Hubungan Erat Antara Syariat dan Hakikat

Syekh Abdul Qadir Isa dalam karyanya Haqaiq Anit Tasawwuf (Juz 1, Hlm. 234) menjelaskan tentang Baina Al-Haqiqati Wa As-Syariat (hubungan antara hakikat dan syariat) Sebelum beliau menjelaskan hubungan antara hakikat dan syariat, terlebih dahulu beliau mengutip sebuah hadis, bahwa malaikat Jibril pernah menghadiri majelis Nabi Muhammad SAW, dan malaikat Jibril mengajarkan kepada para sahabat Nabi, tentang islam, iman, dan ihsan.

Islam berkaitan dengan amaliyah (perilaku) baik ibadah, muamalat, dan segala hal yang berkaitan dengan penghambaan kepada Allah SWT. Sebagian ulama memberi istilah terhadap ajaran Islam dengan sebutan ilmu syariat. Dan orang mendalami ajaran ilmu syariat disebut sebagai ulama fiqih.

Iman berkaitan dengan iktikad atau keyakinan hati seorang hamba, seperti iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab Allah, iman kepada utusan Allah, iman kepada hari kiamat, iman kepada qhoda’ dan qhadar. Dan orang yang mendalami tentang ilmu keimanan disebut sebagai ulama tauhid.

Sedangkan ihsan berkaitan dengan ruhul qalbi (ruhnya hati) secara spesifik ihsan adalah menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya. Dan orang yang mendalami tentang ihsan disebut sebagai ulama tasawwuf.

Syekh Abdul Qadir Isa memberikan pandangan untuk mengimplementasikan syariat dan hakikat. Beliau memberi contoh terhadap ibadah shalat, pergerakan shalat secara zahir harus memenuhi syarat dan rukun shalat, apabila seseorang sudah memenuhi syarat dan rukun shalat, maka ia telah merealisasikan praktek dari syariat. Sedangkan hadirnya hati seseorang dalam menunaikan shalat, dalam artian ia khusu’ dan tawadu’ dalam menunaikan shalat, maka ia telah merealisasikan praktek dari hakikat.

Baca juga:  Riwayat Asmara (4): Cinta, Kesadaran, dan Kontribusi Luhur

Apabila seseorang sudah bisa mengkombinasikan antara syariat dan hakikat di dalam shalatnya, maka ia akan meraih ibadah yang berkualitas dan juga sempurna. Syekh Abdul Qadir Isa menegaskan:

والمؤمن الكامل هو الذي يجمع بين الشريعة والحقية، وهذا هو توجيه الصوفية للناس

Artinya: “Seorang mukmin yang sempurna adalah orang yang menggabungkan antara syariat dan hakikat, dan ini adalah arahan para ahli tasawuf bagi manusia.”

 Untuk menggabungkan syariat dan hakikat kita harus melalui tarekat terlebih dahulu, yaitu, dengan memerangi hawa nafsu dan mengubah sifat yang tercela yang berada di dalam hati kita. Dan juga kita bisa meminta bimbingan kepada mursyid tarekat supaya kita mendapatkan petunjuk darinya. Bila hal tersebut kita realisasikan, maka kita akan bisa menggabungkan syariat dan hakikat, dan kita akan meraih iman yang sempurna dan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT.

Selanjutnya Syekh Abdul Qadir Isa memberi peringatan kepada kita untuk menjahui golongan orang-orang yang memisahkan antara syariat dan hakikat. Ada sebagian golongan yang mengaku bertasawwuf tapi sesungguhnya mereka adalah pembohong dan munafik yang bisa merusak ajaran agama Islam. Mereka berkata, “Bahwa yang dimaksud agama adalah hakikat saja.” Mereka meninggalkan hukum syariat, menggugurkan hukum taqlif, dan mereka mengerjakan perbuatan yang dilarang oleh agama.

Baca juga:  Meneladani Sifat Gemati dan Tepa Selira dalam diri Nabi

Dan sebagian dari mereka berpendapat, dalam menjalankan agama cukup dengan bersihnya hati tampa harus menjalankan syariat, sehingga mereka berkata, “Kita ahli batin (hakikat) dan mereka ahli zahir (syariat).” Mereka adalah golongan yang tersesat dan termasuk golongan kafir zindiq, kita tidak boleh mengikuti pendapat mereka dan kita tidak boleh berteman atau mengikuti majelis mereka.

Para pembesar ulama tasawwuf memberi peringatan kepada kita untuk tidak mencontoh atau mentauladani perilaku orang-orang yang memisahkan antara syariat dan hakikat, walaupun mareka diberi sejuta karomah yang luar biasa. Syekh Ahmad Zarruq menyatakan:

وكل شيخ لم يظهر بالسنة فلا يصح اتباعه لعدم تحقق حاله، وان صح فى نفسه وظهر عليه ألف ألف كرامة من أمره

Artinya: “Dan setiap syekh (guru) yang tidak nampak dengan (amalan) sunnah, maka tidak sah untuk diikuti karena tidak adanya kenyataan di dalam perilakunya, meskipun dia benar dalam dirinya sendiri dan nampak atasnya sejuta karomah dari urusannya.”

Dari pemaparan di atas, kita dapat memahami bahwa hubungan syariat dan hakikat itu sangat erat sekali dan tidak bisa dipisahkan. Dan kita harus selektif dalam mencari teman dan mancari guru spiritual agar kita tidak salah paham dalam memahami hubungan syariat dan hakikat. Wallahu A’lam Bissawab.

https://alif.id/read/hosi/hubungan-erat-antara-syariat-dan-hakikat-b247031p/