Di Era Digital, Ulama Berdiri Mempersatukan Umat

Peran penting dari para ulama sangat dibutuhkan saat ini, terutama ketika memasuki era digital. Ulama selalu kokoh berdiri untuk mempersatukan umat, memberikan suluh dan menjadi penerang untuk memberikan jalan yang lurus bagi para muridnya.

Demikian disampaikan Ketua Satuan Koordinasi (Satkor) Covid-19 Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulun Nuha, dalam Pesantren Digital Majelis Telkomsel Taqwa (MTT) bertajuk ‘Peran Ulama Sosok Pahlawan Spiritual Masyarakat’, pada Senin (17/5).

“Ketika masuk era digital, ulama berdiri mempersatukan umat, memberikan suluh, memberikan terang, menjadi penerang, dan memberikan jalan yang lurus buat kita semua. Itulah yang mereka pikirkan,” katanya.

Iklan – Lanjutkan Membaca Di Bawah Ini

Dikatakan, terdapat banyak ulama yang sampai rela menahan lapar dan mengerahkan seluruh kemampuan yang dimiliki untuk membesarkan pengajian atau pesantren. Sebab fungsi ulama, bukanlah hanya sebatas mengajar melainkan juga mengasuh. Karena itu, ulama juga biasa disebut sebagai murabbi atau pengasuh.

“Murabbi ini satu kata dengan rabbi atau rabbun, yang biasanya melekat dengan Allah sebagai rabbul alamin. Bukan berarti mereka (para ulama itu) Tuhan, tetapi mereka mengasuh kita semua. Maka kalau di pesantren, kiai disebutnya sebagai pengasuh. Karena mereka mengasuh jiwa kita, spiritualitas kita,” terang Kiai Ulun.

Para ulama mampu dengan sangat ikhlas mengajarkan satu-dua huruf atau ayat kepada muridnya, sekaligus memberikan petunjuk yang bukan hanya pada tataran ibadah mahdlah tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga:  Penerbit Erlangga Serahkan Donasi Rp 100 Juta melalui NU Peduli Cegah Covid-19

“Mereka mengeluarkan bukan hanya hanya peluh, tetapi juga tetes air mata untuk mendoakan kita semua, para murid dan jamaahnya agar kita semua tetap berada di jalan Allah,” ujarnya.

Kiai Ulun kemudian mengutip kalimat pepatah Arab yakni lawlal murabbi maa araftu rabbi. Artinya, andai tidak ada seorang guru atau ulama niscaya aku tidak akan bisa mengenal siapa Tuhanku.

“Sayyidina Ali pernah menyebut, andai ada orang yang mengajarkanku satu huruf saja dari ilmu pengetahuan, aku rela menjadi budak yang dijual olehnya. Itu hanya satu huruf saja, sementara guru-guru kita mengajarkan lautan ilmu. Mereka berusaha dengan sangat keras untuk mengajarkan kepada kita dan selalu mendoakan kita,” terang Kiai Ulun.

Ia lantas mengajak para murid untuk berbakti kepada guru atau ulama. Sebab salah satu kebahagiaan para ulama adalah jika sang murid mampu mengamalkan ilmu yang sudah diberikan selama ini.

“Mari kita amalkan walau satu ayat. Kita mulai dari sekarang. Kebahagiaan guru yang lain adalah kalau kita mendoakan beliau. Setiap habis selesai shalat, kita kirimkan doa-doa terbaik, minimal surat Al-Fatihah, selain untuk keluarga kita juga guru-guru kita. Karena mereka adalah pahlawan spiritual kita,” pungkas Kiai Ulun.

https://alif.id/read/redaksi/di-era-digital-ulama-berdiri-mempersatukan-umat-b237943p/