1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga Raden Bondan Kejawan
1.3 Nasab Raden Bondan Kejawan
1.4 Wafat
2.1 Guru Raden Bondan Kejawan
3.1 Anak-Anak Raden Bondan Kejawan
3.2 Murid Raden Bondan Kejawan
1 Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
Raden Bondan Kejawan atau Raden Lembu Peteng adalah putra dari Prabu Brawijaya V Bhre Kertabhumi dan Dewi Wandan Kuning. Beliau juga dikenal dengan nama Kyai Ageng Tarub II atau Kyai Ageng Tarub Anom
1.2 Riwayat Keluarga Raden Bondan Kejawan
Kyai Ageng Tarub mempunyai istri yang bernama Nyai Nawang Sih atau Syarifah Sufiyah putri dari Kyai Ageng Tarub dan dikarunia anak yaitu:
- Kyai Ageng Getas Pendawa
- Kyai Ageng Wonosobo
- Dewi Roro Kasihan atau Siti Rochmah atau Nyai Ageng Ngerang
1.3 Nasab Raden Bondan Kejawan
Nasab Kyai Ageng Tarub beliau masih keturunan dari Prabu Brawijaya V Bhre Kertabhumi. Dengan Silsilah sebagai berikut :
- Prabu Brawijaya V Bhre Kertabhumi + Dewi Wandan Kuning
- Raden Bondan Kejawan atau Raden Lembu Peteng
1.4 Wafat
Kyai Ageng Tarub wafat sekitar pertengahan Abad 15. Makam Kyai Ageng Tarub Anom satu komplek pemakaman dengan Kyai Ageng Tarub I yang terletak di Desa Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Purwodadi.
2 Sanad Ilmu dan Pendidikan Raden Bondan Kejawan
Beliau dibesarkan dan dididik oleh Kyai Ageng Tarub
2.1 Guru Raden Bondan Kejawan
- Kyai Ageng Tarub
3 Penerus Raden Bondan Kejawan
3.1 Anak-anak Raden Bondan Kejawan
- Kyai Ageng Getas Pendawa
- Kyai Ageng Wonosobo
- Dewi Roro Kasihan atau Siti Rochmah atau Nyai Ageng Ngerang
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah Raden Bondan Kejawan
Disaat itu di Kerajaan Majapahit yang diperintah Prabu Brawijaya V Bhre Kertabhumi baru saja ditinggal wafat istrinya, sehingga Prabu Brawijaya V akhirnya sakit ,tidak bisa menduduki kursi kerajaan. Sudah berbagai macam pengobatan sudah dilakukan demi menyembuhkan Prabu Brawijaya V. Suatu saat dalam tidurnya beliau bermimpi bila sakitnya ingin sembuh maka harus mengawini seorang putri dari keturunan rakyat biasa putri dari Ki Wiring Kuning, kemudian raja terbangun dari tidurnya. Akhirnya para patih diperintah untuk mengumpulkan semua putri – putri. Setelah diteliti dan disesuaikan dengan mimpinya tersebut akhirnya menjumpai putri Ki Wiring Kuning yang bernama Dewi Wandan yang ternyata adalah pembantunya sendiri.
Akhirnya dinikahilah putri tersebut dan dilarang untuk keluar dari taman kaputren karena malu jika ketahuan orang bahwa raja mengawini pembantunya sendiri. Setelah jabang bayi lahir oleh Raja Brawijaya diberi nama Bondan Kejawan atau Lembu Peteng.ternyata tidak lama setelah kelahirannya datang seorang Resi yang mengabarkan kalua bayi yang baru saja lahir jika dibiarkan menetap di dalam Keraton maka akan membuat Kerajaan Majapahit runtuh, maka jika ingin menghindarinya bayi tersebut harus di buang atau di asuh oleh seseorang yang bisa membimbingnya agar hatinya menjadi bersih.
Prabu Brawijaya V bingung, disatu sisi bayi itu masih keturunannya dan di satu sisi lainnya jika dibiarkan akan menghancurkan kerajaannya. Ditengah kegalauan tersebut datang salah satu Adipati untuk memberikan laporan rutin terkait kegiatan yang ada di Kadipaten dan menyetorkan pajak upeti. Sang Adipati melihat sang Raja merasa resah dan memberanikan diri untuk bertanya “ Ada apakah gerangan yang membuat gundah sang Paduka Raja..??” Prabu Brawijaya V bercerita perihal masalah yang sedang dihadapinya. Sang Adipati tersenyum kemudian memberikan informasi terkait hal tersebut bahwa di daerah desa Tarub terdapat seorang Alim yang budi pekertinya sangat luhur dan banyak membantu masyarakat sekitar. Serta banyak menyelesaikan masalah yang terjadi di daerah tersebut.
Akhirnya dipanggil lah Joko Tarub untuk menghadap Prabu Brawijaya V, kemudian di ceritakan oleh sang Prabu permasalahan yang sedang dihadapinya. Dan meminta Joko Tarub untuk merawat putranya. Sebagai Warga Kerajaan Majapahit beliau tidak menolak perintah sang Prabu untuk merawat Raden Bondan Kejawan, Kyai Ageng Tarub yang dari dahulu mendambakan anak laki-laki merasa mendapatkan hadiah dari Yang Maha Kuasa karena mendapatkan momongan anak laki-laki. Dirawatlah bayi tersebut dengan sepenuh bahkan dianggap seperti anak sendiri. Berbagai Ilmu pengetahuan diajarkan kepada Raden Bondan Kejawan.
Ketika menginjak remaja Raden Bondan Kejawan selain menimba ilmu kepada Kyai Ageng Tarub juga membantu kegiatan beliau di Ladang. Setiap siang yang bertugas mengirim makanan yaitu Nyai Nawang Sih, seiring waktu berlalu akhirnya timbul benih-benih asmara kepada kedua insan tersebut. Melihat gelagat keduanya akhirnya Kyai Ageng Tarub memanggil kedua nya dan diceritakan keadaan yang sebenarnya bahwa Raden Bondan Kejawan sesungguhnya adalah putra dari Prabu Brawijaya V Bhre Kertabhumi. Dan Kyai Ageng Tarub mengijinkan apabila keduanya ingin menikah, asal Raden Bondan Kejawan menghadap dahulu kepada Prabu Brawijaya V untuk meminta restu beliau.
Dengan berpamitan kepada Kyai Ageng Tarub berangkatlah Raden Bondan Kejawan menuju Majapahit untuk meminta restu kepada ayahnya Prabu Brawijaya V. Sesampainya di Majapahit beliau di terima oleh Prabu Brawijaya V dengan tangan terbuka, akhirnya disampaikanlah maksud dari Raden Bondan Kejawan kepada ayahandanya. Dengan Riang gembira Prabu Brawijaya V mengijinkan pernikahan tersebut dan berharap dari pernikahan tersebut sang Prabu berharap semoga keturunan Raden Bondan Kejawan menjadi pemimpin-pemimpin di tanah Jawa kelak, baik di bidang agama maupun sebagai seorang pembesar di tanah Jawa. Setelah menikah dengan Dewi Nawang Siha tau Syarifah Sufiah beliau di karuniai 3 orang putra.
Tak lama Kyai Ageng Tarub meninggal dunia dan Raden Bondan Kejawan selain menantu dari anak tertua dan murid yang paling mumpuni maka beliaulah yang akhirnya meneruskan perjuangan beliau dalam menyebarkan dakwah Agama Islam dikenal dengan nama Kyai Ageng Tarub Anom atau Kyai Ageng Tarub II. Dan dari generasi keturunan Raden Bondan Kejawan inilah kelak akan melahirkan Raja-raja Mataram Islam yang berkembang hingga saat ini menjadi Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, Kadipaten Mangkunegaran, dan Kadipaten Paku Alaman.
5 Keteladanan Raden Bondan Kejawan
Kyai Ageng Tarub Anom merupakan tokoh yang memiliki pengaruh besar pada masyarakat Purwodadi. Beliau memiliki suatu ajaran yang diikuti oleh masyarakat secara luas pada masanya. Ajaran itu adalah ajaran tentang filsafat hidup dan keagamaan.
Dalam perjalanannya menyebarkan dakwah Agama Islam di daerah sekitar, Kyai Ageng Tarub Anom melakukan dengan mengambil simpati masyarakat dengan memberikan contoh teladan yang baik, dan beliau sering menjadi tempat tujuan untuk mengadu apabila terjadi permasalahan dan perselisihan yang terjadi pada saat itu. Tidak lupa beliau juga sering membagi-bagikan bahan makanan bagi yang membutuhkan. Sehingga dalam waktu singkat nama Kyai Ageng Tarub Anom semakin luas dikenal oleh masyarakat, ada juga yang memanggilnya dengan nama Kyai Ageng Tarub Anom
Kyai Ageng Tarub Anom terkenal sebagai orang yang sangat zuhud, dermawan, dan banyak tirakat: beliau sering bertapa’ di hutan, gua, dan gunung, Selain itu, beliau juga bertani menggarap sawah. Hasil sawahnya dibagi-bagikan kepada tetangganya yang membutuhkan agar hidup mereka berkecukupan, Kyai Ageng Tarub Anom juga meneruskan jejak Kyai Ageng Anomuntuk mengelola Pesantren untuk mendidik masyarakat agar paham dan‘taat terhadap ajaran Islam, Muridnya banyak berdatangan dari berbagai daerah.
Makam Kyai Ageng Tarub Anom terletak di Desa Tarub Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Purwodadi. Kyai Ageng Tarub dipercaya oleh masyarakat Jawa sebagai cikal bakal yang ’ menurunkan raja-raja di Tanah Jawa, seperti raja-raja ” Mataram, Surakarta, dan Yogyakarta.
6 Referensi
- Buku Atlas Wali Songo, Agus Sunyoto,
- Buku Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan, Agus Sunyoto, Jakarta: Transpustaka, 2011
- Babad Wali Songo, Yudhi AW,2013
- Sejarah Wali Sanga, Purwadi,
- Dakwah Wali Songo, Purwadi dan Enis Niken,
- Suroyo, A.M. Djuliati, dkk. 1995. Penelitian Lokasi Bekas Kraton Demak.Kerjasama Bappeda Tingkat I Jawa Tengah dengan Fakultas Sastra UNDIP Semarang.
- Serat Kandhaning Ringgit Purwa. Koleksi KGB. No 7.
- Sudibya, Z.H. 1980. Babad Tanah Jawi. Jakarta: Proyek Peneribitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Kartodirdjo, Sartono (ed.). 1977. Sejarah Nasional Indonesia Jilid III. Jakarta: Balai Pustaka.