Daftar Isi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga
1.3 Nasab
1.4 Wafat
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Guru-guru
2.2 Silsilah Sanad
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
5. Referensi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
Mbah Hadi Girikusumo adalah putra dari Mbah Tohir bin Shodiq bin Ghozali Klaten. Beliau terlahir dengan nama Hasan Muhibat. Beliau juga memiliki nama panggilan lain, diantaranya adalah :
- Mbah Giri
- Mbah Hasan Muhibat
- Kyai Giri
- Mbah Hadi Girikusumo
1.2 Riwayat Keluarga
Dalam pernikahannya Mbah Hadi Girikusumo dikaruniai tiga orang putra, yaitu:
- Manshur
- Sirajuddin
- Zahid
1.3 Nasab
- Saifudin Awwal (Kyai Ageng Pandanaran I, Sunan Tembayat Klaten).
- Saifudin Tsani (Kyai Ageng Pandanaran II Semarang)
- Abdurrasyid (Batang)
- Abdul Karim (Paesan, Batang)
- Abu Wasijan (Medono, Pekalongan)
- Ghozali (Klaten)
- Shodiq Jago
- Thohir
- Muhammad Abdul Hadi atau Mbah Hadi Girikusumo
1.4 Wafat
Mbah Hadi Girikusumo wafat pada 12 Rajab 1931, beliau disemayamkan di komplek Makam Kasepuhan Desa Girikusumo, Mranggen, Demak Jawa Tengah.
Saat prosesi pemakaman mbah Hadi, terjadi sebuah fenomena aneh luar biasa, yaitu ada batu besar di calon makamnya konon banyak warga yang berupaya mengangkat batu itu secara bersama-sama bergantian alhasil tidak ada yang mampu mengangkatnya. Mbah Manshur anak pertama yang sanggup untuk mengangkat dan memindahkan batu tersebut.
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
Mbah Hadi Girikusumo sejak kecil diasuh dan dididik oleh ayahnya Kyai Tohir bin Shodiq bin Ghozali Klaten. Jika diurutkan ke atas beliau masih memiliki darah keturunan Kyai Ageng Pandanaran I ( Semarang ) dan Sunan tembayat ( klaten ).
- Kyai Tohir bin Shodiq bin Ghozali Klaten.
- Syeikh Sulaiman Az-Zuhdi di Jabal Qubeis Mekkah Al-Mukarramah
2.2 Silsilah Sanad
Sanad Mursyid Thariqah Al-‘Aliyah An-Naqsyabandiyah Al-Mujaddidiyah Al-Khalidiyah Mbah Hadi Girikusumo :
- ALLAH SWT
- Malaikat Jibril ‘alahis-Salam
- Nabi Muhammad Rasulullah SAW
- Sahabat Nabi, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shidiq
- Sahabat Nabi, Sayyidina Salman Al-Farisi
- Syaikh Hafiid Shiddiiq Akbar Abu ‘Abdurrahman Qosim bin Muhammad bin Sayyidinaa Abu Bakar Ash-Shiddiq ( masih sepupuan dengan Al-Imam ‘Ali Zaenal Abidin bin Husein bin Sayyidina ‘Ali)
- Syaikh Al-Imam Ja’far Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin ‘Ali Zaenal ‘Abidin As-Sajjad bin Al-Imam Husein bin Sayyidinaa ‘Ali bin Abu Thalib
- Syaikh Sulthanul ‘Arifin Abu Yazid Thaifur bin ‘Isa al-Busthomiy Al-Uwaisiy Laut Hazan/Kaspia Iran.
- Syaikh Abu Hasan ‘Ali bin Ja’far al-Khirqani Syahrud Simnan Iran
- Syaikh Abu ‘Ali Al-Fadhal bin Muhammad Al-Farmadi Ath-Thusi Iran ( Asy-Syafi’i, Beliau merupakan salah satu muridnya Al-Imam Abul Qasim Al-Qusyairiy & Beliau juga merupakan salah satu Gurunya Imam Hujatul Islam Muhammad Al-Ghazali )
- Syaikh Abu Ya’qub Yusuf al-Hamadani Iran ( Beliau ini salah satu cucu dari Al-Imam Abu Hanifah r.h. )
- Syaikh Khaja ‘Abdul Kholiq al-Ghajduwani Al-Bukhariy bin Al-Imam ‘Abdul Jamil ( Beliau ini cucunya Imam Malik r.h)
- Syaikh Khaja ‘Arif Riwikari/Ar-Riughari Al-Bukhariy
- Syaikh Khaja Mahmud al-Anjir Faghnawi
- Syaikh Khaja ‘Ali ar-Rumaitini An-Nassaj
- Syaikh Khaja Muhammad Baba as-Samasi
- Syaikh Khaja Sayyid Amir Kulal bin Amir Hamzah
- Syaikh Khaja Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Bahauddin Syah an-Naqsyabandiy Al-Uwaisiy Al-Bukhariy Al-Hanafiy ( berjuluk : Bala-gerdan / Sang Penolak Balak ; ikram dari Syekh Muhammad Baba As-Samasiy untuk Syekh Muhammad Bahauddin An-Naqsyabandiy )
- Syaikh Khaja Muhammad Bin Muhammad ‘Alaudin al-Aththor Al-Bukhari ( menantu dari Syekh Al-Imam Muhammad Bahauddin An-Naqsyabandiy Al-Uwaisiy Al-Bukhariy)
- Syaikh Khaja Nashiruddin ‘Ubaidillah bin Muhammad bin Syihabuddin Al-Ahrariy Asy-Sasyi As-Samarqandiy
- Syaikh Khaja Ya’kub al-Carkhi bin ‘Ustman
- Syaikh Khaja Muhammad Zahid Badakhsyi ( cucu Khaja Ya’kub Al-Jarkhi dr jalur putri )
- Syaikh Khaja Darwisy Muhammad As-Samarqandiy
- Syaikh ‘Abdul Baqi Muhammad al-Khawajiki Amkangi As-Samarqandi bin Darwis Muhammad
- Syaikh Muhammad al-Baqi Billah bin Qadli ‘Abdus-Salam
- Syaikh Abul Barakat Badruddin Al-Imam Ar-Rabbani Al-Mujaddid Alfi Tsani Ahmad bin ‘Abdul Ahad bin Zaenal ‘Abidin al-Faruqi As-Sirhindi
- Syaikh Majduddin Al-‘Urwatil- Wustqa Muhammad Ma’shum bin Imam Rabbaniy Ahmad Al-Faruqi As-Sirhindiy
- Syaikh Muhammad Saifuddin ‘Arif bin Muhammad Ma’shum
- Syaikh Muhammad Nur al-Badwani
- Syaikh Syamsuddin Habibullah Mirza Jan Janan
- Syaikh Waliyullah Ghulam ‘Ali ‘Abdullah ad-Dahlawi bin ‘Abdul Lathief
- Syaikh Dhiya al-Din Khalid bin Ahmad bin Husein al-Kurdi al-Baghdadi An-Naqsyabandiy
- Syaikh Sulaiman Affandiy al-Quraymi
- Syaikh Isma’il bin ‘Abdullah al-Khalidi al-Barusi Simambur Minangkabaw Sumatera Barat
- Syaikh Sulaiman bin Hasan Az-Zuhdi Jabal Qubays Al-Makkiy
- Syekh Muhammad Hadi Bin Muhammad Thohir
3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
Syekh Muhammad Hadi Girikusumo Bin Mbah Tohir bin Mbah Irsyad bin Mbah Shodik Jago. Wali Agung putra dari generasi Wali yg mendidik dan menurunkan generasi Wali / orang Sholeh juga. Dari Beliau ditebarkan nilai-nilai ajaran Islam yang rahmah/ramah dan membumi oleh penerus ke-Mursyidan Kholidiyyah Naqsyabandiyah di daerah Girikusumo Demak oleh Mbah Munif Zuhri, di Kudus oleh Mbah Arwani Amin lalu dilanjutkan putranya yaitu Mbah Ulin Nuha Arwani & Mbah Ulil Albab Arwani, di Klaten oleh Mbah Mansur lalu oleh Mbah Salman Dahlawi yang sekarang diteruskan oleh Gus Multazam di daerah Popongan.
Mbah Hadi merupakan sosok seorang yang religius. Beliau memiliki peran yang amat besar dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa, terutama di daerah Girikusumo. Mbah Hadi Girikusumo dipercaya sebagai sesepuh yang menandai awal dakwahnya dengan mendirikan Masjid Baitussalam yang kini berada di lingkup Pondok Pesantren Girikusumo. Mbah Hadi adalah sosok orang yang santun dan cerdas, beliau masih keturunan wali. Pada awalnya beliau dapat isyaroh untuk menyebar luaskan agama islam.
Kepala Kepesantrenan Pondok Pesantren Girikusumo, Gus Nabil Munif menceritakan, awal mula Mbah Hadi bertempat tinggal di Desa Girikusumo berawal dari mendapatkan sebuah isyarat untuk membangun Masjid. Beliau berkeliling mencari tempat yang sesuai dengan isyarat yang didapatkan.
“Mbah Hadi mendapatkan petunjuk untuk membangun masjid dengan syarat lokasinya ada pohon jati berbentuk trisula. Saat itu Mbah Hadi sudah membangun masjid di daerah Pringapus Ungaran, namun kemudian ada persyaratan lain yaitu tepatnya harus ditumbuhi pohon glagah wangi. Kemudian didapatlah di desa ini,” ungkapnya, belum lama ini.
Jalan pencarian Mbah Hadi untuk membangun masjid sangatlah panjang. Berdasarkan cerita beliau dipercaya sempat bertemu dengan Sunan Kalijaga pada saat itu. Suatu ketika pada tengah malam hari, Mbah Hadi mendapat petunjuk untuk membangun sebuah pusat pendidikan di tanah yang mirip dengan Mekah. Pencarian pun di mulai dan di awali dari Jati Ngaleh kemudian desa Kawengen yang menjadi pusat penyinggahan Mbah Hadi, akan tetapi tidak daerah tersebut yang di maksud oleh petunjuk Allah.
Beliau terus mencari dan berjalan kearah utara, akhirnya beliau sampailah di daerah yang dimaksud sebuah hutan berantara yang dikelilingi oleh gunung, yaitu Gunung Ungaran, di sebelah Barat Gunung Slamet di sebelah Selatan Gunung Solo di sebelah Timur dan Bukit Kecil di sebelah Utara yang sekarang menjadi tempat pemakaman Mbah Hasan Muhibat (Mbah Hadi) pada saat beliau wafat disanalah Mbah Hadi memulai membuka pusat pendidikan yang ditandai dengan didirikannya Masjid sebagai tempat syi’ar Islam dan masjid Baitussalam sesuai dengan situs yang tertera di pintu masjid dalam waktu semalam.
“Mbah Hadi berjalan sampailah di Hutan Mbarang yang berada di utara Hutan Girikusumo atau saat ini menjadi Desa Mbarang. Mbah Hadi melanjutkan perjalanan hingga sampai di Desa Girikusumo dan konon saat beliau wudhu, punggung beliau di sentuh orang yang kemudian memberikan beliau keris kecil dan beliau berkata “iki kanggo wiwitan” atau permulaan. Sosok itu dipercaya merupakan Sunan Kalijaga, bisa dikatakan mitos atau bagaimana, karena kalau dipikirkan jarak antara Mbah Hadi Girikusumo dengan Sunan Kalijaga jauh masanya. Tapi wallahu’alam,” ungkap beliau.
Mbah Hadi dipercaya memiliki berbagai karomah. Salah satunya adalah dengan proses pembangunan Masjid Baitussalam yang dipercaya hanya dibangun dalam waktu satu malam saja. Masjid tersebut mulai dibangun sekitar pukul sembilan malam dan selesai pada pukul satu dini hari. Sebuah ukiran pada prasasti masjid menuliskan peristiwa tersebut dalam Prasasti yang ditulis dengan menggunakan huruf arab pegon dan bahasanya menggunakan bahasa jawa itu berbunyi :
“ Iki pengenget masjid dukuh Girikusumo, tahun ba hijriyah nabi shallallahu alaihi wasallam 1228 wulan rabiul akhir tanggal ping nembelas awit jam songo dalu jam setunggal dalu rampung, yasane Kyai Muhammad Giri ugi saksekabehane wong ahli mukmin kang hadir taqobballahu ta’ala amin”.
“Pada saat pencarian tanah untuk membangun masjid, beliau mendapati ular yang besar, dan menemukan pohon jati yang trisula tadi dan ditanami pohon glagah wangi. Beliau teringat memiliki keris, terjadilah perkelahian antara Mbah Hadi dengan ular tersebut, karena ular yang ukurannya besar akhirnya menghancurkannya pepohonan di hutan tersebut. Karena keadaan tanah pada saat itu miring, untuk meratakan tanah itu dengan kayu-kayu yang patah itu. Dan jadilah Masjid Baitussalam pusat ilmu agama Islam, sampai akhirnya membangun pesantren untuk tempat tinggal santri-santrinya sampai sekarang,” jelasnya.
Sementara itu, nama Girikusumo sendiri dipercaya memiliki makna “Giri” berarti Gunung dan Kusumo berarti “Bunga”. Apabila digabungkan menjadi Girikusumo yang memiliki arti Gunung Bunga atau Gunung Kembang. Jadi, menurut istilah desa girikusumo adalah kembangnya gunung, cocok dengan istilahnya karena letak girikusumo memang berada di gunung ungaran, hal ini bisa diartikan bahwa girikusumo memang kembangnya gunung ungaran.
Perjuangannya berhasil menjadikan daerah Mranggen, Karangawen, dan sekitarnya mayoritas memeluk Islam. Di sekitar masjid tersebut sekarang telah berkembang menjadi pondok pesantren ternama bernama Pondok Pesantren Girikusumo. Sekarang, pondok pesantren diasuh KH Munif Muhammad Zuhri (Gus Munif).
Dengan bekal sebauh bangunan masjid yang lokasinya berada dikaki sebuah perbukitan yang rimbun, waktu itu Mbah Hadi oleh Allah SWT, dikaruniai umur yang cukup panjang, sehingga memiliki kesempatan dan waktu yang cukup untuk menyiapkan kader-kader penerus perjuangan yang dirintisnya dikemudian hari, demikian pula denagn anak dan keluarganya Mbah Hadi memiliki perhatian yang sangat besar terutama dalam hal pendidikan. Perhatian ini dibuktikan dengan memondokkan putra-putranya diberbagai Pondok Pesantren di Jawa Tengah maupun Jawa Timur, yang mampu memunculkan generasi penerus semisal Kyai Sirajuddin dan Kyai Mansur.
Yang akhirnya Kyai Sirajuddin sepulang dari Pondok ditunjuk untuk meneruskan program pondok pesantren yang telah dirintis ayahandanya, khususnya santri-santri muda, sementara santri tua/toriqoh tetap dipegang oleh Mbah Hadi. Sementara Kyai Mansur ditugaskan ayahnya untuk meneruskan perjuangannya didaerah Solo, tepatnya di desa Dlanggu Klaten. Namun Kyai Sirajuddin dikaruniai umur yang pendek oleh tuhan sehingga beliau meninggal mendahului ayahandanya.
Beliau memelopori jaringan thariqoh naqsabandiyah yang beliau ambil baiat dari Syeikh Sulaiman Zuhdi Mekkah dan melalui murid-muridnya beliau berhasil mengembangkan sampai jawa tengah yang berjumlah ratusan ribu orang. Setelah itu mbah hadi juga mendirikan pondok pesantren girikusumo
Kepemimpinan pondok pesantren dipegang sepenuhnya oleh Mbah Hadi, tetapi setelah Mbah hadi wafat pada tahun 1931, diteruskan pada mbah Zahid.
Mbah Zahid sebagai generasi kedua hanya memimipin pondok dalam kurun waktu 30 tahun. Tahun 1961 tongkat kepemimpinan pondok diserahkan kepada anak tertuanya KH. Muhammad Zuhri yang oleh para santri dan masyarakat dipanggil dengan sebutan Mbah Muh Giri, karena kondisi kesehatanMbah Zahid semakin menurun dan meninggal dunia pada tahun 1967.
4. Referensi
Dikumpulkan dari berbagai sumber