1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga Kyai Ageng Selo
1.3 Nasab Kyai Ageng Selo
1.4 Wafat
2.1 Guru Kyai Ageng Selo
3.1 Anak-Anak Kyai Ageng Selo
3.2 Murid Kyai Ageng Selo
1 Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
Kyai Ageng Tarub atau yang terlahir dengan nama Sayyid Ibrahim. Diperkirakan lahir di awal abad 14. Ayahanda beliau adalah Syekh Maulana Malik Ibrahim atau yang sering disebut Sunan Gresik.
1.2 Riwayat Keluarga Kyai Ageng Tarub
Kyai Ageng Tarub mempunyai istrl yang bernama Nyai Nawang Wulan dan dikarunia anak yaitu:
- Nawang Sih atau Syarifah Sufiyah
- Nawang Sasi
- Nawang Arum
1.3 Nasab Kyai Ageng Tarub
Nasab Kyai Ageng Tarub beliau masih keturunan dari Rasulullah SAW. Dengan Silsilah sebagai berikut :
- Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
- Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti
- Al-Imam Al-Husain bin
- Al-Imam Ali Zainal Abidin bin
- Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin
- Al-Imam Ja’far Shadiq bin
- Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin
- Al-Imam Muhammad An-Naqib bin
- Al-Imam Isa Ar-Rumi bin
- Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin
- As-Sayyid Ubaidillah bin
- As-Sayyid Alwi bin
- As-Sayyid Muhammad bin
- As-Sayyid Alwi bin
- As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin
- As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin
- As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin
- As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin
- As-Sayyid Abdullah bin
- As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin
- As-Sayyid Husain Jamaluddin bin
- As-Sayyid Barakat Zainal Alam
- As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik)
- As-Sayyid Ibrahim atau Kyai Ageng Tarub atau Joko Tarub
1.4 Wafat
Kyai Ageng Tarub wafat sekitar akhir Abad 14. Makam Kyai Ageng Tarub terletak di Desa Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Purwodadi.
2 Sanad Ilmu dan Pendidikan Kyai Ageng Tarub
Beliau dibesarkan dan dididik oleh ayahanda Syekh Maulana Malik Ibrahim
2.1 Guru Kyai Ageng Tarub
- Syekh Maulana Malik Ibrahim
3 Penerus Kyai Ageng Tarub
3.1 Anak-anak Kyai Ageng Tarub
- Nawang Sih
- Nawang Sasi
- Nawang Arum
3.2 Murid Kyai Ageng Tarub
- Raden Bondan Kejawan atau Lembu Peteng
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah Kyai Ageng Tarub
Kyai Ageng Tarub terlahir dengan nama Sayyid Ibrahim. Beliau adalah putra Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik. Beliau dibesarkan dan didik oleh ayahandanya. Seperti kebiasaan para Wali-wali Allah terdahulu ketika anak atau murid jika sudah berusia dewasa dan ilmu yang di peroleh dan dipahami dianggap sudah cukup makan akan diperintahkan untuk menyebarkan dakwah ajaran Agama Islam.
Setelah berpamitan dengan ayah dan ibu maka dilakukan perjalanan untuk menyebarkan dakwah Agama Islam, hingga suatu masa Sayyid Ibrahim melihat seorang wanita yang sedang berbicara di depan makam. Ternyata wanita itu Dewi Kasihan yang ditinggal wafat suaminya yang bernama Aryo Penanggungan, dan belum dikaruniai putra, karena sayangnya Dewi Kasian terhadap suaminya, walau sudah wafat setiap hari dia selalu menengok makam suaminya. Melihat keadaan wanita tersebut Sayyid Ibrahim merasa iba, karena hidup sebatang kara dan hidup sangat sederhana. Akhirnya beliau berpura-pura pingsan di dekat rumah Dewi Kasihan kemudian ditolong oleh perempuan tersebut. Setelah sadar dan menikmati hidangan yang disajikan Sayyid ditanya oleh wanita tersebut berasal dari mana dan mau kemana. Sayyid menjawab bahwa dia sedang tersesat dan tidak tahu mau kemana karena hidup sebatang kara dan tidak mempunyai tujuan. Akhirnya diangkat anak oleh Dewi Kasihan dan di beri nama Jaka Tarub karena desa yang ditinggali bernama desa Tarub.
Sosok Jaka Tarub dalam waktu singkat dikenal oleh masyarakat sekitar dikarenakan selain wajahnya yang rupawan ternyata beliau juga ringan tangan. Siapapun yang meminta bantuan pasti akan dibantunya. Kabar mengenai putra angkat Dewi Kasihan yang konon wajahnya rupawan terdengar sampai di desa-desa sebelah. Masyarakat berbondong – bondong ingin menyaksikan kebenaran berita tersebut, Akhirnya Dewi Kasian yang asalnya tidak punya harta benda apa – apa menjadi janda yang kaya raya, dari uluran orang – orang yang datang tersebut.
Selain membantu Nyai Dewi Kasihan kadang di waktu luangnya Jaka Tarub sering berburu keluar masuk Hutan. Setelah masuk di tengah hutan bertemu orang yang sangat tua, dia diberi aji–aji Tulup yang namanya Tulup Tunjung Lanang. Tulup inilah yang akhirnya menjadi aji-aji sangat luar biasa untuk Kyai Ageng Tarub atau Jaka Tarub. Diwaktu mendapat tulup tersebut dia pulang dengan cepat menyampaikan berita kepada ibunya dan mengatakan bahwa di tengah hutan dijumpai seorang yang sangat tua yang memberi Aji–aji Tulup kepadanya. Namun karena sayangnya, Dewi Kasian tidak memperbolehkan putranya masuk hutan, karena khawatir kalau dimakan hewan buas atau dibunuh orang yang tidak senang kepadanya. Namun karena Joko Tarub tidak takut apapun apalagi setelah mempunyai aji – aji tulup tersebut, maka Joko Tarub tetap senang masuk hutan untuk mencari burung.
Sampai diatas gunung Joko Tarub mendengar suara burung yang sangat indah bunyinya yaitu burung perkutut. Kemudian didekati dan dilepaskan anak tulup kearah burung tersebut namun gagal. Akhirnya Joko Tarub berfikir dan menganggap bahwa burung ini tidak burung biasa. Kemudian terdengar lagi suara burung dari arah selatan, didekati dan dilepaskan lagi anak tulup kearah burung namun tidak mengenai burung itu dan ternyata anak tulup itu mengenai dahan jati. Tempat yang ditinggalkan burung tadi sekarang dinamai Dukuh Karang Getas. Karena sedihnya Joko tarub maka tempat yang ditinggalkan, sekarang dinamai Dukuh Sedah. Kemudian terdengar lagi suara burung dari arah selatan, didekati dari posisi yang strategis (burung dalam keadaan terpojok), maka anak tulup dilepaskan dan ternyata tidak kena dan burung terbang lagi ke selatan.
Tempat tersebut sekarang menjadi Dukuh Pojok. Burung terbang ke selatan dan hinggap di atas pohon asam oleh Joko Tarub dilepaskan lagi anak tulup kearah burung tetapi terbang lagi ke selatan, tempat yang ditinggalkan tadi menjadi Dukuh Karangasem. Diwaktu mengejar burung keselatan Joko Tarub merenungi burung tersebut, dalam ucapannya mengatakan ini burung atau godaan. Tempat merenungi Joko Tarub sekarang dinamai Desa Godan Joko Tarub mengejar terus burung kearah selatan, tempat melihatnya Joko Tarub sekarang dinamakan Dukuh Jentir. Joko Tarub terus melacak burung kearah tenggara kemudian berjumpa lagi dengan burung yang hinggap di pohon tetapi burung tersebut tidak bersuara. Setelah burung itu terbang lagi ke selatan dan tempat yang ditinggalkan tadi dinamakan Dukuh Pangkringan. Kemudian Joko Tarub melacak kearah selatan, setelah sampai ditempat yang sangat rindang disitulah burung terbunyi lagi.
Namun Joko Tarub mendengar suara wanita yang baru berlumban (mandi) di dalam sendang. Disaat itu Joko Tarub lupa burung yang dikejar dia beralih mengintai suara wanita yang mandi di dalam sendang Ternyata para bidadari yang sedang dilihat, akhirnya Joko Tarub mengambil salah satu pakaiannya bidadari yang dengan tutup kemudian dibawa pulang dan disimpan dibawah tumpukan padi (lumbung) ketan hitam. Joko Tarub kembali lagi ke Sendang dengan membawa sebagian pakaian ibunya. Setelah sampai didekat sendang ternyata para bidadari sudah terbang kembali ke surga. Tinggal satu yang masih mendekam ditepi sendang dengan merintih dan berkata : “sopo yo sing biso nulung aku, yen wadon dadi sedulur sinoro wedi, yen kakung sanggup dadi bojoku”.
Disaat itu Joko Tarub mendekati dibawah pohon sambil mendengarkan ucapan bidadari tersebut dan menolong bidadari dengan melontarkan pakaian ibunya. Setelah bidadari berpakaian diajak pulang kerumah ibunya dan disampaikan kepada ibunya bahwa putri ini adalah putri dari sendang yang baru terlantar dan minta tolong kepada siapun : Jika yang menolong pria akan dijadikan suaminya. Akhirnya Joko tarub menikah dengan bidadari tersebut yang bernama. Nawang Wulan. Adapun sendang yang dibuat lomban para bidadari, sekarang dinamakan Sendang Coyo.
Menurut Habib Luthfi bin Yahya menjabarkan pengertian 9 Bidadari yang sedang mandi di Sendang itu hanyalah Bahasa kiasan yang menjelaskan bahwa para wanita-wanita tersebut sedang melakukan ngaji atau sedang menimba ilmu agama Islam. Jadi digambarkan bahwa wanita-wanita yang sedang menuntut ilmu agama Islam itu kelak akan menjadi Bidadari-bidadari penghuni Surga.
Kemudian Joko Tarub dengan Nawang Wulan mempunyai tiga putri yaitu :
Nawang Sih
Nawang Sasi
Nawang Arum
Pada waktu bayinya, Nawang Sih mengalami satu riwayat yang sangat hebat yaitu dikala Nawang Sih masih di ayunan, ibunya mau mencuci pakaian di sungai dan berpesan pada Joko Tarub agar mengayun putrinya dan jangan membuka kekep (penutup masakan). Namun setelah Nawang Wulan pergi ke sungai, Joko Tarub penasaran akan pesan istrinya, maka dibukalah kekep tersebut, setelah melihat didalam kukusan, ternyata yang dimasak istrinya hanya satu untai padi. Joko Tarub mengucapkan “Masya Allah, Alhamdulilah istriku yen masak pari sak uli ngeneki tho, lha iyo parine ora kalong – kalong” ( Masya Allah ternyata istriku klo menanak nasi hanya satu tangkai, itu sebabnya Padi di lumbung hampir tidak berkurang sedikitpun). Tak lama kemudian istrinya datang lalu membuka masakan tersebut, ternyata masih utuh padi untaian.
Kemudian istrinya menegur suaminya bahwa pasti kekep tadi dibuka, sehingga terjadi pertengkaran. Akhirnya Nawang Wulan menyadari sehingga harus dibuatkan peralatan dapur (lesung, alu, tampah) Setelah kejadian itu Nyi Nawang Wulan kalau mau masak harus menumbuk padi dulu, sehingga lambat laun padi yang ada di lumbung makin habis. Setelah sampai padi yang bawah sendiri yaitu padi ketan hitam, ternyata pakaiannya diletakkan disitu dan diambil kemudian menghadap suaminya. Akhirnya terjadi pertengkaran yang hebat, ternyata yang mengambil pakaiannya waktu disendang dulu adalah Joko Tarub sendiri. Kemudian Nyi Nawang Wulang ingin pulang kembali ke surga dan berpesan kepada suaminya : “Bila putrinya menangis minta minum agar diletakkan didepan rumah diatas anjang – anjang.”
Dalam perjalanannya menyebarkan dakwah Agama Islam di daerah sekitar, Joko Tarub melakukan dengan mengambil simpati masyarakat dengan memberikan contoh teladan yang baik, dan beliau sering menjadi tempat tujuan untuk mengadu apabila terjadi permasalahan dan perselisihan yang terjadi pada saat itu. Tidak lupa beliau juga sering membagi-bagikan bahan makanan bagi yang membutuhkan. Sehingga dalam waktu singkat nama Joko Tarub semakin luas dikenal oleh masyarakat, ada juga yang memanggilnya dengan nama Sunan Tarub.
Disaat itu di Kerajaan Majapahit yang diperintah Prabu Brawijaya V Bhre Kertabhumi baru saja ditinggal wafat istrinya, sehingga Prabu Brawijaya V akhirnya sakit ,tidak bisa menduduki kursi kerajaan. Sudah berbagai macam pengobatan dilakukan demi menyembuhkan Prabu Brawijaya V namuntak kunjung sembuh juga. Suatu saat dalam tidurnya beliau bermimpi bila sakitnya ingin sembuh maka harus menikahi seorang putri dari keturunan rakyat biasa yaitu putri dari Ki Wiring Kuning, kemudian raja terbangun dari tidurnya. Akhirnya para patih diperintah untuk mengumpulkan semua putri – putri. Setelah diteliti dan disesuaikan dengan mimpinya tersebut akhirnya menjumpai putri Ki Wiring Kuning yang bernama Dewi Wandan yang ternyata adalah pembantunya sendiri.
Akhirnya dinikahilah putri tersebut dan dilarang untuk keluar dari taman kaputren karena malu jika ketahuan orang bahwa raja mengawini pembantunya sendiri. Setelah jabang bayi lahir oleh Raja Brawijaya diberi nama Bondan Kejawan atau Lembu Peteng.ternyata tidak lama setelah kelahirannya datang seorang Resi yang mengabarkan kalua bayi yang baru saja lahir jika dibiarkan menetap di dalam Keraton maka akan membuat Kerajaan Majapahit runtuh, maka jika ingin menghindarinya bayi tersebut harus di buang atau di asuh oleh seseorang yang bisa membimbingnya agar hatinya menjadi bersih.
Prabu Brawijaya V bingung, disatu sisi bayi itu masih keturunannya dan di satu sisi lainnya jika dibiarkan akan menghancurkan kerajaannya. Ditengah kegalauan tersebut datang salah satu Adipati untuk memberikan laporan rutin terkait kegiatan yang ada di Kadipaten dan menyetorkan pajak upeti. Sang Adipati melihat sang Raja merasa resah dan memberanikan diri untuk bertanya “ Ada apakah gerangan yang membuat gundah sang Paduka Raja..??” Prabu Brawijaya V bercerita perihal masalah yang sedang dihadapinya. Sang Adipati tersenyum kemudian memberikan informasi terkait hal tersebut bahwa di daerah desa Tarub terdapat seorang Alim yang budi pekertinya sangat luhur dan banyak membantu masyarakat sekitar. Serta banyak menyelesaikan masalah yang terjadi di daerah tersebut.
Akhirnya dipanggil lah Joko Tarub untuk menghadap Prabu Brawijaya V, kemudian di ceritakan oleh sang Prabu permasalahan yang sedang dihadapinya. Dan meminta Joko Tarub untuk merawat putranya. Sebagai Warga Kerajaan Majapahit beliau tidak menolak perintah sang Prabu untuk merawat Raden Bondan Kejawan, yang kelak akan menjadi menantu dan penerus beliau dalam menyebarkan ajaran Agama Islam atau yang dikenal dengan nama Kyai Ageng Tarub Anom atau Kyai Ageng Tarub II. Dan dari generasi keturunan Raden Bondan Kejawan inilah kelak akan melahirkan Raja-raja Mataram Islam yang berkembang hingga saat ini menjadi Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Kadipaten Mangkunegaran, dan Kadipaten Paku Alaman.
5 Keteladanan Kyai Ageng Tarub
Kyai Ageng Tarub merupakan tokoh yang memiliki pengaruh besar pada masyarakat. Beliau memiliki suatu ajaran yang diikuti oleh masyarakat secara luas pada masanya. Ajaran itu adalah ajaran tentang filsafat hidup dan keagamaan.
Dalam perjalanannya menyebarkan dakwah Agama Islam di daerah sekitar, Joko Tarub melakukan dengan mengambil simpati masyarakat dengan memberikan contoh teladan yang baik, dan beliau sering menjadi tempat tujuan untuk mengadu apabila terjadi permasalahan dan perselisihan yang terjadi pada saat itu. Tidak lupa beliau juga sering membagi-bagikan bahan makanan bagi yang membutuhkan. Sehingga dalam waktu singkat nama Joko Tarub semakin luas dikenal oleh masyarakat, ada juga yang memanggilnya dengan nama Sunan Tarub.
Kyai Ageng Tarub terkenal sebagai orang yang sangat zuhud, dermawan, dan banyak tirakat: beliau sering bertapa’ di hutan, gua, dan gunung, Selain iru, beliau juga bertani menggarap sawah. Hasil sawahnya dibagi-bagikan kepada tetangganya yang membutuhkan agar hidup mereka berkecukupan, Kyai Ageng Tarub juga mendirikan Pesantren untuk mendidik masyarakat agar paham dan‘taat terhadap ajaran Islam, Muridnya banyak berdatangan dari berbagai daerah.
Makam Kyai Ageng Tarub terletak di Desa Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Purwodadi. Kyai Ageng Tarub dipercaya oleh masyarakat Jawa sebagai cikal bakal yang ’ menurunkan raja-raja di Tanah Jawa, seperti raja-raja ” Mataram, Surakarta, dan Yogyakarta.
6 Referensi
- Buku Atlas Wali Songo, Agus Sunyoto,
- Buku Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan, Agus Sunyoto, Jakarta: Transpustaka, 2011
- Babad Wali Songo, Yudhi AW,2013
- Sejarah Wali Sanga, Purwadi,
- Dakwah Wali Songo, Purwadi dan Enis Niken,
- Suroyo, A.M. Djuliati, dkk. 1995. Penelitian Lokasi Bekas Kraton Demak.Kerjasama Bappeda Tingkat I Jawa Tengah dengan Fakultas Sastra UNDIP Semarang.
- Serat Kandhaning Ringgit Purwa. Koleksi KGB. No 7.
- Sudibya, Z.H. 1980. Babad Tanah Jawi. Jakarta: Proyek Peneribitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Kartodirdjo, Sartono (ed.). 1977. Sejarah Nasional Indonesia Jilid III. Jakarta: Balai Pustaka.
https://www.laduni.id/post/read/517069/biografi-kyai-ageng-tarub-sayyid-ibrahim-joko-tarub.html