LADUNI.ID, Jakarta –Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, sebagaimana yang telah dikatakan dalam sebuah hadits. Bahkan menuntut ilmu diwajibkan dari mulai kita bayi sampai kita memasuki liang lahat (meninggal), itu artinya menuntut ilmu sangatlah wajib untuk kita khususnya orang muslim, dan yang paling utama adalah mempelajari ilmu agama.Menuntut ilmu adalah tanggung jawab sehingga harus dipastikan kebenaran dan manfaatnya, bagi kebahagiaan hidup di dunia dan terlebih lagi di akherat kelak.
Namun perlu kita ketahui bahwa sebelum menuntut ilmu ada sesuatu yang harus terlebih dahulu kita pelajari, yaitu tentang adab menuntut ilmu. Adab ilmu sendiri yaitu aturan mengenai sopan santun dalam menuntut ilmu yang didasarkan atas aturan agama terutama agama islam.
Ilmu yang diperoleh nantinya digunakan untuk memperbaiki diri sendiri dan lingkungan sekitar, memperjuangkan dan mendakwahkan Ajaran Islam, membela kehormatan keluarga, negara dan bangsa, serta Umat Islam.
Rasulullah SAW dalam sebuah hadis telah menjelaskan tugas dan tanggung jawab muslim untuk menuntut ilmu
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ
كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ
Artinya:
“Mencari ilmu adalah kewajiban setiap Muslim, dan siapa yang menanamkan ilmu kepada yang tidak layak seperti yang meletakkan kalung permata, mutiara, dan emas di sekitar leher hewan.” (HR Ibnu Majah).
Niat yang baik menentukan keberhasilan seorang muslim dalam menuntut ilmu. Pentingnya niat telah diingatkan Rasulullah SAW kepada para umatnya dalam hadis
إنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى،
فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ،
وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إلَى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ
Artinya:
“Sebuah perbuatan dinilai berdasarkan motivasinya (niyyah), dan tiap orang mendapatkan apa yang diniatkan. Mereka yang hijrah karena Allah dan RasulNya maka Allah SWT dan RasulNya akan membalas orang tersebut, namun mereka yang hijrah karena hal yang bersifat duniawi atau wanita yang akan dinikahi maka dia akan mendapatkan hal tersebut.” (HR Bukhari dan Muslim).
Etika dan adab santri atau murid adalah hal yang terpenting diajarkan di pondok pesantren. Sebab tujuan dari ajaran Islam yang paling mendalam adalah mewujudkan masyarakat yang beradab atau beretika.
Sekarang ini seiring berkembangnya zaman arus modernisasi dengan perkembangan teknologi informasi, pendidikan modern belum mampu mewujudkan manusia yang beradab. Sebab pendidikan masih berpikir soal angka-angka, praktisnya pendidikan dibangun berdasarkan paradigma rasinalisme dan empirisme sebagai ciri paradigma ilmu kontemporer.
Pondok pesantren kini menjadi tulang punggung untuk memberikan pola pendidikan yang memberikan pengajaran tentang adab dan etika santri. Sebab pendidikan moral ataupun pendidikan karakter belum mampu tumbuh di sekolah-sekolah umum.
KH. Hasyim Asy’ari ulama yang menaruh perhatian terhadap pola pembelajaran adab dan etika santri hubungan antara murid dengan guru.
Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari sangat jauh ke depan, sehingga kitab Adab al-Alim wa al-Muta’allim senantiasa dikaji dan diajarkan di kalangan pondok pesantren.
Adab Santri dalam Kitab Adab Al-Alim Wa Al-Muta’alim
Adapun pemikiran tersebut yakni:
1. Hati-hati memilih Guru
Hendaknya seorang murid meneliti terlebih dahulu dengan meminta petunjuk kepada Allah Swt. Kiranya siapa guru yang harus diambil dengan mempertimbangkan akhlak dan keilmuannya.
ينبغى للطالب ان يقدم النظر ويستخير الله فيمن ياءخذالعلم عنه ويكتسب حسن الأخلاق والأدب منه
Murid atau santri di tuntut untuk hati-hati memilih guru dalam belajar. Hal ini akan berakibat pada murid sendiri.
2. Ikatan dan Mendo’akan Guru
Memperhatikan apa yang menjadi haknya dan tidak melupakan keutamaan dan kebaikannya. Serta mendoakan gurunya baik ketika beliau hidup atau beliau meninggal dan memelihara kekerabatan dan keturunannya.
أن يعرف له حقّه ولا ينسى له فضله, وأن يدعو له مدّة حياته وبعد مماته ويراعى ذرّيته وأقاربه
Hubungan yang dimaksud adalah adanya keterkaitan secara interen dan erat tidak hanya dalam artian lahir, akan tetapi juga batin. Jadi inilah yang menjadi bukti, bahwa pemikiran KH. Hasyim Asy’ari sangat humanis dan bersifat religius.
Sehingga apa yang menjadi ajarannya menjadi bahan acuan yang sangat penting dalam mengembangkan komunitas pendidikan yang respec terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan relegiusitas dalam kehidupan.
3. Ketulusan dan Takzim
Hendaknya memandang gurunya dengan penuh ketulusan dan ketakziman serta menyakini bahwa guru mempunyai kualitas dalam mengajar.
أن ينظر اليه بعين الاجلال والتعظيم ويعتقد فيه درجة الكمال, وانّ ذلك أقرب الى نفعه
Guru atau kiai mempunyai otoritas yang efektif dalam proses belajar mengajar pada akhirnya akan menjadikan pendidikan berjalan secara maksimal. Dengan kata lain, seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesional dalam mengemban tugasnya.
Karena seorang guru bisa dikatakan profesional apabila dalam dirinya terdapat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya. Sikap komitmen terhadap mutu dan hasil kerja serta sikap continous improvemen, yaitu selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zamannya.
Dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan generasi penerus yang akan hidup pada zamannya di masa depan.
4. Sikap Hormat
Santri atau Murid tidak diperkenankan memanggil gurunya dengan sebutan namanya atau dengan Dhomir mukhotobah.
ولا يخاطب شيخه بتاء خطاب وكافه
Penekanan ini akan berpengaruh terhadap kewibawaan guru dan menjadikan hubungan yang saling menghormati dan menumbuhkan dedikasi yang besar dalam lingkungan pendidikan.
Bagaimana egaliter dan demokratisnya proses pendidikan, tetap menumbuhkan sikap dan perilaku yang beretika dan berakhlak. Dengan demikian, sikap dan prilaku yang diwujudkan ini bukan berarti tidak demokratis dan egaliter, akan tetapi lebih dipahami sebagai bagian dari menumbuhkan tingkat kedewasaan dan sikap mental yang baik bagi anak didik.
5. Beretika dan Disiplin
Hendaknya murid dilarang masuk keruangan guru tanpa izin, dan menghilangkan bau serta memakai pakaian rapi ketika berada di ruang belajar.
ان لايدخل على الشيخ فى غيرالمجلس العام الاّباستئذان. ويدخل على الشيخ كامل الهيئة مطهرالبدن والثياب لقصدالعلم.
Penjelasan ini menunjukkan bahwa KH. Hasyim Asy’ari mencoba memberikan bimbingan dan proses belajar hendaknya dilakukan secara baik dan rapi, beretika dan disiplin. Masalah penampilan merupakan hal yang mendapat perhatian karena menyangkut keberhasilan pendidikan afektif –psikomotorik.
6. Memotong pembicaraan
Hendaknya murid jangan bicara ketika guru sedang menyampaikan materi atau memotong pembicaraannya.
ولايتكلم فى أثناء درس بمالايتعلق به او بما يقطع عليه
Kaitannya dengan penciptaan suasana belajar mengajar KH. Hasyim Asy’ari melarang muridnya memotong pembicaraan guru sebelum selesai berbicara. Begitu juga tidak diperkenankan berbicara dengan orang lain sementara guru sedang mengajar.
7. Bersyariat dan Alim
Hendaknya orang yang akan dijadikan guru itu adalah harus bersyari’at yang baik serta di akui kemampuannya oleh guru-guru lainnya.
يجتهد ان يكون الشيخ ممن له على العلوم الشرعية تمام الطلاع وله ممن يوثق به من مشايخ عصره
Karena profesi seorang guru tidak boleh mengabaikan kewajibannya. Ia wajib bekerja untuk dapat menghasilkan ilmu yang berkelanjutan, serta banyak membaca, menelaah, berfikir dan berdiskusi. Hal ini dilakukan karena derajat seorang guru yang alim sama dengan derajat para ulama’.
8. Bersikap sopan santun
Hendaknya murid bersikap sopan santun di depan gurunya.
ان يجلس امام الشيخ بالأدب
Dalam hal ini, bagaimana murid duduk dan bersikap dengan sopan ketika berhadapan dengan gurunya, lebih-lebih dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.
9. Sikap lemah lembut
Hendaknya murid berlemah-lembut kepada gurunya dalam berbicara.
ان يحسن خطابه مع الشيخ بقدرالامكان.
Seorang murid menunjukkan sikap akhlak yang baik terutama kepada gurunya, yaitu berupaya menyenangkan hati sang guru, serta tidak menunjukkan sikap yang memancing rasa tidak senang sang guru.
Dari pemaparan di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa etika murid terhadap guru menurut KH. Hasyim Asy’ari adalah etika yang bersifat kemitraan yang didasarkan pada pada nilai-nilai etika, demokratis, keterbukaan, kemanusiaan dan saling pengertian. Karena dalam etika tersebut eksistensi murid diakui dan dihargai.
Etika murid terhadap guru yang dirumuskan oleh KH. Hasyim Asy’ari tersebut di atas tampak masih cukup relevan untuk diaplikasikan dalam kegiatan proses belajar mengajar di masa sekarang.
Karena etika tersebut tersebut di samping tidak membunuh kreativitas murid, juga dapat mendorong terciptanya akhlak yang mulia di kalangan pelajar, dalam hal ini juga menjadi cita-cita dan tujuan pendidikan Islam.
Selain niat karena Allah SWT, usaha terbaik harus dilakukan setiap muslim saat menuntut ilmu. Usaha terbaik (ihsan) akan mendapat hasil yang juga baik sesuai hadits Rasulullah SAW
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ
وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ
Artinya:
“Sungguh Allah SWT telah menetapkan ihsan dalam segala hal. Jika kalian berperang maka lakukanlah yang terbaik. Jika sedang menyembelih hewan maka lakukan juga usaha terbaik. Salah satu dari kalian mengasah pisaunya, sedangkan yang lain menenangkan hewan yang akan disembelih.” (HR. Tirmidzi).
Berikut Do’a yang bisa dibaca supaya terhindar dari rasa malas saat menuntut ilmu
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ
Artinya:
“Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kecemasan dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, sesat dan pengecut, beban hutang dan dari penguasaan manusia.”
Jika menemui kesulitan, doa ini bisa dibaca untuk memohoan bantuan dari Allah SWT
اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً
Artinya:
“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali Kau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah.”
Jika di uraikan dari kutipan diatas memang benar, orang yang berilmu tanpa mengetahui adab ilmu maka pasti orang tersebut pada akhirnya akan mempunyai sifat sombong sebagaimana sombongnya Iblis kepada Nabi Adam.
Mereka yang seperti ini mungkin tidak akan pernah dihargai meskipun mereka sangat cerdas, Iblis saja Allah usir dari surga karena kesombongannya. Seandainya Nabi Adam tidak beradab, pastilah beliaupun langsung menjadi seorang pembangkang seperti iblis.
Allah juga sangat menyindir keras para ahli ilmu yang dapat menyimpan ilmu yang berjilid-jilid di kepalanya, namun tidak ada adab yang tertanam dalam diri dan lisannya, maka kata Allah sia-sia ilmunya bahkan malah menyeret dirinya ke kehinaan.
Adab ilmu yaitu harus kita ketahui adalah bagaimana adab- adab seorang penuntut ilmu terhadap dirinya sendiri, terhadap gurunya, temannya dan pelajarannya.
Adab ilmu yang bisa kita pelajari mulai dari perilaku para Nabi terutama Nabi Muhammad SAW yang sudah jelas dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa dalam diri Rasulullah terdapat akhlak yang baik yang patut kita tiru. Selain itu juga kita bisa mencontoh dari para Ulama dan Orang-orang shaleh yang ada di sekitar kita.
Maka dari itu marilah kita benahi lagi diri kita,bangunkan kesadaran kita terhadap kewajiban menuntut ilmu dan kewajiban mengetahui serta mengamalkan adab dalam menuntut ilmu, agar ilmu yang kita dapat di ridhoi Allah SWT, bermanfaat bagi diri kita dan orang lain, dan semoga Allah SWT menaikkan derajat kita karena ilmu kita. Aamiin
Sumber : Kitab Adab Al-Alim Wa Al-Muta’alim
Editor : Sandipo
https://www.laduni.id/post/read/517184/syarat-dan-adab-santri-menuntut-ilmu.html