Ramadan di Pesantren

Ramadan bulan bahagia bagi santri kelana. Setelah sekitar sepuluh bulan (dari Syawal hingga Sya’ban atau Rajab) mereka harus tinggal di pesantren asalnya masing-masing, maka di bulan Ramadan para santri diperkenankan untuk melancong dan belajar ke pesantren-pesantren lain yang ditujunya masing-masing. Santri pesantren asal kota A bisa saja melancong ke kota B atau C untuk mengaji kitab-kitab tertentu selama bulan Ramadan.

Para santri sejak sebelum Ramadan biasanya sudah membuat rencana di mana ia akan tinggal selama bulan Ramadan. Biasanya para santri akan memilih pesantren-pesantren yang masih diasuh oleh pengasuh sepuh yang kharismatik. Tujuannya bukan hanya ingin Ramadan-an di pesantren tersebut, melainkan juga ber-tabarruk kepada pengasuhnya dan mengaji sejumlah kitab kepada Kyai tersebut agar memiliki sanad keilmuan yang terhubung dengannya.

Di beberapa daerah seperti Jawa Barat, terutama wilayah Sunda, sejumlah pesantren dari dulu hingga sekarang memiliki spesialisasi disiplin ilmu tertentu yang menjadi ciri khas pesantrennya masing-masing. Ada pesantren takhassus fiqih dengan kitab fath al-Mu’in sebagai bahan utama pengajiannya. Ada pesantren takhassus alfiyyah ibn Malik. Ada pesantren yang takhassus kitab Ummul Barahin, dan lain sebagainya.

Ngaji Pasaran

Pengembaraan santri di bulan Ramadan seperti ini biasa disebut ngaji pasaran/pasanan/posonan atau juga ngaji kilatan. Istilah pasaran/pasanan/posonan merujuk pada kata “pasa/poso” alias puasa. Maksudnya pengajian yang dilakukan selama bulan puasa. Sedangkan “kilatan” merujuk pada model pembacaan kitab yang dilakukan selama pengajian berlangsung: kilat alias secepat kilat. Cara membacanya cepat dan juga cepat dalam segi mengkhatamkan kitab yang dibacanya.

Baca juga:  Menambahkan Kata ‘Sayyidina’ di Depan Muhammad

Kitab-kitab yang dibaca dalam ngaji kilatan ini akan dapat dikhatamkan dalam waktu yang relatif singkat. Biasanya cukup memakan waktu lima belas hari sampai dua puluh hari di bulan Ramadan. Waktu pengajiannya cukup padat. Biasanya dimulai selepas salat subuh hingga duhur. Kemudian dilanjutkan lagi setelah salat duhur hingga Asar. Seusai salat Asar dilanjut hingga jelang Magrib. Lalu setelah salat tarawih hingga tengah malam.

Model atau sistem pengajian dalam Ngaji Pasaran ini adalah bandongan. Yaitu sistem pengajian yang bertumpu pada Kyai sebagai pembaca teks kitab dan santri hanya menyimak bacaan serta membubuhkan makna atas teks yang dibaca di kitabnya masing-masing. Biasanya Kyai tidak memberikan komentar atau penjelasan yang rinci. Jika pun ada dan butuh penjelasan maka akan diulas secara singkat dan padat.

Ramadan menjadi bulan menambah ilmu

Ada beragam cara yang dapat kita lakukan untuk memuliakan bulan Ramadan. Beberapa di antaranya adalah dengan cara memperbanyak ibadah, bersedekah, dan beragam ibadah-ibadah lainnya yang dianjurkan oleh agama seperti menambah ilmu pengetahuan. Mengikuti pengajian baik secara tatap muka maupun pengajian secara online juga termasuk dalam bagian memuliakan bulan suci Ramadan.  

Di tengah kian majunya perkembangan teknologi dan keterbukaan banyak Kyai dan pesantren atasnya, sejumlah saluran pengajian-pengajian yang dilakukan oleh para Kyai di sebuah daerah bisa dinikmati oleh umat Muslim di manapun berada. Pengajian-pengajian pasaran juga kini bisa disaksikan melalui saluran internet dari berbagai platform media sosial.

Baca juga:  Catatan Penting Satu Abad NU: Sang Pendobrak Kejumudan Fikih Politik

Kecanggihan teknologi yang dibarengi dengan keterbukaan para pemangku pesantren untuk dapat menggunakan serta memanfaatkannya dapat memudahkan pengembangan dan penyebarluasan ilmu. Dalam konteks bulan Ramadan ini, pengajian-pengajian Pasaran tidak hanya menjadi milik para santri yang datang ke pesantren langsung, melainkan juga bagi siapa pun yang ingin mengikutinya. Mungkin, dan semoga, dengan mengikuti pengajian baik secara langsung maupun tidak langsung, menjadi salah satu wasilah bagi kita semua untuk dapat merengkuh keberkahan di bulan mulia ini. Aamiin.

Katalog Buku Alif.ID

https://alif.id/read/wag/ramadan-di-pesantren-b247322p/