Daftar Isi Biografi KH. M. Faqih Imam Sarang
1. Riwayat Hidup
1.1 Lahir
1.2 Wafat
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Perjalanan Menuntut Ilmu
2.2 Guru Beliau
3. Pengasuh Pesantren MIS Sarang
4. Penerus
4.1 Murid-murid
5. Karier
5.1 Karier KH. M Faqih Imam
6. Kutipan Dawuh KH. M Faqih Imam
7. Teladan
7.1 Menjaga Shalat Berjamaah
7.2 Humoris dan Disiplin
8. Chart Geneology
8.1 Chart Geneology Guru
9. Referensi
1. Riwayat Hidup
1.1 Lahir
Beliau lahir pada tahun 1950 M bertepatan dengan keberangkatan KH. Abdurrohim Ahmad dan Syaikhina Maemoen Zubair ke tanah suci. Putra dari pasangan KH. Imam Kholil dan Nyai Hj. Robi’ah Adawiyah ini memiliki nama lengkap Muhammad Faqih Imam.
1.2 Wafat
Dalam suatu kesempatan beliau mendapat undangan pengajian di daerah Blora, tepatnya di tempat H. Shoheh Ngawen Blora, salah seorang alumni Pesantren MIS karangamangu Sarang. Kondisi kesehatan Mbah Faqih waktu itu kurang begitu prima, namun beliau tetap menyempatkan hadir untuk mengisi pengajian tersebut. Selang beberapa saat beliau merasa tidak enak badan dan meminta izin kepada H. Shoheh agar mau’idzoh yang semestinya beliau sampaikan agar diganti oleh kiyai lain. Beliau hanya memimpin pembacaan doa saja. Beliau pun berpesan kepada H. Shoheh untuk membangunkan beliau bila acara telah sampai pada pembacaan doa. Setelah acara memasuki pembacaan doa, H. Shoheh yang hendak membangunkan KH. Faqih merasa tidak tega sebab beliau terlihat sedang tidur pulas. Sampai acara pengajian selesai, KH. Faqih masih istirahat ditempat semula, sehingga H. Shoheh membiarkan beliau beristirahat hingga subuh. Setelah masuk waktu subuh, H. Shoheh merasa curiga karena melihat posisi tidur KH. Faqih yang belum berubah sejak saat dia melihat sebelumnya. H. Shoheh baru mengetahui ternyata saat itu KH. Faqih dalam keadaan koma. KH. Faqih segera dilarikan ke rumah sakit. Namun belum sempat sampai ke rumah sakit, KH. Faqih sudah dipanggil oleh Allah SWT tepat pada hari Jumat tanggal 14 Rabiul Awwal 2004 M.
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1 Perjalanan Menuntut Ilmu
Semasa kecilnya beliau diasuh langsung oleh ayahandanya. Bila hendak menunaikan shalat berjamaah maupun mengajar KH. Imam Kholil sering menggandeng tangan KH. Faqih muda sebagai bentuk didikan agar anak tercintanya ini gemar shalat berjamaah dan mengaji.
Sebagaimana putra-putra Kiyai Sarang pada umumnya, KH. Faqih muda mengawali pendidikan agamanya di Madrasah Ghozaliyyah Syafi’iyyah (MGS) Sarang. Selain dari ayahandanya sendiri, beliau juga berguru pada KH. Ahmad bin Syu’aib (pamannya), KH. Zubair Dahlan, KH. Nur Hasyim Sarangmeduro serta ilama-ulama lain di Sarang. Tidak puas hanya menuntut ilmu di negeri sendiri, beliau melanjutkan pengembaraan ilmu ke tanah kelahiran Nabi Muhammad SAW, Makkah Al-Mukarromah, tepatnya di Madrasah Ash-Shoulatiyyah. Diantara guru-guru beliau semasa belajar di tanah suci adalah Syaikh Yasin bin Isa Al-Fadani, Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Malikiy, Syaikh ‘Ismail, dan Syaikh Zakariyya Bella.
2.2 Guru Beliu
Guru-guru KH. M. Faqih Imam:
- KH. Imam Kholil (Ayah),
- KH. Ahmad bin Syu’aib (Paman),
- KH. Zubair Dahlan,
- KH. Nur Hasyim Sarangmeduro,
- Syekh Yasin bin Isa Al-Fadani,
- Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Malikiy,
- Syekh Ismail, dan
- Syaikh Zakariyya Bella.
3. Pengasuh Pesantren MIS Sarang
Dimata santri, KH. Faqih dikenal sebagai sosok yang tawadhu’, sederhana, royal dan tidak membeda-bedakan orang-orang yang ada disekitarnya. KH. Ja’far Shodiq, seorang santrinya asal Dukuhseti Pati yang sekarang berdomisili di Dasin Tambakboyo, menuturkan bahwa sepulang dari Makkah, beliau mengajarkan para santri untuk berbahasa Arab Makkah dan Al-Qur’an. Ketika bertemu santri, KH. Faqih berdialog dengan bahasa Arab. Beliau mengharapkan agar santri-santrinya bisa berbahasa arab dengan lancar. Salah satu kegiatan yang selalu beliau lakukan setiap Jum’at pagi adalah ziarah ke Maqbaroh Setumbun dan Makam Sarah dengan berjalan kaki. Dalam perjalanan, beliau selalu berhenti sejenak di Mushalla yang beliau temui. Apabila di mushalla tersebut beliau menemui orang yang tidur maka beliau akan membangunkannya dan menganjurkan untuk melakukan aktifitas yang bermanfaat dan tidak membuang waktu dengan sia-sia.
Bersama masyarakat, beliau juga membentuk jamaah tahlilan dan rutinitas dzikir “ya lathif” setiap sepekan sekali. Hal ini menunjukkan bahwa beliau tidak hanya berfokus mendidik para santri, tetapi juga mendidik masyarakat diluar pesantren.
4. Penerus
4.1 Murid-murid
Murid-murid KH. M. Faqih Imam adalah para santri Pondok Pesantren Ma’hadul Ilmi Asy-Syar’ie (MIS) Sarang
5. Karier
5. Karier KH. M. Faqih Imam
Sesuai dengan keilmuan beliau posisi yang diduduki adalah pengasuh Pondok Pesantren Ma’hadul Ilmi Asy-Syar’ie (MIS) Sarang.
6. Kutipan Dawuh KH. M. Faqih Imam
1. Berkenaan dengan pendidikan putra-putranya, beliau pernah berpesan : “Anak-anaku ora usah sekolah umum, sekolah salaf ae sing peminate sithik. Soale perkoro sithik kuwi akeh sing nggoleki, masio dianggep gaya” (anak-anaku jangan sampai sekolah umum, sekolah salaf saja yang peminatnya sedikit, sebab perkara yang sedikit itu banyak yang mencarinya, meskipun dianggap angkuh)
2. Berkenaan dengan biaya pendidikan santri-santrinya, Mbah Faqih berpesan kepada istrinya, : “Nek karo santri sing murah-murah ae, ojo narik larang-larang” (kalau sama santri yang murah-murah saja, jangan menarik mahal-mahal). Dalam menetapkan biaya pendidikan di pondok pesantren KH. M. Faqih tidak pernah menetapkan biaya yang mahal. Beliau selalu memberikan kemudahan kepada para santri. Hal ini menunjukkan keikhlasan beliau selama mendidik para santri. Beliau tidak pernah memikirkan apa yang beliau dapat dari mendidik santri.
3. Kepada santri, beliau berpesan : ” kowe pingin sugih lan urip enak, kowe seng seneng sowan kiyai….ora perlu gowo-gowo. Sebab, Kiyai iku wes digrojogi sugih songko Allah” (kalian kalau ingin kaya dan hidup bahagia sering-seringlah sowan Kiyai…ketika sowan tsb tidak perlu membawa apa-apa sebab Kiyai itu telah diberikan kecukupan oleh Allah)
4. Sebagaimana disampaikan oleh istri beliau, Nyai Hj. Azizah Faqih bahwa salah satu pesan beliau pada para santrinya yang berhubungan dengan hal bermasyarakat adalah, : ” Dadi wong iku ojo rumongso pinter, seng biasa-biasa ae, tapi nyiapno opo seng dibutuhke neng masyarakat” (Jangan merasa paling pintar, jadilah orang yang biasa-biasa saja, yang terpenting bagaimana menyiapkan apa yang dibutuhkan ketika hidup ditengah masyarakat). Contoh tahlil, manaqib, barzanji dsb.
5. Salah satu pesan beliau lagi adalah, : “Jangan seperti pegawai negeri..!” Maksudnya adalah dalam mengabdikan diri ditengah masyarakat jangan membatasi waktu dan menghitung keuntungan yang didapat ketika mengerjakan suatu urusan. Sebagaimana waktu yang ditetapkan oleh atasan serta menuntut gaji dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
7. Teladan
7.1 Menjaga Shalat Berjamaah
Sebagaimana ayahandanya, KH. Faqih selalu menjaga shalat berjamaah, beliau tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah dalam kondisi apapun, betapa cintanya dengan shalat berjamaah sampai-sampai beliau pernah berpesan kepada keluarganya : “Aku iki gak due opo-opo, ojo ninggal jama’ah! Karena warisanku mung jama’ah” (saya ini tidak memiliki apa-apa, jangan meninggalkan shalat berjamaah, karena yang aku wariskan kepada kalian hanyalah shalat berjamaah). Beliau senantiasa menghadiri undangan dari kalangan apapun selama tidak berhalangan. Mungkin hal ini juga yang membuat masyarakat sekitar segan dan merasa nyaman bila bersama beliau.
7.2 Humoris dan Disiplin
Semasa hidupnya, KH. M. Faqih Imam dikenal sebagai sosok yang humoris, jujur, disiplin, tepat waktu, dan menaati peraturan. Pada suatu ketika, ada seseorang yang ditangkap polisi. Lalu, ia meminta pertolongan kepada KH. Faqih. Bukannya mendapatkan pertolongan, orang tersebut justru dimarahi KH. Faqih. Beliau menganggap orang tersebut memang salah dan tidak mentaati peraturan.
8. Chart Geneology
8.1 Chart Geneology Guru
Berikut ini contoh Chart Geneology guru beliau dapat dilihat selengkapnya melalui: Chart Geneology guru beliau
9. Referensi
Buku Mengenal Lebih Dekat Masyayikh Sarang (Karya Ilmiah MGS)
https://www.laduni.id/post/read/80659/biografi-kh-m-faqih-imam-sarang.html