Alif.Id, Jurnalisme Budaya, dan Keislaman Kaum Santri (3): Menyebarkan Gagasan Santri

Alif.id punya basis komunitarian dari golongan Nahdlatul Ulama. Tak ada urusan keorganisasian dengan PBNU tetapi mustahil tidak bersentuhan. Jika emosi disatukan dalam keintiman, niscaya relasi informal tersebut akan saling memberi daya.

Kita tahu, PBNU sedang punya gairah kerja universal. Membangun peradaban dunia yang menjadi impian Gus Dur dan kini diformalkan oleh Gus Yahya.

Yang relevan dalam PBNU tentu saja bukan soal urusan globalnya, melainkan kebutuhan untuk lebih serius menata dua hal, yakni “menata” kaum intelektual agar benar-benar mampu memproduksi gerakan/amal muamalah (dalilnya bisa diambil dari kitab Hikam karya Ibnu Athaillah Al-Iskandari dan jurnal Sotto la Mole Antonio Gramscy yang bicara peran kaum intelektual organik) dan kedua, menata pola-pikir masyarakat Indonesia dan dunia melalui jurnalisme dari praktik gerakan PBNU.

Di dalam usaha perjuangan PBNU jelas membutuhkan satu sel yang kuat dan memiliki fokus pada agen-agen pendakwah yang bertugas mempropagandakan nilai-nilai  kemanusiaan dan kewargaan/kewarganegaraan ke arah maqom demos atau bisa membuktikan diri sebagai umat terbaik yang memiliki kemampuan keluar untuk berbuat bagi kemanusiaan dan welas asih terhadap alam/ekologi.

Berada di luar PBNU memungkinkan alif.id untuk lebih bebas dan lebih fokus melakukan praktik-praktik berorganisasi dalam garis perguruan atau padepokan guna membekali para calon “ksatria” dan “brahama” agar bisa lebih cakap mengelola pena sehingga kaum santri di pondok-pondok dan di kampus-kampus yang belum mahir menulis bisa menemukan jalan untuk menemukan solusi guna mewujudkan idealitasnya sebagai “shastri” sejati.

Baca juga:  Untuk Apa Belajar Teologi di Era Modern?

Melalui tulisan ini terang saya menganjurkan agar teman-teman muda yang ingin memproses diri memahami keislaman dan keindonesiaan sekaligus untuk menulis di alif.id. Selain menulis juga penting untuk ikut menyebarkan gagasan ini kepada teman-temannya, terutama di kampus-kampus dan pondok pesantren di Indonesia.

Dari apa yang disampaikan Susi, saya melihat ada kesiapan redaksi alif.id untuk melayani proses-proses kreatif dalam urusan pemikiran. Para aktivis mahasiswa mesti membaca alif.id karena di dalamnya memuat wacana pemikiran yang bisa dijadikan inspirasi untuk pembahasan-pembahasan di internal organsasi perkampusan.[]

https://alif.id/read/fmn/alif-id-jurnalisme-budaya-dan-keislaman-kaum-santri-3-menyebarkan-gagasan-santri-b246752p/