Daftar Isi Profil KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani (Guru Sekumpul)
Kelahiran
KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani atau yang biasa disebut Guru Ijai atau Guru Sekumpul lahir pada malam Rabu 27 Muharram 1361 H atau bertepatan dengan 11 Februari 1942 M di Desa Tunggulirang Seberang, Martapura, Kalimantan Selatan.
Guru Sekumpul merupakan putra dari pasangan Al-‘arif Billah Abdul Ghani putra Haji Abdul Manaf putra Muhammad Seman putra Haji Muhammad Sa’ad putra Haji Abdullah putra Al’alimul ‘alamah Mufti Khalid putra Al’alimul ‘allamah Khalifah Haji Hasanuddin putra Maulana Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Ketika beliau tinggal di Desa Tunggulirang beliau tidak menyusu kepada ibu beliau, tetapi hanya mengisap air liur Al’arif Billah H. Abdurrahman atau Haji Adu hingga kenyang selama empat puluh hari.
Sewaktu kecil beliau diberi nama Qusyairi. Semenjak kecil beliau merupakan salah seorang anak yang terpelihara (mahfuzh), sifat pembawaan beliau dari kecil yang lain dari yang lain diantaranya adalah beliau tidak pernah bermimpi basah (ihtilam).
Sedari kecil beliau selalu berada di samping kedua orang tua dan nenek beliau yang bernama Salbiah. Beliau dipelihara dengan penuh kasih sayang dan berdisiplin dalam pendidikan agama. Sejak dini oleh kedua orang tua dan nenek beliau sudah ditanamkan nilai-nilai ketauhidan dan akhlak yang mulia dan penanaman nilai-nilai Qur’ani dengan mengajari beliau al-Qur’an.
Abdul Ghani putra Abdul Manaf, ayah dari KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani juga adalah seorang pemuda yang shalih dan sabar dalam menghadapi segala situasi dan sangat kuat dengan menyembunyikan cerita dan cobaan, tidak pernah mengeluh kepada siapapun. Beberapa cerita yang diriwayatkan adalah, sewaktu kecil beliau sekeluarga yang terdiri dari empat orang hanya makan satu nasi bungkus dengan lauk satu biji telur dibagi empat. Tak pernah satu kalipun di antara mereka yang mengeluh.
Wafat
Guru Sekumpul sempat dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, selama 10 hari, karena kondisinya semakin kritis, pada tanggal 9 Agustus 2005, (Selasa malam) sekitar pukul 20.30, Guru Sekumpul pulang ke Tanah Air, beliau tiba di Bandar Udara Syamsuddin Noor, Banjarbaru, dengan menggunakan pesawat carter F-28
Pada tanggal 10 Agustus 2005 (Rabu pagi) pukul 05.10, Guru Sekumpul menghembuskan napas terakhir dan berpulang ke rahmatullah pada usia 63 tahun di kediamannya sekaligus komplek pengajian, Sekumpul Martapura.
Sebelum dimakamkan di kompleks Pemakaman al-Mahya di dekat Mushalla Ar Raudhah, Rabu sore sekitar pukul 16.00, warga masyarakat yang datang diberikan kesempatan untuk melakukan salat jenazah secara bergantian. Kegiatan ibadah ini berpusat di Mushalla Ar Raudhah, Sekumpul, yang selama ini dijadikan tempat pengajian oleh Guru Sekumpul.
Pendidikan
Semenjak kecil Guru Sekumpul sudah digembleng orang tua untuk mengabdi kepada ilmu pengetahuan dan ditanamkan perasaan cinta kasih dan hormat kepada para ulama. Menururut riwayat, Guru Sekumpul sewaktu kecil sering menunggu al-Alim al-Fadhil Syaikh Zainal Ilmi yang ingin ke Banjarmasin hanya semata-mata untuk bersalaman dan mencium tangannya.
Pada tahun 1949 saat berusia 7 tahun, ia mengikuti pendidikan formal di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, Martapura. Kemudian tahun 1955 pada usia 13 tahun, ia melanjutkan pendidikan di tempat yang sama.
Pada masa ini ia sudah belajar dengan guru-guru besar yang spesialis dalam bidang keilmuan seperti:
- Al-Alim al-Fadhil Sya’rani Arif
- Al-Alim al-Fadhil Husain Qadri
- Al-Alim al-Fadhil Salim Ma’ruf
- Al-Alim al-Allamah Syaikh Seman Mulia
- Al-Alim Syekh Salman Jalil
- Al-Alim al-Fadhil al-Hafizh Syaikh Nashrun Thahir
- KH. Aini Kandangan
Tiga yang terakhir merupakan gurunya yang secara khusus untuk pendalaman Ilmu Tajwid.
Syaikh Seman Mulia adalah pamannya yang secara intensif mendidiknya baik ketika berada di sekolah maupun di luar sekolah. Dan ketika mendidik Guru Sekumpul, Guru Seman hampir tidak pernah mengajarkan langsung bidang-bidang keilmuan itu kepadanya kecuali di sekolahan.
Tetapi, Guru Seman langsung mengajak dan mengantarkan dia mendatangi tokoh-tokoh yang terkenal dengan sepesialisasinya masing-masing baik di daerah Kal-Sel (Kalimantan) maupun di Jawa untuk belajar.
Seperti misalnya ketika ingin mendalami Hadis dan Tafsir, guru Seman mengajak (mengantarkan) Guru Sekumpul kepada Al-Alim al-Allamah Syaikh Anang Sya’rani yang terkenal sebagai muhaddits dan ahli tafsir. Menurut Guru Sekumpul sendiri, di kemudian hari ternyata Guru Tuha Seman Mulia adalah pakar di semua bidang keilmuan Islam itu. Tapi karena kerendahan hati dan tawadhu tidak menampakkannya ke depan khalayak.
Semenjak kecil, pergaulannya betul-betul dijaga. Kemana pun bepergian selalu ditemani. Pernah suatu ketika Qusyairi ingin bermain-main ke pasar seperti layaknya anak sebayanya semasa kecil. Saat memasuki gerbang pasar, tiba-tiba muncul pamannya, Syaikh Seman Mulia di hadapannya dan memerintahkan untuk pulang. Orang-orang tidak ada yang melihat Syaikh, begitu juga sepupu yang menjadi ”bodyguard”-nya. Dia pun langsung pulang ke rumah.
Sedangkan Al-Alim al-Allamah Salman Jalil adalah pakar ilmu falak dan ilmu faraidh. (Pada masa itu, hanya ada dua orang pakar ilmu falak yang diakui ketinggian dan kedalamannya yaitu dia dan almarhum KH. Hanafiah Gobet).
Selain itu, Salman Jalil juga adalah Qhadi Qudhat Kalimantan dan salah seorang tokoh pendiri IAIN Antasari Banjarmasin. Salman Jalil ini pada masa tuanya kembali berguru kepada Guru Sekumpul sendiri. Peristiwa ini yang ia contohkan kepada generasi sekarang agar jangan sombong, dan lihatlah betapa seorang guru yang alim besar tidak pernah sombong di hadapan kebesaran ilmu pengetahuan, meski yang sekarang sedang menyampaikannya adalah muridnya sendiri
Guru-Guru
Adapun guru-guru KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani di antaranya:
- Tingkat Tahdhiri/Ibtidai di Keraton
Guru Muhammad Zaini Umar, dan Guru Abdul Mu’iz
- Tingkat Tahdhiri/Ibtidai Madrasah Darussalam
Guru Sulaiman, Guru H. Abdul Hamid Husein, Guru H. Mahalli Abdul Qadir, Guru Muhammad Zain dan Guru H. Rafi’i, Guru Syahran
- Pada tingkat Tsanawiyah dan Aliyah Pondok Pesantren Darussalam
KH. Husein Dahlan, KH. Salman Yusuf, KH. Sya’rani Arif, KH. Husein Qadri, KH. Salim Ma’ruf, KH. Seman Mulia dan KH. Salman Abdul Jalil
- Guru dalam ilmu tajwid
KH. Sya’rani Arif, Qari dan Hafizh H. Nashrun Thahir, Qari dan Hafizh H. Aini, Kandangan
- Guru dalam Tasawwuf dan Suluk
KH. Muhammad Syarwani Abdan, Kiai Falak, Bogor dan Quthb Syaikh Sayyid Muhammad Amin Al-Kutbi
- Sanad-sanad dalam ilmu thariqat dan berbagai ilmu yang diperoleh dari:
Quthb Syaikh Sayyid Muhammad Amin Al-Kutbi, Quthb Syaikh Sayyid Abdul Qadir Al-Barr, Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki, Syaikh Hassan Masysyath, Syaikh Muhammad Yasin, Padang, Kiai Falak, Bogor, Syaikh Ismail Zein Yasin Al-Yamani
- Guru pertama secara ruhani atau mimpi:
Al’alimul’allamah Ali Junaidi Berau bin Al’alimul Fadhil Qadhi H. Muhammad Amin bin Al’alimul’allamah Mufti H. Jamaluddin bin Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Al’alimul’allamah H. Muhammad Syarwani Abdan; kemudian beliau menyerahkan kepada Kiai Falak yang kemudian beliau serahkan kepada al’alimul’allamah Al-‘arif Billah As-Syeikh Quthb As-Sayyid Muhammad Amin Kutbi, kemudian beliau serahkan kepada Syeikh MuhammadArsyad Al-Banjari yang selanjutnya dipimpin langsung oleh Rasulullah Saw.
Atas saran KH. Ali Junaidi, Berau beliau dianjurkan untuk belajar kepada KH. Muhammad, Desa Gadung, Rantau putra dari Syeikh Salman Al-Farisi putra Qadhi H. Mahmud putra Asiah putri Syeikh MuhammadArsyad Al-Banjari untuk mempelajari ilmu tentang “Nur Muhammad”.
Ajaran Agama dan Keramat KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani
- Ulama yang berakhlak al-Qur’an
Beliau adalah seorang yang mempunyai prinsip dalam berjihad itu benar-benar mencerminkan apa-apa yang terkandung dalam al-Qur’an, misalnya seperti beliau akan menghadiri suatu majelis yang sifatnya da’wah Islamiyah atau membesarkan (memuliakan) syi’ar Islam, maka sebelum beliau pergi ke tempat tersebut lebih dahulu beliau turut menyumbangkan harta beliau untuk pelaksanaannya, kemudian baru beliau datang. Jadi beliau benar-benar berjihad dengan harta lebih dahulu kemudian baru dengan badan dalam arti kata mengamalkan atau melaksanakan perintah al-Qur’an. Yang berbunyi:
“Dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. (QS. At-Taubat: 41)
- Satu-satunya ulama yang mendapatkan izin mengijazahkan Thariqat “As-Sammaniyah”
KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani adalah satu-satunya ulama di Kalimantan bahkan di Indonesia yang mendapat izin untuk mengijazahkan thariqat “As-Sammaniyah”. Karena itu banyak yang datang kepada beliau untuk mengambil bai’at thariqat tersebut, bukan saja dari Kalimantan bahkan yang datang dari Jawa dan daerah lainnya.
- Ulama yang sangat berpengaruh dalam pengembangkan pendidikan agama Islam di Kalimantan Selatan
KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani adalah seorang zuriat Syeikh MuhammadArsyad al-Banjari yang mengikuti jejak Datuk beliau yang asalnya tinggal di Keraton kemudian pindah membuka perkampungan baru di Dalampagar dan mengembangkan pendidikan agama di Dalampagar; maka beliau (KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani) pun pindah pula dari Keraton ke Sekumpul membuka Komplek perumahan yang dikenal dengan Komplek Ar-Raudah atau Dalam Regol, yang kemudian meluas ke sekelilingnya sehingga terbentuklah Gang Taufiq dan Gang Mahabbah dan lainnya. Di Sekumpul Komplek Ar-Raudah inilah KH. Muhammad Zaini mendidik para anak murid atau jamaah dalam meningkatkan iman, ilmu dan amal serta taqwa kepada Allah Swt yang dilengkapi dengan sarana ibadah (seperti Mushalla dan berbagai perlengkapannya).
Di Mushalla Ar-Raudah inilah beliau mengajar dan membawa jama’ah dalam beribadat mengamalkan apa yang dikaji atau diajarkan beliau, sehingga kata “kaji dan gawi” sangat jelas kelihatan dalam proses belajar dan mengajar yang dilaksanakan beliau.
Keistimewaan
Keistimewaan yang diberikan Allah SWT kepada KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani sebagai berikut:
1. Karunia Allah SWT
Dalam usia kurang sepuluh tahun beliau sudah mendapat keistimewaan dan anugerah berupa kasyaf hisyi yaitu dapat mengetahui dan mendengar apa yang berada di dalam sesuatu dan yang tersembunyi dan terdinding. Suatu ketika beliau berjalan-jalan di hutan, rerumputan memberi beliau salam dan menyebutkan kegunaannya untuk pengobatan dan berbagai khasiat lainnya. Begitu pula dengan bebatuan dan besi, namun semuanya itu tidak diperhatikan beliau karena beliau anggap hanya sebagai cobaan dan ujian.
Kurang lebih pada usia yang sama pada malam jum’at beliau bermimpi melihat sebuah bahtera (kapal) besar yang turun dari langit dan di muka kapal itu terdapat pintu masuk dan terdapat seorang penjaga seorang lelaki berjubah putih dan di pintunya tertulis Safinatul Awliya (Bahtera para Wali Allah). Tatkala beliau berusaha masuk ke dalam kapal, beliau dihalau penjaganya hingga tersungkur dan beliau pun langsung terbangun. Malam jum’at berikutnya mimpi tersebut terulang kembali hingga pada malam jum’at ketiga beliau bermimpikan yang sama dan beliau diperkenankan masuk ke dalam bahtera tersebut dan disambut oleh seorang syeikh dan di dalamnya beliau melihat banyak kursi yang kosong. Setelah beberapa lama atau sekitar puluhan tahun ketika beliau beranjak dewasa dan menuntut ilmu ke tanah jawa ternyata orang yang menyambut beliau dan menjadi guru beliau yang pertama adalah orang yang menyambut beliau dalam mimpi tersebut.
2. Akhlak mulia KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani
Sejak kecil KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani hidup di tengah keluarga yang saleh dalam didikan orang tua dan bimbingan paman beliau KH. Seman Mulia, sehingga betul-betul tertanam dalam lubuk hati beliau sifat-sifat mulia, sabar, ridha, pasrah, kasih sayang, tidak pemarah, pemurah, sehingga apapun yang terjadi terhadap diri beliau, beliau tidak pernah mengeluh dan mengadu kepada orang tua sekalipun beliau pernah dipukul oleh orang yang dengki kepada beliau.
3. Seorang yang mencintai alim ulama
Beliau adalah orang yang sangat mencintai dan memuliakan ulama dan orang saleh, hal ini tampak sejak beliau masih kecil. Di masa kecil beliau selalu menunggu di jalan di mana biasanya KH. Zainal Ilmi lewat pada hari tertentu ketika hendak ke Banjarmasin, hanya untuk bersalaman dan mencium tangan KH. Zainal Ilmi.
4. Petunjuk Allah SWT
Di masa remaja KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani pernah bermimpi bertemu dengan Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husin dua cucu Rasulullah Saw dan keduanya masing-masing membawakan pakaian dan memakaikannya kepada beliau (KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani) dilengkapi dengan surban dan berbagai pakaian lainnya dan ketika itu beliau diberi gelar “Zainal ‘Abidin” (Perhiasan Para Ahli Ibadah).
Sesudah dewasa tampaklah kebesaran dan keutamaan beliau dalam berbagai hal. Banyak orang yang datang belajar kepada beliau. Para habaib senior, ulama, guru bahkan guru yang pernah mengajar beliau sekalipun. Beliau adalah seorang ulama yang mengumpulkan antara syariat, thariqat dan hakikat. Beliau pun adalah seorang yang hafal al-Qur’an serta tafsirnya, yaitu tafsir al-Jalalain.
5. Sangat sayang kepada orang tua dan keluarga serta bimbingan sang paman yang sangat berpengaruh
Pendidikan yang diberikan oleh paman beliau KH. Seman Mulia sangat berpengaruh dalam dirinya, selain mengajar beliau di sekolah paman beliau juga membawa beliau kepada ulama-ulama lainnya yang mempunyai keahlian khusus dan mengantar beliau langsung baik di Kalimantan maupun di luar Kalimantan, untuk mendalami tafsir dan hadits, beliau dibawa kepada As-Syeikh H. Sya’rani Arif sekalipun KH. Seman Mulia sebagai pagar semua bidang keilmuan namun sifat rendah hati beliau (tawadhu) itulah yang tertanam dalam diri beliau yang memberi pengaruh pada diri KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani.
Pernah suatu ketika beliau ingin bermain seperti anak-anak lainnya, beliau bersama teman yang biasa menemani beliau, pergi ke pasar. Namun apa yang terjadi ketika tiba di pintu gerbang pasar beliau melihat paman beliau dan menyuruh untuk pulang sedang teman beliau itu tidak melihat adanya sang paman. Dan beliau pun langsung pulang ke rumah.
Beliau (KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani) adalah seorang yang amat berbakti kepada kedua orang tua serta paman beliau. Sehingga suatu ketika mereka sakit sedikitpun beliau tidak pernah meninggalkan meski beliau sendiri dalam keadaan sakit.
6. Keturunan (Zurriyat) Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari
Beliau adalah seorang ulama keturunan Syeikh MuhammadArsyad Al-Banjari yang menghidupkan kembali amalan dan thariqat Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
7. Seorang ulama yang selalu di rindukan
Sifat lemah lembut, kasih sayang, ramah tamah, tidak pemarah dan pemurah sangat tampak pada diri beliau sehingga beliau sangat disenangi oleh segenap orang, sahabat serta murid beliau. Salah satu sifat beliau yang sangat mulia adalah kalau ada orang yang tidak senang melihat keadaan beliau dan member kritikan kepada beliau, maka beliau tidak membalasnya. Semua tamu-tamu yang bertandang ke rumah beliau selalu diberi jamuan serta berbagai nasehat yang berguna.
8. Kegiatan pengajian yang selalu ramai
Pada hari-hari pengajian sekalipun tidak diundang, murid-murid yang mengikuti pengajian beliau tidak kurang dari puluhan ribu orang yang datang dari berbagai penjuru daerah di Kalimantan Selatan dan dari daerah lainnya. Itu adalah karena semata-mata karunia Allah Swt yang diberikan kepada beliau dan menjadikan beliau sebagai seorang ulama “waratsatul anbiya” dan Allah telah tentukan beliau seorang yang alim lagi mulia.
Karomah
1. Memunculkan Buah Rambutan Belum Musimnya
Ketika beliau masih tinggal di Keraton dimana biasanya setelah selesai pengajian atau pembacaan Maulid, beliau berbincang-bincang dengan beberapa orang murid yang masih belum pulang sambil bercerita tentang orang-orang tua dahulu, yang isinya untuk dapat diambil pelajaran dalam meningkatkan amaliyah. Tiba-tiba beliau bercerita buah rambutan yang pada waktu itu masih belum musimnya, dengan tiada disadari dan diketahui oleh yang hadir beliau mengacungkan tangan ke belakang dan kemudian tampak di tangan beliau satu biji buah rambutan masak yang kemudian buah rambutan tersebut langsung beliau makan.
2. Meminta Kepada Allah SWT Menurunkan Hujan
Pada suatu musim kemarau yang panjang, dimana hujan sudah lama tidak turun sehingga sumur-sumur sudah hampir mengering, maka cemaslah masyarakat ketika itu dan mengharap hujan akan segera turun. Melihat hal yang demikian banyak orang yang datang kepada beliau mohon minta do’a agar hujan segera turun, kemudian beliau lalu keluar rumah dan menuju pohon pisang yang berada di dekat rumah beliau. Setelah memanjatkan doa’ kepada Allah Swt dan bertawassul kepada Baginda Rasulullah Saw lalu beliau goyang-goyangkan pohon pisang tersebut dan tidak lama kemudian hujanpun turun dengan derasnya.
3. Air doa KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani
Banyak orang yang menderita sakit seperti batu ginjal, usus membusuk, anak yang tertelan jarum/peniti, orang yang sedang hamil dan bayinya jungkir serta meninggal di dalam perut ibunya, yang semuanya itu menurut keterangan dokter harus di operasi, namun keluarga mereka meminta doa dan pertolongan kepada KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani, maka dengan air yang beliau berikan semuanya dapat tertolong dan sembuh tanpa operasi.
Masih banyak keramat dari KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani. Yang tersebut di atas hanya sebagian dari sekian banyaknya keramat beliau yang di tulis oleh penulis. Memang keramat ini sangat sulit untuk akal sehat kita menerimanya, namun itulah kekuasaan Allah Swt yang ditunjukkan dan diberikan kepada seorang hamba yang dikasihi-Nya.
Pesan-Pesan
Pesan ini ditulis beliau sekitar 20 tahun lalu, tepatnya pada 11 Jumadil Akhir 1413 H. meski wasiat ini ditulis dalam bahasa sederhana, namun makna yang terkandung di dalamnya sangatlah mendalam.
Pesan-pesan yang sering disampaikan beliau dalam pengajian adalah:
1. Jangan bakhil (yakni hendaklah jadi orang yang pemurah), karena sifat bakhil adalah sifat madzmumah yang paling bandel dan tidak akan keluar sebelum sifat-sifat madzmumah lainnya keluar. Dan apabila keluar sifat bakhil ini berarti sifat-sifat madzmumah lainnya sudah keluar lebih dahulu. Dan sering beliau ucapkan bahwa di pintu surga tertulis: “Anti haramun ‘ala kulli bakhilin” (maksudnya pintu surga dilarang/haram dimasuki orang bakhil).
2. Jangan tertipu dengan karamah/keramat (yakni dengan segala keganjilan dan keanehan), karena keramat itu adalah anugerah dan pemberian Allah Swt kepada hamba-Nya bukan karena suatu kepandaian atau keahlian, karena itu janganlah terlintas atau berniat untuk mendapatkan keramat dengan melakukan ibadah atau membaca wirid karena keramat yang mulia dan tinggi nilainya adalah istiqamah di dalam ibadah.
3. Kaji dan gawi maksudnya tuntut ilmu kemudian amalkan.
Selain beberapa pesan di atas, KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani juga memberi beberapa poin wasiat bagi warga Kalimantan Selatan dalam menghadapi keterpurukan dan krisis akhlak pada zaman sekarang ini. Beberapa poin wasiat tersebut adalah:
Selalu berpegang teguh kepada Allah Swt dan Baginda Rasulullah Saw, menghormati serta menjunjung tinggi kedua orang tua dan para ulama, berbaik sangka terhadap sesama muslim, murah hati, murah harta, manis muka, jangan pernah menyakiti orang lain, mudah memaafkan kesalahan orang lain, angan saling bermusuh-musuhan, jangan tamak, rakus dan serakah, selalu yakin keselamatan itu kepada kebenaran, jangan merasa baik daripada orang lain, tiap-tiap orang yang iri, dengki, atau mau mengadu domba jangan dilayani, serahkan saja kepada Allah Swt.
Karya-Karya
Beberapa hasil karya tulis KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani, antara lain:
- Risalah Mubarakah dalam bahasa Arab
- Manakib Asy-Syeikh Muhammad Samman al-Madani dalam bahasa Arab
- Ar-Risalat an-Nuraniyyah fi Syarh at-Tawassulat as-Sammaniyah, dalam bahasa Arab
- Nubzat min Manaqib al Imam al-Masyhur bil Ustadz al A’zham Muhammad bin Ali Ba’Alwi dalam bahasa Arab.
https://www.laduni.id/post/read/58607/biografi-kh-muhammad-zaini-abdul-ghani-guru-sekumpul.html