Childish dan childlike adalah kata dalam Bahasa Inggris yang memiliki arti “ kekanak-kanakan”. Namun makna konotasi dari kedua kata tersebut berbeda. Childish memiliki makna sifat kekanakan yang buruk. sedangkan childlike bermakna sikap kekanakan yang baik.
Ketika orang dewasa disifati dengan childish berati ia memiliki sifat yang kurang dewasa untuk seusianya. Berbeda dengan seorang dewasa yang disifati dengan childlike. Childlike identik dengan sifat kekanakan yaitu murni dan sederhana. Memiliki sifat childlike adalah suatu kebaikan yang langka bagi orang dewasa. Kata childlike juga biasa digunakan untuk menunjukan kualitas diri seperti optimisme dan kepercayaan.
Selanjutnya dalam term agama Kristen dikenal “Childlike Faith”. Jika ada term “childlike Faith” maka ada juga “childish Faith”. Yang pertama adalah keimanan seseorang seperti iman anak kecil yang mengetahui posisinya dihadapan tuhan. Ia benar-benar merasa bergantung dan membutuhkan tuhan selayaknya anak kecil yang serba tidak bisa. sedanagkan yang kedua adalah keimanan yang menolak untuk bertumbuh yang ambisius dan mementingkan diri sendiri (Rusty Orbone:2019).
Dalam tradisi keilmuan Islam juga terdapat beberapa redaksi yang menyebutkan tentang kebaikan dan keistimewaan memiliki sifat seperti anak kecil. Sang sufi Ibnu ‘Athoillah menyebut dalam salah satu kitabnya yang berjudul Taj al-‘Arus al-Hawi Li Tahdzib an-Nufus “ Jadikan hubunganmu dengan Allah Swt seperti anak kecil dengan ibunya, setiap kali ibnuya membiarkan anaknya, sang anak tidak akan lari dan tidak akan mengetahui selain ibunya” (Ibnu ‘Athoillah, 2005;16).
Ibnu Athoillah menyebutkan kalimat diatas dalam konteks penjelasan etika hubungan seseorang dengan Allah Swt, seorang hamba hendaknya terus berusaha mendekat kepada Allah Swt dan jeli terhadap hal-hal yang membuatnya terlena dari jalan Allah Swt.
Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin juga menjelaskan terkait hal ini. Ketika membahas tentang sifat Tawakkal , Al-Ghazali menyampaikan bahwa termasuk tawakkal dengan derajat yang tinggi yaitu Ketika hubungan seseorang dengan Allah Swt seperti hubungan seorang anak kecil dengan ibunya. Anak kecil pada titik tertentu tidak tahu dan tidak lari kecuali pada ibunya. Anak kecil akan terus meminta untuk bersama ibunya. memanggil ibunya ketika kesakitan dan ketika membutuhkan sesuatu (Al-Ghazali,2008:4:261)
Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman juga menyitir perkataan sufi kenamaan Siiri assaqothi yang menjelaskan agar seseorang bergantung kepada Allah Swt seperti seorang bayi kecil yang bergantung penuh kepada orang tuanya. Bayi kecil akan menangis, mendekat dan meminta pada orang tuanya (Al-Baihaqi,2000;2;54)
As-Suyuthi juga menyebutkan dalam Husn al-Muhadarah tentang beberapa sifat anak kecil yang baik ketika dimiliki oleh orang dewasa. Diantaranya adalah sifat anak kecil yang jika saikit ia tidak mengeluh pada tuhanya, jika takut mata mereka akan menangis dan jika berseteru mereka bercepat untuk saling memaafkan (As-Suyuthi,1;551).
Dari paparan diatas dapat diambil pelajaran bahwa terkadang sifat kekanakan adalah baik pada hal tertentu. Bukan berarti sifat tersebut hanya dimiliki oleh anak-anak. Yang demikian berbicara terkait keidentikan. Anak-anak identik dengan sifat bergantung yang kuat, sifat sederhana, apa adanya dan jujur.
Childlike berbeda dengan childis. Bersifat seperti sifat baik anak-anak berbeda dengan sifat kekanakan yang enggan menjadi dewasa. Dewasa dalam beragama dan bersosial adalah konsisten dalam pencarian kebijakan.dengan terus memperhatikan realitas yang mengelilinginya. Pada akhirnya sifat kekanakan terkadang dibutuhkan bagi orang dewasa dan merupakan suatu yang bijak.
https://alif.id/read/cha/bukan-childish-sifat-kekanakan-yang-baik-kata-para-sufi-b245746p/