Biografi Habib Muhammad bin Thohir bin Ali Ba’abud

Daftar Isi Biografi Habib Muhammad bin Thohir bin Ali Ba’abud

1.    Riwayat Hidup
1.1  Lahir
1.2  Nasab
1.3  Wafat

2.    Pendidikan dan Sanad Keilmuan
2.1  Masa Menuntut Ilmu
2.2  Guru

3.    Penerus
3.1  Murid

4.    Teladan
4.1  Alim dan Faqih
4.2  Zuhud
4.3  Cinta Ilmu dan Ziarah Ulama
4.4  Tegas Dalam Syariat

5.    Kisah-kisah
5.1  Hijrah ke Surabaya Indonesia
5.2  Pindah ke Jombang
5.3  Pindah ke Kediri

6.    Karomah

7.    Awal Haul

8.    Chart Silsilah Sanad

9.    Referensi

1. Riwayat Hidup

1.1 Lahir

Beliau dilahirkan di desa Bour Hadramaut, desa yang letaknya beberapa kilo meter dari kota Sewun. Ayah beliau bernama Al Habib Thohir bin Ali Ba’abud seorang yang sangat tawadhu’ dan khumul (tidak suka ketenaran). Beliau adalah murid sekaligus sahabat dari Al Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi (Shohibul maulid Simthudduror).

Kakek beliau bernama Al Hahib Ali bin Muhammad Ba’abud, seorang yang sangat alim sekaligus qodi dari wilayah Bour. Dan ibu beliau bernama Hubabah Sidah binti Abdul Qodir Al Habsyi, perempuan yang sholihah, qonaah serta yang menjadi pendidik sekaligus tauladan bagi anak-anaknya.

1.2 Nasab

  1. Habib Muhammad bin
  2. Thohir bin
  3. Ali bin
  4. Muhammad bin
  5. Abdurrahman bin
  6. Abdullah bin
  7. Zein bin
  8. Musyayakh bin
  9. Alwi bin
  10. Abdullah bin
  11. Al Mu’allim Muhammad Ba’abud bin
  12. Abdullah [yang bergelar ‘ABUD] bin
  13. Muhammad Maghfun bin
  14. Abdurrahman Ba-buthoinah bin
  15. Ahmad bin
  16. Alwi bin
  17. Al Faqih Ahmad bin
  18. Abdurrahman bin
  19. Alwi [‘AMMUL FAQIH] bin
  20. Syech Muhammad [SHOHIB MIRBATH] bin
  21. Syech Ali [KHOLI’ QOSAM] bin
  22. Syech Alwi bin
  23. Syech Muhammad bin
  24. Alwi bin
  25. Syech Ubaidillah bin
  26. Ahmad [AL MUHAJIR] bin
  27. Isa bin
  28. Muhammad An-Naqib bin
  29. Ali Al-‘Uroidhi bin
  30. Al Imam Ja’far As-Shodiq bin
  31. Muhammad Al Baqir bin
  32. Al Imam Ali Zainal Abidin bin
  33. Al Husein cucu Rasullullah dan buah hatinya Ali bin Abi Thalib wabnu Fatimah Az-Zahroh putri Rasulullah SAW.

1.3 Wafat

Beliau wafat pada tahun 1976 M tanggal 18 Rabi’ul Awwal pada usia 95 tahun. Sebelum meninggal beliau tidak bisa keluar kamar selama 7 hari. Makanan terakhir yang beliau makan adalah jajanan dari acara maulid nabi tanggal 12 Rabi’ul Awwal dari musholla sebelah rumah. Makanan tersebut adalah hadiah dari putra tertua beliau Al Habib Mustofa yang baru saja pulang dari menghadiri acara muludan tahunan di musholla. Ketika di berikan jajanan maulid tersebut, maka Al Habib Muhammad langsung memakannya sambil mengucapkan terus menerus : “Allah Allah, maulid nabiyyil mursalin” kemudian beliau meneruskan “amal manusia dibanding syafaat Rasulullah SAW, ibarat timbangan yang cuman gram-graman dibandingkan timbangan yang kwintal-kwintalan”.

Beliau berdiam tidak berbicara, tidak makan ataupun keluar kamar sama sekali. Setelah 7 hari Al Habib Ja’far Almuhdhor orang yang sholeh dan majdub dari kota Lumajang mengunjungi beliau. Maka bercucuran air mata Al Habib Ja’far Almuhdhor penuh penyesalan melihat keadaan beliau, beliau merasa terlambat berkunjung pada Al Habib Muhammad Ba’abud. Sampai akhirnya Al Habib Ja’far Almuhdhor membacakan maulid di depan beliau, maka ketika saat Mahalul Qiyam, keajaiban pun terjadi, Al Habib Muhammad Ba’abud yang selama seminggu sama sekali tidak bergerak sepontan menggerak-gerakkan badannya untuk ikut berdiri menghormati Nabi Muhammad SAW sambil bercucuran air mata.

Tentu saja hadirin yang hadir di tempat tersebut tidak bisa membendung tumpahan air mata, karena diliputi rasa haru. Sampai akhirnya keesokan harinya beliau kembali kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.

2. Pendidikan dan Sanad Keilmuan

2.1 Masa Menuntut Ilmu

Banyak sekali guru beliau, di antaranya adalah Alhabib Ali bin Muhammad Alhabsyi pengarang maulid simtud duror. Sangat besar ta’alluq beliau kepada Al Habib Ali Al Habsyi, terbukti mulai tahun 1949 M setiap hari Jum’at ba’da Asar, beliau mengadakan rutinan maulid Alhabsyi di kampung ndalem Tulungagung di rumah H Syamsul. Rutinan ini menjadi salah satu rutinan maulid yang tertua di daerah Jawa Timur dan alhamdulillah masih berlangsung sampai saat ini.

Bahkan karena kuatnya ta’alluq beliau dengan gurunya ini, beliau masih sangat ingat betul dengan suara Al Habib Ali Al Habsyi, bahkan jika salah satu jamaah maulid mencoba mengganti lagu-lagu qosidah tak segan-segan beliau langsung menegornya sembari berkata :

“jangan diganti-ganti lagu dari guru saya, saya masih ingat betul merdunya suara guru saya, dan bagaimana cara beliau melantunkan qoshidah-qoshidahnya”.

Semua urusan dan perkara beliau, juga selalu menunggu isyaroh dari guru.

Pernah suatu ketika Al Ustadz Al Habib Muhammad Ba’abud Lawang berziaroh kepada beliau bersama rombongan, namun karena sulitnya medan yang dilalui salah satu rombongan tergelincir dan terjatuh. Sontak Ustadz Al Habib Muhammad menjadi uring-uringan. Beliau terus mendesak Habib Muhammad Bin Thohir Ba’abud untuk pindah ke kota agar lebih banyak orang yang bisa mengambil ilmu dari beliau, karena memang desa Pelem waktu itu masih sangat minim dalam hal kepedulian terhadap agama, dan banyak sekali kekurangan dalam hal sarana maupun prasarana. Namun beliau menjawab dengan tegas :

“Aku disini karena isyaroh dari guru, maka aku tidak akan pindah kecuali kalau sudah mendapat isyarah lagi”.

2.2 Guru

  1. Alhabib Ali bin Muhammad Alhabsyi

3. Penerus

3.1 Murid

Satu di antara sekian banyak murid beliau yang termasyhur adalah Al Habib Ahmad Baharun ayah dari pendiri pondok Dalwa, juga habib Muhsin Al Hinduan Sumenep pemimpin thoriqoh Naqsabandi.

Waktu itu beliau belum menguasai betul bahasa Indonesia, karenanya dalam mengajar beliau masih banyak menyelipkan bahasa-bahasa arab yang membuat bingung banyak murid. Tatkala tampak kebingungan pada murid-murid, beliau bertanya ”hal fahimtum?” (apa kalian faham?) serentak mereka menggelengkan kepala, lalu beliau menyahuti “la luh wala alaih” (tidak memberikan faidah, tapi juga tidak memberikan madhorot)

4. Teladan

4.1 Alim dan Faqih

Hobi beliau adalah berkunjung ke pondok-pondok, menemui orang-orang sholeh, para ahli ilmu dan para alim ulama’. Beberapa tempat yang sering beliau kunjungi adalah pondok Ploso, Lirboyo, Jampes, pondok-pondok di Pasuruan seperti pondok Keramat, pondok Sidogiri, pondok Genggong Probolinggo dan lainnya.

Ada cerita menarik dari kiyai Munif adik dari kiyai As’ad Kramat Pasuruan. Beliau bercerita kepada Alhabib Musthofa Ba’abud anak tertua beliau. Kiyai Munif berkata :

“Habib Mustofa, saya ini orangnya agak mokong atau nakal, kalau dengar ada orang yang jaduk atau sakti maka saya uji, begitu juga kalau ada orang yang alim. Ketika Habib Muhammad Ba’abud datang ke Kramat maka saya suguhi dengan pertanyaan agama yang sulit. Majlis tersebut saya mulai setelah shalat isya’ dan baru selesai jam 9 pagi, sama sekali tidak berhenti, kecuali hanya untuk shalat Shubuh. Setiap pertanyaan beliau jawab dengan sangat bagus dan yang lebih mengherankan lagi, beliau selalu minta untuk diambilkan kitab dan langsung menunjukkan ibaroh dari kitab tersebut. Beliau menyebutkan beberapa kitab yang tidak ada di pondok, maka saya datangkan kitab-kitab dari pondok tengah, selatan dan utara, bahkan akhirnya saya ambilkan juga banyak kitab dari pondok Sidogiri, karena disana terdapat perpustakaan terbesar. Setiap kali saya berikan kitab, beliau langsung menunjukkan ibaroh dengan cepat seakan-akan beliau telah hafal letak dan halaman dari kitab tersebut.” Demikian cerita kyai Munif Kramat Pasuruan.

4.2 Zuhud

Dalam kehidupan sehari-hari beliau sangat sederhana, beliau tidak pernah mau menyusahkan orang lain. Bahkan pernah suatu saat salah satu murid beliau yang kaya dari kota Tulungagung yang bernama H. Yamani ingin mengganti pintu rumah beliau yang sudah reyot, tapi tawaran itu beliau tolak, beliau berkata :

“ini cuman sementara, hatta makan dengan garam tidak apa-apa, yang penting tidak ada tanggungan sama orang”.

4.3 Cinta Ilmu dan Ziarah Ulama

Beliau sangat cinta dengan ilmu juga kepada orang yang cinta dengan ilmu, ketika sudah larut malam ada yang mengetuk pintu rumah untuk bertanya masalah agama bahkan kadang-kadang sudah jam 2 malam, beliau tetap menyambutnya dengan penuh suka cita, seakan-akan beliau mendapatkan anugrah dan kenikmatan yang sangat besar dari Allah SWT. Melihat ekpresi kegembiraan pada beliau apabila ada pertanyaan agama, maka putra-putra beliau juga mengambil kesempatan untuk bertanya dan mengambil sebanyak mungkin ilmu-ilmu dari beliau. Salah satu kebiasaan beliau jika ada orang yang pernah bertanya satu permasalahan agama, beliau selalu datangi lagi, seakan-akan beliau memberi tawaran barang kali masih ada pertanyaan-pertanyaan lagi. Oleh karenanya salah satu orang yang paling dicintai beliau adalah almarhum KH. Khusnul Khuluk Pelem, karena beliau sering bertanya perihal permasalahan-permasalahan seputar agama.

Memang orang alim itu senengnya dengan orang alim. Beliau deket dan sering ziaroh ke para kiyai walaupun dengan berjalan kaki, di antaranya kiyai Marzuki Lirboyo, kiyai Ihsan Jampes (pengarang kitab Sirojut Tholibin), juga kiyai Jazuli pendiri pondok Ploso.

Dikatakan kiyai Jazuli tidak pernah absen dalam mengajar kecuali kalau Habib Muhammad Ba’abud datang.

Al kisah, Habib muhammad tidak tahu bahwa waktu itu adalah jadwal mengajar kiyai Jazuli. Prinsip Habib Muhammad adalah yang penting berangkat ziaroh dulu, nanti perkara bisa ketemu atau tidak gak jadi masalah, yang penting sudah mendapatkan pahala niat silatur rohmi.

Diceritakan bila Habib Muhammad sudah ziaroh ke kiyai Jazuli, seakan-akan keduanya sulit sekali untuk dipisahkan, bahkan setelah beliau keluar rumah obrolan bisa berlanjut lagi di bawah pohon mangga depan masjid beberapa meter dari rumah, sampai waktu yang lama.

Kerap kali kiyai Jazuli ketika mendapatkan kemusykilan beliau bertanya pada Habib Muhammad, tetapi beberapa kali sebelum menjawab Habib Muhammad balik bertanya ”ini masalahnya sebesar apa kiyai, apakah sebesar kambing, sapi, atau unta??, dan pertanyaan ini sudah berapa hari?” kalau beliau menjawab sudah lebih dari 3 hari, maka Habib Muhammad lantas terheran-heran, “kok kuat nahan musykil (kesulitan) sampek 3 hari, orang keblet aja gak kuat kalau lama-lama.”

4.4 Tegas Dalam Syariat

Orang yang dekat dengan beliau kebanyakan adalah orang-orang yang alim, sedangkan kebanyakan orang awam takut untuk dekat dengan beliau, karena beliau terkesan keras dan tanpa kompromi kalau itu sudah menyangkut urusan hukum agama.

Alkisah. Ketika lahir cucu pertama beliau dari putra tertua beliau yaitu Habib Mustofa, Al Habib Mustofa ingin mengadakan syukuran dengan memanggil / mengadakan pentas pencak silat (Pencak Dor), maka kontan Habib Muhammad berkata : “apa kamu mau tanggung jawab nanti”.

Al Habib Musthofa mengira yang dimaksud adalah tanggung jawab tentang berlangsungnya acara, maka Habib Mustofa menjawab : “Sudah ada panitianya, abah”. Al Habib Muhammad langsung meneruskan “maksud saya adalah tanggung jawab nanti ketika di akhirat, Seandainya dari acara ini mereka kumpul laki-laki dengan perempuan kemudian ada yang kenal-kenalan sampai terjadi zina maka kamu akan mendapat bagian dari dosa mereka, karena kamu menjadi sebab dalam kemaksiatan mereka. Apa kamu sudah siap ikut menanggung dosa mereka??”

Memang untuk kemaksiaatan di dalam rumah, beliau sama sekali tidak mau kompromi, tak segan-segan beliau teriak “apa ini laki-laki dengan perempuan campur baur kayak kusing (kucing), minimal di rumah saya gak boleh ada maksiat, syukur-syukur kalau nanti mereka mau meniru kita untuk jauh dari maksiat.”. Dengan penuh kebingungan Habib Mustofa membujuk beliau agar mau memaklumi, karena ini sudah darurat, tapi beliau langsung menjawab “darurat itu kalau ada maksiat di tengah jalan, maka kita tutup mata. Tapi ini dirumah sendiri, gak ada darurat-darurat. Kata orang di luar sana, Habib Muhammad (maksudnya beliau sendiri) keras dan tegas kalau urusan agama, tapi sekarang mana buktinya? Masak dirumah sendiri kumpul laki perempuan bukan mahrom”.

Lalu Al Habib Muhammad memberikan solusi tentang permasalahan ini, yaitu ketika mau mengeluarkan makanan dari dalam maka perempuan-perempuan meletakkannya di atas bangku, baru kemudian diambil oleh panitia laki-laki.

5. Kisah-kisah

5.1 Hijrah ke Surabaya Indonesia

Kalau dilihat dari Blasteng (pajak pada zaman Belanda) beliau masuk Indonesia pada tahun 1917, karena tertulis disurat tersebut tahun 1919 M.

Beliau mulai hijrah pada usia 40 tahun. Kota yang pertama kali beliau singgahi adalah kota Surabaya, setelah bertemu dengan Al Habib Alwi Bilfaqih sumenep Madura (kapten arab) beliau diminta untuk mengajarkan ilmu agama di sana, karena Habib Alwi melihat Al Habib Muhammad adalah orang yang alim yang dibutuhkan muslimin di daerah tersebut.

5.2 Pindah ke Jombang

Beliau pindah ke kota Jombang atas isyaroh dari Al Habib Husain bin Muhammad Al Haddad (Maula Jombang) dan dinikahkan oleh beliau dengan perempuan yang bernama Sholihah dan mendapatkan 2 putra yang bernama Abdulloh dan Ali, namun keduanya meninggal ketika masih kecil.

5.3 Pindah ke Kediri

Kemudian beliau menikah lagi dengan janda dari Al Habib Hasan Alattos yang bernama Asiyah dari Kediri dan dikarunia 3 putra dan 1 putri yang bernama Musthofa, Abdurrohman, Muznah dan Zainal Abidin.

6. Karomah

Sebagai seorang yang sholeh tentu beliau mempunyai beberapa karomah, tapi karomah tersebut beliau tutup rapi-rapi, sebagai mana orang menutup rapi aibnya.

● Beberapa kejadian yang tercatat adalah cerita KH. Muhammad Fathulloh Karangkates. Beliau setiap hari Jumat selalu menghadiri majlis KH. Ustman Sawah pulau Surabaya yaitu ayah dari kiyai Asrori Kedinding (Al Khidmah). Selesai dari majlis beliau biasanya sholat Jumat di masjid Ampel. Tapi anehnya setiap kali masuk masjid Ampel beliau melihat Al Habib Muhammad Ba’abud sudah berada di shof yang paling depan sebelah kanan. Ketika sudah sampai rumah, beliau langsung bertanya pada anak-anak Hb. Muhammad : “Hb. Muhammad setiap jumat sholat di masjid ampel ya..?”. Kompak mereka menjawab “Tidak. Beliau selalu jumatan disini.” Pertanyaan ini terulang berkali-kali, maka Habib Mustofa mengatakan mungkin sampean salah lihat, karena wajah orang arab, kan wajahnya hampir mirip-mirip. Beliau bersikeras : “masak saya kok pangkling sama Habib Muhammad.”

Terus penasaran maka beliau langsung tanyakan hal tersebut kepada beliau Habib Muhammad. Spontan Habib Muhammad melotot dan memberi isyaroh untuk diam jangan berbicara kepada orang lain.

● H Ahmad saudara H Aspul, bermimpi bertemu orang pakai surban berjalan diatas sungai, kejadiannya sangat jelas. Ketika bertemu H. Samsul, beliau mulai bercerita kalau tadi malam mimpi bertemu orang yang sifatnya begini dan begini… tidak berselang lama Al Habib Muhammad lewat didepan mereka. Sontak H. Ahmad berteriak “Haji..!! ini orang aku lihat dimimpiku tadi malam”.

● KH. Jupri pengurus PBNU kediri, kakak dari KH. Muhammad Fathulloh karang kates Mojo, setelah pulang dari kantor NU Kediri, beliau bertemu dengan Habib Muhammad Ba’abud yang baru berkunjung kepada KH. Muhammad Jipang (ngaji gampang) Batokan Mondo, beliau melihat Habib Muhammad berjalan kaki. Maka KH. Muhammad Fathullah terus menerus menawari beliau untuk bareng naik sepedah motor (merek sirus), tetapi Habib Muhammad tetap tidak mau.

Ketika Perjalanan sampai di desa Ploso, KH. Muhammad Fatullah berhenti sejenak ingin menemui KH. Zainuddin Jazuli, belum berselang lama bahkan belum dibukakan pintu, tapi Habib Muhammad sudah lewat didepan beliau, Padahal jarak perjalanan waktu itu lebih dari 5 km. Kejadian ini beliau ceritakan pada anak-anak Habib Muhammad sambi ia bertanya : “apakah Habib Muhammad punya ilmu sayepti angin atau apa? Dan apakah diajarkan kepada kalian?”. Mereka menjawab kami tidak pernah diajarkan ilmu-ilmu seperti itu. Itu adalah murni pemberian dari Allah yang diberikan kepada kekasih-kekasihnya.

Dan tentunya masih lebih banyak lagi karomah karomah Habib Muhammad Ba’abud yang lain.

7. Awal Haul

Pada mulanya haul diselenggarakan pada bulan Maulid atau Rabi’ul Awwal, tapi karena pada suatu saat di bulan tersebut ada masa paceklik yang parah, bahkan sebagian masyarakat mengatakan waktu turu alu, maka terpaksa saat itu haul dipindah di bulan Rajab hingga sekarang.

Salah satu sesepuh pada waktu itu Al Habib Idrus bin Hud Assegaf dari Pasuruan sekalian menetapkan haul beliau adalah pada Ahad pertama di bulan Rojab dan tidak boleh untuk dipindah-pindah lagi.

Beliau Alhabib Idrus sangat antusias dan semangat untuk menghadiri haul Al Allamah Al Habib Muhammad Bin Thohir Ba’abud. walaupun tranportasi waktu itu masih sangat sulit, tetapi beliau tetap menyempatkan diri untuk hadir. Kadang kala beliau berangkat entah menggunakan kendaraan apapun, asal bisa berangkat haul, dan kadang pulangnya beliau rela untuk nyegat truk atau bareng truk.

8. Chart Silsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad guru Habib Muhammad bin Thohir bin Ali Ba’abud dapat dilihat DI SINI.

9. Referensi

Majelis Maulid Al Habsyi Ponorogo

https://www.laduni.id/post/read/517108/biografi-habib-muhammad-bin-thohir-bin-ali-baabud.html