Pentingnya Menjaga Lisan dan Penampilan

LADUNI.ID, Jakarta – Bagi yang menekuni filsafat Jawa tentu akrab dengan falsafah: “Ajining Diri Saka Lathi, Ajining Saliro Saka Busana”, Sebuah filsafat moral yang penting, yang selama ini menjadi pegangan para bijak bestari juga para pemimpin.

Ajining diri saka lathi, bermakna Kehormatan diri (akhlak) seseorang bisa diketahui dari cara ia berkomunikasi serta cara ia bersikap dan berprilaku.  Orang yang berakhlaq mulia (berilmu), dalam berkomunikasi ia akan menggunakan bahasa yang santun dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Sedangkan orang yang berakhlaq rendah biasanya bicaranya kasar, suka bergunjing, dan menyakiti perasaan orang lain.
Ajining saliro saka busana, mengandung arti Kehormatan fisikal (sosial) seseorang bisa dilihat dari cara ia berpakaian. Semakin tinggi kelas sosial seseorang biasanya ia berpakaian yang lebih baik.

Pakaian seseorang bukan dinilai dari mewah tidaknya, atau mahal murahnya, tetapi dari kebersihan, kerapihan, kesopanan, dan kepantasan. Apabila seseorang mengenakan pakaian yang mewah dengan harga mahal, tetapi apabila tidak baik dipandang dari etika kesopanan, maka disitulah orang akan mengaitkan dengan nilai etika moral.

Antara lisan (ucapan) dan penampilan raga atau saliro yang ditunjukan dengan pakaian (busana) menjadi dua hal yang sangat penting, saling melengkapi. Walau dengan kemajuan zaman seperti sekarang ini, urusan pakaian perlu kita terjemahkan ulang sesuai dengan konteksnya, dari sisi kepantasannya.

“Jangan hanya pandai dalam menjaga penampilan, pandailah juga dalam menjaga akhlak dan lisan.”

Rasulullah SAW Bersabda :                                 

سلامة الإنسان في حفظ اللسان

Penting untuk menjaga lisan. Sebab lisan diibaratkan pisau yang apabila salah menggunakannya akan melukai banyak orang. ( HR. Imam Bukhari )

Apalagi di zaman modern saat ini, ketajaman lisan kadang juga mewujud dalam aktivitas di media sosial melalui status-status yang ditulis. Sudah semestinya, sebagai umat Islam membuat status di media sosial yang tak menyinggung orang lain.

Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisaa'[4]: 114 :

لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَىٰهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَٰحٍۭ بَيْنَ ٱلنَّاسِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

 “Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kami akan memberinya pahala yang besar.” (QS. An-Nisaa'[4]: 114).

Rasulullah SAW bersabda:

عليك بطول الصمت فإنه مطردة الشيطان وعون لك علي أمردينك

“Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu.” (HR. Imam Ahmad).

Allah SWT juga memperingatkan bahwa terdapat malaikat yang mencatat setiap ucapan manusia, yang baik maupun yang buruk.
Allah SWT berfirman dalam QS. Qaaf 50:18

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ (١٨)

18. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS. Qaaf 50:18)

Hukuman untuk manusia yang tidak menjaga lisannya juga sudah dituliskan.
Dalam hadis  riwayat  Imam Muslim disebutkan:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat.” (HR. Imam Muslim no. 2988).

Rasulullah SAW bersabda:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ الْمُقَدَّمِيُّ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ عَلِيٍّ سَمِعَ أَبَا حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abu Bakr Al Muqaddami telah menceritakan kepada kami Umar bin Ali dia mendengar Abu Hazim dari Sahl bin Sa’d dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beliau bersabda: “Barangsiapa dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara jenggotnya (mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga.” (Yang dimaksud dengan apa yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut. Sedangkan apa yang ada di antara kedua kakinya adalah kemaluan.) ( HR. Imam Bukhari No: 5993 )

Penampilan fisik juga harus di dukung dengan tampilan perkataan kita dengan yang indah dan berisi. Karena keduanya adalah cerminan isi hati kita.

Ingatlah bahwa pakaian terbaik kita adalah Taqwa

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-A’raf 7:26

يَا بَنِيْٓ اٰدَمَ قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ سَوْاٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ (٢٦)

26. Hai anak Adam [530], sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa [531] itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. [530] Maksudnya ialah: umat manusia , [531] Maksudnya ialah: selalu bertakwa kepada Allah. (QS.Al-A’raf 7:26)

Akhlak yang baik disertai ilmu agama yang baik akan memandu seseorang untuk berkata baik, berbuat baik dan berpenampilan baik sesuai tuntunan agama. Mari kita lengkapi tata lisan dan tata busana kita dengan pengamalan agama kita sebaik-baiknya Siapapun anda jangan remehkan lisan dan jangan terlalu cuek dengan pakaian.

Bisa jadi bukan karena ilmu yang kita miliki, Bukan karena kekayaan yang kita punyai dan Bukan dari keturunan kita berasal Tapi justru kesuksesan kita akan ditentukan oleh sejauhmana kita bisa menjaga lisan dan ucapan kita ditambah penampilan baik yang kita kenakan.

Seorang bijak mengatakan busana atau ageman yang terbaik adalah agama. “Agama agemaning diri”, agama itu merupakan pakaian untuk diri kita. Pengetahuan, nilai-nilai yang di anut dan keyakinan agama akan memandu seseorang untuk berkata baik dan berbuat baik.

Semoga kita terlindungi dari perkataan yang buruk dari lisan kita dan kita termasuk bagian dari yang bisa membawa diri dalam cara kita berbusana. Wallahu ‘alam bi Al-shawab.

Sumber : HR. Imam Bukhari No: 5993

___________

Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada Minggu, 20 Januari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan.

Editor : Sandipo

Kamis Kliwon, 04 Mei 2023
Kamis  : 8
Kliwon : 8

https://www.laduni.id/post/read/52142/pentingnya-menjaga-lisan-dan-penampilan.html