Oleh Masyhari
RUMAHBACA.ID – Dalam sebuah diskusi tentang literasi di sebuah WAG literasi, seorang anggota grup berkomentar:
“Mencetak generasi literat lebih baik daripada hanya sekedar mencetak buku.”
Komentar tersebut ditutupnya dengan emot tawa. Mungkin maksudnya bercanda, tidak terlalu serius. Tapi bisa jadi, komentar itu memang serius.
Komentar itu ditujukan kepada seorang anggota WAG yang berharap agar komunitas makin banyak lagi MENCETAK BUKU, mengingat baru 1-2 buku saja yang berhasil diterbitkan.
Sebenarnya, saya pribadi setuju bahwa mencetak generasi literat itu sangat penting. Bahkan, itu adalah tujuan utama didirikannya komunitas literasi tersebut.
Hanya saja, menurut saya, mencetak buku juga penting dalam sebuah gerakan literasi.
Menurut hemat saya, tidak perlu membenturkan atau mempertentangkan antara mencetak buku dan mencetak generasi literat. Sebab, mencetak buku merupakan bagian dari proses membangun generasi literat.
Dengan demikian, tidak elok jika mengatakan bahwa mencetak buku itu HANYA SEKADAR. Mencetak buku itu BUKAN HANYA SEKADAR.
Mencetak buku adalah upaya dokumentasi dan mengabadikan karya tulis. Kalau sebuah ide dan pemikiran tidak dituliskan, lantas diterbitkan dan dicetak (kodifikasi), maka ide dan pemikiran akan menguap, hilang begitu saja.
Tulisan-tulisan yang tersebar secara online di WAG, jika tidak dicetak, maka akan hilang menguap ditelan pesan chat lainnya.
Memang, literasi (tulisan) hanya sebagian dari media atau alat. Masih ada media lain yang bisa dipakai untuk mempublikasikan, seperti rekaman audio, visual, grafis ataupun audio-visual. Namun, kata kuncinya di sini yaitu diterbitkan.
Kalau dalam konteks literasi, maka mencetaknya adalah media yang tepat.
Kita bisa flashback sejarah, bahwa peradaban baca menjadi maksimal setelah ada usaha kodifikasi (percetakan) pada era klasik.
Revolusi industri di Prancis dan kemunculan mesin uap dan cetak juga punya pengaruh yang dahsyat dalam pengembangan dan kemajuan bidang ilmu pengetahuan.
Dalam dunia Islam, zaman keemasan tercatat setelah Khalifah Al Makmun melakukan gerakan penerjemahan buku-buku Yunani Kuno ke dalam bahasa Arab dan mendirikan perpustakaan Baitul Hikmah.
Kita juga tahu, Mesir mengalami goncangan dahsyat gelombang ilmu pengetahuan setelah masuknya mesin percetakan yang dibawa oleh penjajah Prancis.
Karena itu, percetakan tidak bisa dikatakan HANYA SEKADAR. Seorang dikatakan literat jika ia rajin membaca. Dan, buku adalah sumber bacaan yang utama. Buku adalah bagian penting dalam gerakan literasi.
Gerakan penerbitan buku adalah bagian penting dalam proses mencetak generasi literat. Wallahu a’lam.
RS Bunda, Surabaya, 25 Juli 2022, 02.21 WIB