Laduni.ID, Jakarta – Ada sebuah ungkapan yang tidak asing ditelinga kita yaitu “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.” Ungkapan ini menunjukan betapa besarnya peran seorang guru dalam pengabdian mendidik murid-muridnya, terlebih-lebih dalam hal ilmu agama yang membuka jalan untuk kita menuju ke akherat.
Hal di atas menunjukan bahwa profesi guru merupakan sangat mulia, sebab guru adalah pembimbing bagi jiwa kita sebagaimana yang telah diungkapkan dalam nadzom kitab Alala yang artinya:
“Ustadku adalah pembimbing jiwaku dan jiwa bagaikan mutiara, sedangkan orangtuaku dan badan bagaikan kerangka (tempat bagi jiwaku.”
Jiwa atau ruh adalah inti dari manusia, sedangkan badan adalah tempat bersemayam bagi jiwa itu selama hidup di dunia, badan bisa rusak dan mati tapi jiwa akan tetap abadi, dan hanya orang bodoh saja yang lebih memandang tempat daripada yang bertempat, seperti emas yang dibungkus daun tetap lebih mulia dari batu yang di bungkus sutera, namun begitu tempat juga akan mempengaruhi nilai dari yang bertempat, seperti roti yang di bungkus dengan indah dan rapih mempunyai nilai lebih dari roti yang di bungkus plastik, seperti itu juga peran ustadz dan orang tua dalam kehidupan kita.
Guru kita membimbing jiwa kita agar menjadi manusia sejati, manusia yang mengerti bahwa dirinya adalah hamba Allah SWT. Guru kita adalah pembimbing jiwa kita dalam melewati jalan-jalan menuju ridlo Allah subhanahu wataala, dan guru kita adalah orang-orang yang berusaha menyelamatkan sedini mungkin agar kita tidak terjerumus dalam panasnya api neraka, sedangkan orang tua kita adalah orang yang mengasihi kita dengan kasih sayang tulus tanpa pamrih apapun.
Dalam dunia pesantren menghormati guru tidak bisa ditukar dengan apapun. Maka wajar jika melihat dunia pesantren jarang menemukan para santri yang menggunakan suara lantang dan tidak sopan kepada kiainya demi menghormati guru.
Sebab, terdapat musibah yang besar bagi kita jika tidak menghormati guru. Hal ini telah diperingatkan oleh Syekh Nawawi Banten dalam Kitab Salalim Al Fudhala halaman 84 yang artinya:
“Diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, ia bersabda, ‘Siapa yang meremehkan ustadznya, niscaya Allah turunkan bala pada tiga hal. Pertama, ia menjadi lupa terhadap hafalannya. Kedua, tumpul lisannya (dalam menyampaikan ilmu). Ketiga, hidup faqir di akhir hayat.”
Mustinya, kita sebagai seorang santri atau murid harus bersikap takzim kepada ustadz atau guru kita, karena tindakan ini merupakan tindakan memuliakan guru dan disitulah letak keberkahan ilmu yang kita dapat dari guru, sebaliknya pun demikian jika kita tidak takzim kepada ustadz dan guru, sebagaimana kata Sayyid Bakri Syatha dalam kitab Kifayatul Atqiya Wa Minhajul Ashfiya, halaman 84 yang artinya:
“Seseorang tidak akan mendapat (keberkahan) ilmu tanpa menghargai ahli ilmu (ustadz/guru/muallim). Salah satu bentuk takzim adalah tidak membantah mereka.”
Wallahu A’lam Bishowab
Referensi:
1. Kitab Salalim Al Fudhala halaman 84
2. Kitab Kifayatul Atqiya Wa Minhajul Ashfiya, halaman 84
https://www.laduni.id/post/read/80955/tiga-musibah-meremehkan-guru.html