1.1 Lahir
1.2 Wafat
2.1 Guru Ki Bang Kuning
1 Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
Ki Bang Kuning atau yang mempunyai nama asli Ki Wiroseroyo atau juga di sebut sebagai Mbah Karimah adalah salah satu sosok murid pertama Sunan Ampel dan juga mertua dari Sunan Ampel
1.2 Wafat
Ki Bang Kuning diperkirakan wafat pada tahun 1377 Masehi dan dimakamkan di Gang Kembang kuning, Surabaya..
2 Sanad Ilmu dan Pendidikan Ki Bang Kuning
2.1 Guru Ki Bang Kuning
- Sunan Ampel
3. Perjalanan Dakwah Ki Bang Kuning
Dalam awal abad ke-15 di Surabaya bagian selatan masih hutan belantara, seperti Wonokromo, Wonosari, Wonokitri (wonohutan). Ada seseorang yang mulai membabat alas bernamaKi Wiroseroyo yang tinggal di hutan Kembang Kuning, yang tiap-tiap pagi bekerja masuk hutan keluar hutan, dan beliau ini masih menganut ajaran agama Hindu. Kawasan Kembang Kuning pada masa Raden Wijaya disebut dengan Kembang Cri.Tiap-tiap pagi beliau lewat di Kembang Kuning, selalu terdengar orang seperti berbicara, tetapi tidak terlihat orangnya, siapa dan di mana orang bicara tersebut. Pada suatu hari, sengaja Ki Wiroseroyo mencari suara itu bersama anaknya perempuan bernama Karimah. Ternyata orang yang kedengaran bicara itu, seorang pemuda ganteng, menghadap ke barat dengan menjunjung tangannya, ditegurnya berkali-kali tetapi tidak menjawab, rupanya dia sedang bertapa. Dan terdapat satu orang Santrinya yang ikut berdoa.
Pak Wiroseroyo berniat akan membuatkan rumah untuk orang tersebut tanpa sepengetahuannya, di belakang dia tafakkur tidak bergerak itu. Setelah mulai menggali pondasi, ternyata orang itu mulai menoleh dan bergerak dan mengenalkan diri dengan nama Raden Rahmat dan Santrinya bernama Raden Burereh.Tingkah laku Raden Rahmat itu simpatik, menarik dan beliau memberitahukan tentang ajaran Agama Islam, yang betul-betul baru bagi Pak Wiroseroyo yang masih beragama Hindu itu. Lama kelamaan Pak Wiroseroyo ingin menganut agama Islam dan niatnya dulu akan membuatkan rumah dilanjutkan tetapi bukannya rumah, melainkan menjadi Musholla. Kemudian sebelum tinggal di Ampel Denta sebagai imam masjid, Raden Rahmat atau Sunan Ampel terlebih
Tiap pagi Pak Wiroseroyo dan Raden Rahmat yang dibantu oleh Raden Burereh bekerja keras membuat Musholla ini, dan tiap-tiap hari keduanya dikirim makan minum oleh si Karimah, dan akhirnya Rahmat diambil menantu oleh Pak Wiroseroyo dinikahkan dengan puterinya Karimah itu. Musholla yang dibuat oleh R. Rahmat dan Pak Wiroseroyo itu terletak di Kembang Kuning dengan atap alang-alang, dan termasuk masjid tertua di Jawa, yang pada zaman dahulu dikenal si pembuatnya dengan nama langgar tiban yaitu masjid Rahmat petilasan Sunan Ampel yang kemudian diganti dengan nama Masjid Rahmat, untuk mengabadikan nama pembangunnya Raden Rahmat.
Masjid Rahmat ini pernah menjadi pusat kegiatan Dakwah, bahkan semua Wali-wali sembilan orang di Jawa yaitu Wali Songo membicarakan Islam di Masjid Rahmat ini. Setelah Raden Rahmat merasa sudah waktunya, beliau hijrah ke utara membuat Masjid baru dan pesantrennya di daerah Ngampeldenta yang sampai sekarang terkenal dengan nama Sunan Ampel.
Dan Mushola yang terletak di daerah Kembang Kuning kepengurusannya dipimpin oleh Ki Bang Kuning. Ki Bang Kuning hingga akhir hayatnya menyebarkan Islam di kawasan Kembang Kuning. Sebagai sosok yang secara tak langsung ikut berperan dalam mencetak sunan-sunan atau pejuang Islam yang hebat kala itu, tentu saja jasa beliau pantas untuk dikenang.
Ki Bang Kuning sejak mempunyai puteri Karimah dipanggil dengan panggilan Pak Karimah, tetapi setelah beliau sepuh (tua) dan puteri serta menantunya pindah ke Ampel, beliau dipanggil dengan panggilan Mbah Karimah.
4 Keteladanan Sunan Bungkul
Ki Bang Kuning atau yang mempunyai nama asli Ki Wiroseroyo atau juga di sebut sebagai Mbah Karimah adalah salah satu sosok murid pertama Sunan Ampel sekaligus Mertua dari Sunan Ampel. Ki Bang Kuning meneruskan dakwah Sunan Ampel setelah pindah ke daerah Ngampeldenta. Ki Bang Kuning hingga akhir hayatnya menyebarkan Islam di kawasan Kembang Kuning. Sebagai sosok yang secara tak langsung ikut berperan dalam mencetak sunan-sunan atau pejuang Islam yang hebat kala itu, tentu saja jasa beliau pantas untuk dikenang.
5 Referensi
1. Buku Atlas Wali Songo, Agus Sunyoto,
2. Buku Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan, Agus Sunyoto, Jakarta: Transpustaka, 2011
3. Mustopo, M.H. (2001). Kebudayaan Islam di Jawa Timur: kajian beberapa unsur budaya masa peralihan. Surabaya: Jendela.
4. Tjandrasasmita, U. (2010). Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
https://www.laduni.id/post/read/81011/biografi-ki-bang-kuning-mbah-karimah.html