sufinews.com. Suatu hari Atha As Salmi melewati sebuah jalan di Kufah. Tanpa sengaja ia melihat Ulayyan Al Majnun ada di depan rumah dokter. Gerak-geriknya menimbulkan senyum. Bahkan ia sempat menertawakan dokter. Atha bin Salmi kemudian menghampirinya, karena ia merasa tidak ada yang patut ditertawakan.
Atha kemudian mendekat ke Ulayyan dan bertanya,”Apa yang membuatmu tertawa.”
“Orang ini (dokter) mengobati orang lain tetapi dia sendiri sakit,” jawab Ulayyan.
Kemudian Atha bertanya lagi,” Apakah kamu mempunyai obat yang bisa menyembuhkannya?”
“Ada. Aku punya resep minuman yang bisa membuatnya sembuh,” katanya.
“Coba sampaikan kepadaku resepnya,” kata Atha.
Ulayyan kemudian berkata,” Ambillah daun kefakiran, akar kesabaran, kuntum Mirabella tawadhu, balijaj makrifat, ghariqun akal, lalu lembutkan di lesung penyesalan, dan letakkan di periuk takwa. Setelah itu, tuangkan padanya air kehidupan, dan rebuslah dengan api cinta hingga timbul busa, lalu tuangkan kedalam gelas ridha. Kemudian taruhlah di tempat pemikiran, dan rasakan dengan sendok istighfar maka engkau tidak akan mengulangi kemaksiatan.”
Ulayyan dikenal sebagai seorang “gila” di Kufah, Irak. Ia selalu membawa tongkat saat bepergian. Anak-anak selalu mengerumuninya dan menggodanya. Ia sezaman dengan Dzun Nun Al Misri. (Dikutip dari buku Tokoh-Tokoh Gila yang Paling Waras atau Uqala’ al manganin karya Abul Qasim an Naisaburi)