (2)

Para pedagang silih berganti hulu-hilir berjalan menjajakan dagangannya menyela para jamaah, sehingga yang hadir pada hari itu bukan mustahil adalah gambaran dan semuanya diniatkan untuk nyandong doa dan berkah dengan wasilah para ulama nusantara salah satunya KH. Sholeh Darat Semarang.

Sebab dengan acara haul seperti ini diharapkan umat Islam dapat meneladani semangat perjuangan Mbah Sholeh Darat yang melalui aktivitas dakwah dan pesantrennya melahirkan ulama-ulama besar di tanah air, di antaranya Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan bahkan RA. Kartini.

Penentuan waktu haul (10 syawal) yang berarti bergeser 12  hari dari hari wafatnya. Sebagaimana Kiai Sholeh Darat wafat pada tahun 1903 tepatnya hari Jumat Legi 28 Ramadhan 1312 H.

“Mbah Sholeh Darat sebagai guru ulama nusantara, di antara muridnya adalah KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah dan KH Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama” cerita Kiai Said Asrori.

Menurutnya, Kyai Sholeh Darat banyak menulis kitab, meliputi ilmu fikih, tafsir, tasawuf, tauhid, dan lainnya yang ditulis dengan huruf arab namun berbahasa jawa, atau disebut arab pegon.

Hal ini lah pada saat itu adalah bagian dari bentuk perjuangan KH. Sholeh Darat Semarang dalam mempertahankan nusantara dari jajahan kolonial salah satunya lewat karya tulisan. Dengan haul seperti ini penting, terlebih yang dihauli adalah seorang ulama’ nusantara yang alim dan penting. Meskipun seringkali ritual atau acara semacam haul, tahlilan, manakiban dicandra atau dianggap sebagai hal yang bid’ah.

Baca juga:  122 Tahun Tebuireng dan Gus Dur (2): Mendirikan Perpustakaan

“Maka ketika kita distigma menjadi ahlul bid’ah jawaban saya “alhamdulillah” tandas KH. Said Asrori ketika mauidhoh khasanah di maqbaroh mbah Sholeh Darat Semarang. Tidak perlu marah, emosi dan sebagainya malah mending di syukuri.

Mengutip dawuh Kanjeng Rasulullah Saw, sebagus-bagusnya manusia adalah yang diberi umur panjang dan menjalankan amal shaleh selama hidupnya. “Mbah Sholeh Darat ini termasuk luar biasa, mengajarkan kebaikan, menjaga Islam, menjaga agama, syariat, dan ibadah kepada santri-santrinya,” paparnya.

Disampaikannya, munculnya resolusi jihad dari masyarakat Indonesia saat itu, sampai tiap pesantren memunculkan perlawanan melawan penjajah, adalah bukti perjuangan Mbah Sholeh Darat.

Dalam sambutannya ketua PCNU Kota Semarang Kiai Anasom, mengatakan, ide KH. Sholeh Darat menginspirasi tokoh besar di Indonesia untuk melakukan gerakan anti kolonial yang dituangkan dalam kitab-kitabnya.

Masih menurut dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang ini, di dalam karyanya memuat ajakan untuk melawan penjajah dengan menanamkan rasa benci pada penjajah.

Meski acara telah dipungkasi dengan doa dan menjadi pertanda akhir dari acara tersebut, dari jamaah sendiri masih tetap disekitar maqbaroh, bahkan bergantian mendekat ke makam KH. Sholeh Darat dan penulis sendiri ikut hanyut euforia tersebut meski sekadar uluk salam, merapal sholawat dan doa semampunya dari luar cungkup karena tempat tidak memungkinkan mendekat dipenuhi luapan manusia di sekitar lokasi.

Baca juga:  Ulama Banjar (60): KH. Muhammad Tsani

Sebagaimana Mbah Sholeh Darat adalah seorang yang alim dan ulama yang produktif dalam menuangkan karya maka kita sebagai generasi selanjutnya paling tidak bisa meniru dari laku beliau. Ketika harapannya meniru sampai Kanjeng Nabi masih kejauhan maka paling tidak dengan tahapan meniru lewat beliau mbah Sholeh Darat, sebab dengan sanad beliau yang juga nyambung sampai ke Kanjeng Nabi.

Harapannya nanti juga KH. Sholeh Darat bisa diusung menjadi pahlawan nasional atas bentuk dakwah dan berkat perjuangan dari beliau dalam membela dan mempertahankan tanah air ini.

Wallahu a’lam bisshowab.

Linnabi Wa li KH. Sholeh Darat Semarang Alfatihah..

https://alif.id/read/mukhamad-khusni-mutoyyib/ngalap-berkah-haul-kh-sholeh-darat-semarang-b243518p/