Daftar Isi Profil KH. Mahfudz Asirun
Kelahiran
KH. Mahfudz Asirun lahir pada 1 Maret 1954 di Jakarta. Beliau merupakan anak ke dua dari tujuh bersaudara, dari pasangan KH. Asirun bin H. Selong dengan Hj. Marfuah binti H. Mukhtar
Ayah beliau adalah seorang guru ngaji di Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat, sementara kakeknya H. Selong dikenal sebagai tokoh masyarakat Cengkareng pada masanya.
Keluarga
KH. Mahfudz Asirun melepas masa lajangnya dengan menikahi Aan Kurniasih binti H. M. Arpandi, sosok gadis kelahiran Jakarta 30 Agustus 1966. Beliau menikah pada tanggal 1 Sya’ban 1406 Hijriyah atau bertepatan pada tanggal 16 April 1986. Buah dari pernikahannya beliau dikaruniai 3 Putra dan 3 Putri.
Pendidikan
Setelah tamat MI, KH. Mahfudz Asirun tidak melanjutkan belajar ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi beliau ikut berdagang ke pasar dengan berjualan beras. Sepulang berjualan, Beliau pergi mengaji kepada beberapa mu’allim di sekitar Duri Kosambi diantaranya adalah KH. Muhammad Arsyad, KH. Ahmad Zaini, KH. Hadromi, KH. Abdul Hamid dan KH. Abdul Mubin yang dilaksanakan di rumah-rumah para mu’allim/guru dengan metode bandongan atau sorogan,
Kepada para mu’allim tersebut, KH. Mahfudz Asirun belajar tentang berbagai macam ilmu agama dengan memakai kitab-kitan salafi. Pelajaran yang paling disukai adalah ilmu alat seperti Nahwu, Shorof dan Al-Qur’an. Melihat kecerdasan, bakat dan kemampuan KH. Mahfudz Asirun, kakaknya yang bernama KH. Ahmad Ma’ruf yang saat itu mahasiswa IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menyarankan agar adiknya melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren An-Nida Al-Islamy Bekasi.
Beliaupun menyetujui saran dari kakaknya, dengan restu dari kedua orangtuanya beliaupun berangkat menimba ilmu ke Pondok Pesatren An Nida Al Islamy yang diasuh oleh Syekh Muhammad Muhajirin Amsar Ad Dary. Dengan bekal ilmu yang sudah dimiliki, beliaupun mampu menyerap berbagai macam ilmu dari Syekh Muhajirin, baik Nahwu, Shorf, Fiqih, Tauhid, Tsawuf, Tafsir, Falaq dan terutama Ilmu Hadits yang menjadi spesialisasi Syekh Muhajirin.
Bahkan beliau menjadi salah satu murid kesayangan dan kepercayaan Syekh Muhajirin karena kecerdasan dan keseriusannya dalam belajar ilmu agama. Hampir disetiap ta’lim Syekh Muhajirin beliau sering kali disuruh untuk membacakan kitab. Saking percayanya syekh Muhajirin kepadanya, beliau-pun disuruh memegang keuangan Syekh Muhajirin pribadi dan keuangan Pondok Pesantren An Nida.
Pada tahun ke 7 setelah masuk pesantren beliau mulai memikirkan untuk menyebarkan ilmu di kampung halamannya, maka dimulailah kegiatan ta’lim dalam kelompok kecil yang dilakukan oleh KH. Mahfudz Asirun, yang pada ketika itu beliau masih berstatus sebagai santri An Nida Al Islamy Bekasi yang dalam perkembangan selanjutnya jamaah semakin bertambah dan menjangkau semua lapisan masyarakat.
Kegiatan ta’lim itu diselenggarakan, selain di rumah orang tua beliau, juga di sebuah mushalla kecil di dekat rumah orangtua beliau, dalam perkembangannya jumlah jamaah terus bertambah dan terus bertambah maka beliau mulai memikirkan jalan keluarnya, maka pada tahun 1985, beliau mendirikan suatu lembaga pendidikan keagamaan yang diberi nama Madrasah Diniyah Al-Itqon.
Mengasuh Pesantren
Setelah belajar sekitar 13 tahun di Pesantren An Nida, KH. Mahfudz Asirun pun meminta izin kepada Syekh Muhajirin untuk benar-benar pulang kampung untuk melanjutkan dan mengembangkan ta’lim yang sudah beliau rintis sejak lama. Akhirnya, beliau dapat mewujudkannya dengan mendirikan Pondok Pesantren Al Itqon.
Adapun kitab yang dikaji oleh beliau adalah, dengan mengkaji berbagai kitab salaf dan beberapa kitab yang beliau kuasai.
Peranan di Nahdlatul Ulama (NU) dan MUI
Berkat pengaruh dan kepeduliannya terhadap masyakarat nahdhiyin, saat ini KH. Mahfudz Asirun diserahkan amanah jabatan sebagai Rois Syuriah NU Jakarta Barat, dan Penasehat MUI Jakarta Barat.
https://www.laduni.id/post/read/68097/biografi-kh-mahfudz-asirun.html