Dalam literatur ilmu tasawuf arti khauf adalah suatu sikap mental merasa takut kepada Allah, yang disebabkan merasa kurang sempurna dalam menjalankan ibadah dan pengabdian. Dan merasa takut atau khawatir kalau-kalau Allah tidak senang kepadanya.
Awal mulanya Khauf timbul karena pengenalan dan cinta kepada Allah yang sangat mendalam, sehingga ia merasa khawatir kalau Allah melupakannya atau ia takut kepada siksaan-Nya. Seorang hamba yang memiliki rasa khauf (takut kepada Allah) ia akan semakin taat terhadap perintah Allah dan berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan segala larangan-Nya.
Allah SWT, berfirman:
يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: “Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)” (QS. An-Nahl: 50)
Ayat di atas memberi pemahaman, bahwa orang yang takut kepada Allah, tidaklah sama dengan takut kepada orang lain yang mempunyai sifat kejam, atau takut kepada ancaman binatang yang buas. Akan tetapi, orang yang takut kepada Allah, ia akan semakin mendekat kepada-Nya.
Imam Al-Ghazali dalam karyanya Mukasyafatul Qulub Al-Muqarribu Ilaa Hadhrati ‘Allaamil Ghuyub Fi ‘Ilmit Tashawuf (Juz, 1 Hlm. 11-12) mengutip ungkapan Al-Fakih Abu Laits As-Samarqandi terkait tanda-tanda khauf (takut kepada Allah) yang tampak secara zahir, bahwa tanda-tandanya terdiri dari tujuh bagian:
Pertama, lisannya dijaga dari mengucapkan perkara yang dilarang, seperti, ghibah, berbohong, adu domba, dan ia berusaha menghindari dari ucapan yang berlebihan. Orang yang khauf (takut kepada Allah) lisannya selalu berdzikir, memperbanyak membaca Al-Qur’an dan suka berbica tentang masalah keilmuan.
Kedua, hati orang yang takut kepada Allah tidak menyimpan permusuhan, kebohongan, dan kedengkian kepada saudaranya, permusuhan dan kedengkian termasuk penyakit hati yang sangat berbahaya, seseorang yang hatinya sudah dipenuhi dengan kedengkian dan permusuhan sulit untuk disembuhkan, kecuali dengan ilmu dan amal kebajikan.
Ketiga, pola berfikir orang yang takut kepada Allah tidak akan berfikir kepada sesuatu yang diharamkan, baik makanan, minuman, pakaian, dan lain sebagainya, juga ia tidak silau akan gemerlapnya dunia. Pemikiran orang yang takut kepada Allah selalu mengambil iktibar (pelajaran) dari segala hal yang terjadi terhadap dirinya.
Keempat, perut orang yang takut kepada Allah selalu dijaga dari kemasukan sesuatu yang diharamkan. Karena bila perut di isi dengan sesuatu yang diharamkan ia akan dimurkai oleh Allah SWT.
Kelima, tangan orang yang takut kepada Allah selalu dijaga dari mengambil hak orang lain. Dan tangan orang yang takut kepada Allah digunakan kepada jalan ketaatan kepada Allah, seperti, bersedakah, berinfaq, dan membantu orang yang membutuhkan bantuan.
Keenam, kaki orang yang takut kepada Allah tidak akan melangkah kepada kemaksiatan dan perkara yang dilarang. Kakinya digunakan kepada jalan menuju ketaatan kepada Allah, seperti bersilatur rahmi dan mengunjungi para ulama, dan orang-orang sholih.
Ketujuh, orang yang takut kepada Allah, ia ikhlas dalam menjalani keataannya, ia berusaha menghindar dari sifat kemunafikan dan sifat ingin dipuji oleh orang lain.
Salanjutnya Imam Al-Ghazali menegaskan, “Apabila seseorang merealisasikan tujuh dari tanda-tanda orang yang takut kepada Allah yang telah disebutkan di atas, maka pantas baginya menyandang predikat sebagai orang yang bertaqwa kepada Allah SWT”
Wallahu A’lam Bissawab.