Mengkhidmati Makna Kemerdekaan

1 0
Read Time:4 Minute, 18 Second

Oleh A. Rusdiana*)

Sudah menjadi tradisi, setiap bulan Agustus masyarakat Indonesia bersuka-cita memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia. Peringatan HUT Kemerdekaan tahun ini jatuh pada Hari Rabu 17 Agustus 2022, dengan tema “Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat”. Berbagai kegiatan digelar untuk memeriahkan ulang tahun kemerdekaan tersebut; tak hanya di kota, tetapi juga di pelosok-pelosok desa bahkan lorong-lorong perkampungan. Bulan Agustus adalah bulan istimewa, di bulan ini negara Nusantara merdeka bersama, dimulai dari Singapura pada tanggal 9 Agutus, Indonesia pada tanggal 17 Agustus dan Malaysia pada tanggal 31 Agustus. Agustus tahun ini pun menjadi lebih bermakna dengan bersamaan bulan Muharram, dimana banyak peristiwa bersejarah terjadi dan sebagai rasa syukur kita dianjurkan berpuasa Tasyu’a dan Asyura yaitu puasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram. Mengenang hijrah Nabi dan Sahabat, pada saat yang sama mengenang perjuangan para pahlawan mendapatkan kemerdekaan negara.

Makna Kemerdekaan Pada hakikatnya kemerdekaan yang diperoleh lewat perjuangan 77 tahun yang lalu mengandung beberapa makna diantaranya:

Pertama: Kemerdekaan sebagai Nikmat; jelas sekali perbedaan kehidupan kita di masa kemerdekaan bila dibandingkan dengan masa penjajahan, sekarang kita memiliki kebebasan penuh untuk menentukan nasib kita sendiri. Oleh Karena itu, kemerdekaan sebagai nikmat harus kita syukuri.

Allah SWT berfirman dalam QS Ibrahim: 7 dimana Allah SWT mengingatkan kita apabila kamu pandai mensyukuri nikmat Allah, maka niscaya Allah akan mengucurkan nikmat-Nya lebih banyak lagi. Tetapi, kalau kamu mengingkari nikmat itu, Allah akan memberikan azab yang sangat pedih.

Namun kenyataan akhir-akhir ini banyak yang memprihatinkan kita. Ada fenomena di dalam masyarakat ini, baik dikalangan para pemimpin maupun masyarakat luas, telah muncul suatu sikap hidup, gaya kehidupan yang tidak menjurus kepada syukur nikmat, tetapi justru kepada kufur nikmat.

Dalam QS al-Anfal: 53 Allah SWT berfirman: “Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesunguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” Allah tidak akan mencabut kenikmatan yang telah diberikan kepada sebuah Negara, kecuali Negara itu dengan tangannya merusak dan menghancurkan kenikmatan. Dan kenikmatan tersebut bisa berupa kemerdekaan ini. Sungguh, kita merupakan satu bangsa dengan karunia Ilahi yang luar biasa, berupa kekayaan alam yang melimpah ruah, dan jarang Negara yang kekayaan alamnya seperti yang kita punya, akan tetapi banyak sekali sumber daya alam itu yang tidak dipelihara dengan benar.

Kedua: Kemerdekaan sebagai Amanah; kemerdekaan juga sebuah amanat untuk berbuat adil, memerangi kemiskinan, menegakkan akhlak dan moral bangsa. Amanat itu pada dasarnya datang dari Allah SWT sehingga kita tidak boleh berkhianat, Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan juga janganlah kamu mengkhainati amanat-amanat yuang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS al-Anfal: 27).

Sebagai amanat, maka kemerdekaan selama setengah abad lebih ini harus kita pelihara dan jangan sampai mengikuti orang-orang yang suka berbuat kerusakan di muka bumi Allah SWT.

Ketiga: Kemerdekaan sebagai Ujian; Dalam hal ini Nabi Sulaiman telah memberikan contoh kepada kita. Tatkala ia diberi kebahagiaan dan kesenangan yang melimpah, beliau mengatakan: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS an-Naml: 40).

Dengan demikian, jelas bahwa kemerdekaan yang dikaruniakan kepada kita sekarang haruslah syukuri dan kita pelihara sebaik-baiknya. (1) Jangan sampai kita merusak lingkungan hidup kita dan jangan membiarkan tumbuhnya penyakit-penyakit masyarakat seperti korupsi, kolusi, monopoli dan sekulerisasi. (2) Jangan sampai hal-hal di atas terus berkembang di atas kemerdekaan yang dulu ditebus dengan darah, air mata dan nyawa oleh para pejuang kemerdekaan kita.

Sebagai anak bangsa yang sudah menerima kemerdekaan, tentunya patut menghargai usaha para pendahulu yang telah berjuang untuk bangsa ini. Kemerdekaan Indonesis dan kebahagiaan hidup dalam suasana Indonesia semacam ini membuat hidup tenang dan bebas beraktivitas apapun. Maka sudah sewajarnya kemerdekaan ini diisi dengan hal positif dari memperkuat persatuan bangsa, memperluas wawasan nusantara, menambah ilmu pengetahuan dan menjaga tumpah darah dengan segenap cinta bangsa.

Dengan mensyukuri nikmat kemerdekaan mudah-mudahan tema HUT RI ke 77 “Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat” bisa terujud dalam kehidupan ini. Aamiin ya robbal ‘alamiin.

Wallahu A’lam Bishowab

Penulis:

*) Ahmad Rusdiana, Guru Besar bidang Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti PerguruanTinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengem-bangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri/Ketua Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Rumah Baca Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis.

Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui: http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. https://play.google.com/store/books/author?id=Prof.+DR.+H.+A.+Rusdiana,+M.M

https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=Sopy+buku+Rusdiana

Bagikan tulisan ke: