sufinews.com. Banyak kisah tentang sikap wara’ atau meninggalkan barang yang subhat. Salah satunya datang dari syekh Hasan al Basri. Ulama pada masa tabiin ini mempunyai kisah menarik ketika bertemu dengan salah satu Ali bin Abi Thalib.
Diriwayatkan dalam Kitab Risalah Qusyairiyah karya Imam Al Qusyairi, Hasan al Basri suatu hari berkunjung ke Masjidil Haram. Dalam kunjungannya beliau melihat salah satu putera Sayidina Ali yang bersandar di Kabah dan menganjurkan kebaikan kepada banyak orang. Kemudian syekh Hasan al
Basri bertanya kepadanya,” Apa kebesaran agama?”
“Wara,” jawabnya.
Lalu Syekh Hasan al Basri bertanya lagi,” Apa penyakit agama itu?”
Kemudian putera Sayidina Ali tersebut menjawab,” Tamak.”
Jawaban tersebut membuat Imam Hasan al Basri kagum dan kemudian berkata,”Berat timbangan satu biji wara’ yang murni lebih baik daripada timbangan seribu puasa dan solat.”
Jadilah orang yang wara’ maka engkau akan menjadi orang yang paling beribadah diantara manusia
Itulah sikap wara’ yang mempunyai kedudukan sangat tinggi. Bagi para sufi sifat ini selalu dijaga benar dalam perjalanan spiritualnya. Yahya bin Muadz pernah berkata,” Barangsiapa yang belum pernah menikmati lezatnya wara’ , maka dia belum pernah menikmati pemberian Allah SWT.
Ada beberapa pandangan sufi tentang wara’ ini salah satunya datang dari Ibrahim bin Adham. Beliau berkata,”Yang dimaksud dengan wara’ adalah meninggalkan hal-hal yang subhat dan tidak pasti ( tidak dikehendaki), yakni meninggalkan hal-hal yang tak berfaedah.”
Kedudukan yang tinggi ini mengingatkan pada sabda Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan Abu Hurairah. Nabi saw bersabda,” Jadilah orang yang wara’ maka engkau akan menjadi orang yang paling beribadah diantara manusia.”
http://www.sufinews.com/berat-sebiji-sikap-wara-murni-menurut-imam-hasan-al-basri/