Biografi KH. Ja’far Shodiq Aqil Siroj

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Nasab
1.4  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-guru

3.    Kisah Teladan
3.1  Teguh dalam Pendirian
3.2  Memiliki semangat yang tinggi
3.3  Istiqomah dalam Ibadah

4.    Pengabdian
4.1  Mengasuh Pesantren

5.    Referensi

 

1.  Riwayat Hidup

1.1 Lahir
KH. Ja’far Shodiq Aqil Siroj, akrab dipanggil Buya Ja’far oleh para santrinya lahir di komplek Pondok Pesantren Kempek Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon pada tanggal 1 Juni 1951, beliau merupakan anak sulung dari 5 bersaudara pasangan KH. Aqil Siroj (Pondok Pesantren Gedongan, Cirebon) dengan Ny. Hj. Afifah Harun, putri pendiri Pondok Pesantren Kempek, KH. Harun Abdul Jalil.
Di antara saudara-saudara beliau adalah

  1. KH. Said Aqil Siroj (Ketua Umum PBNU Masa Khidmah 2010-2021),
  2. KH. Muhammad Mushtofa Aqil Siroj,
  3. KH. Ahsin Syifa Aqil Siroj
  4. KH. Niamillh Aqil Siroj.

1.2 Riwayat Keluarga
KH. Ja’far Shodiq Aqil Siroj menyempurnakan separuh agamanya dengan menikahi Ibu Ny. Hj. Daimah binti KH. Nashir Abu Bakar yang merupakan sepupu beliau dari jalur ibu, dari pernikahan ini beliau dikaruniai putra dan putra yang kelak menjadi penerusnya, yakni:

  1. Ny. Hj. Tho’atillah Ja’far (KH. Ahmad Zaeni Dahlan, Lc., M.Phil., M.Si.)
  2. Izzat Muhammad
  3. Abir Azra Larasati
  4. KH. Muhammad bin Ja’far (Ny. Najhah Barnamij binti KH. Bisyri Imam Gedongan)
  5. Ummu Aiman Ja’far
  6. KH. Ahmad Nahdli bin Ja’far (Ny. Upi Diana Sari, Kaliwungu)
  7. Aqilah Ja’far (Ust. Ashif Shofiyullah, M.Hum)
  8. Hamid bin Ja’far

1.3 Nasab
Berdasarkan silsilah nasab KH. Ja’far Shodiq Aqil Siroj, beliau masih merupakan dzurriyah Rasullullah yang ke-32 dengan urutan nasabnya sebagai berikut:

  1. Nabi Muhammad SAW
  2. Fatimah Az-Zahra
  3. Al-Imam Sayyidina Hussain
  4. Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin bin
  5. Sayyidina Muhammad Al Baqir bin
  6. Sayyidina Ja’far As-Sodiq bin
  7. Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin
  8. Sayyid Muhammad An-Naqib bin
  9. Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi bin
  10. Ahmad al-Muhajir bin
  11. Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah bin
  12. Sayyid Alawi Awwal bin
  13. Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin
  14. Sayyid Alawi Ats-Tsani bin
  15. Sayyid Ali Kholi’ Qosim bin
  16. Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
  17. Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
  18. Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad, India) bin
  19. Sayyid Abdullah Al-’Azhomatul Khan bin
  20. Sayyid Ahmad Shah Jalal (Ahmad Jalaludin Al-Khan) bin
  21. Sayyid Syaikh Jumadil Qubro (Jamaluddin Akbar Al-Khan Al Husein) bin
  22. Sayyid ‘Ali Nuruddin Al-Khan (‘Ali Nurul ‘Alam)
  23. Sayyid ‘Umdatuddin Abdullah Al-Khan bin
  24. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
  25. Pangeran Pasarean (Pangeran Muhammad Tajul Arifin)
  26. Pangeran Dipati Anom (Pangeran Suwarga atau Pangeran Dalem Arya Cirebon)
  27. Pangeran Wirasutajaya (Adik Kadung Panembahan Ratu)
  28. Pangeran Sutajaya Sedo Ing Demung
  29. Pangeran Nata Manggala
  30. Pangeran Dalem Anom  (Pangeran Sutajaya ingkang Sedo ing Tambak)
  31. Pangeran Kebon Agung (Pangeran Sutajaya V)
  32. Pangeran Senopati (Pangeran Bagus)
  33. Pangeran Punjul (Raden Bagus atau Pangeran Penghulu Kasepuhan)
  34. Raden Ali
  35. Raden Muriddin
  36. KH. Raden Nuruddin
  37. KH. Murtasim (Kakak dari KH Muta’ad leluhur pesantren Benda Kerep dan Buntet)
  38. KH. Said (Pendiri Pesantren Gedongan)
  39. KH. Siradj
  40. KH. Aqil
  41. KH. Ja’far Shodiq

1.4 Wafat
KH. Ja’far Shodiq Aqil Siroj kembali keharibaanAllah SWT pada hari Selasa tanggal 1 April 2014 atau bertepatan dengan tanggal 1 Jumadil Akhir 1435 H pukul: 18.00 WIB, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta karena sakit.

2.  Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
KH. Ja’far Shodiq Aqil Siroj mengawali pendidikannya dengan mengaji di Pondok Pesantren Kempek sampai mengkhatamkan Al-Qur’an kepada paman beliau, KH. Umar Sholeh dan Alfiyah Ibn Malik dibawah bimbingan ayahanda beliau langsung yakni, KH. Aqil Siroj, kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di beberapa pesantren seperti:

  1. Pondok Pesantren Lirboyo (3 Tahun)
  2. Pondok Pesantren Sarang (1 Tahun)
  3. Pondok Pesantren Tanggir (3 Tahun)
  4. Ngaji Pasaran (Ngalap Berkah di Ponpes Mranggen, Salatiga, Kaliwungu dan ponpes lain di Jawa Timur)

2.2 Guru-guru

  1. KH. Aqil Siroj (Kempek)
  2. KH. Umar Sholeh (Kempek)
  3. KH. Mahrus Ali (Lirboyo)
  4. KH. Marzuki Dahlan (Lirboyo)

3.  Kisah Teladan

3.1 Teguh dalam pendirian
Setelah ayahanda, Kyai Haji Aqiel Siroj berpulang ke Rahmatullah, kepemimpinan pesantren diambil alih olehnya, sebagai anak yang pertama beliau memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengasuh Pondok Pesantren KHAS (dulu MTM) dan terlebih lagi keluarga.

Hal ini sesuai dengan dawuh adiknya, yakni Romo Kyai Haji Musthofa Aqiel:
الولد الاكبر فى منزلة الا
Putra sulung itu kedudukannya seperti Bapak
Dalam menjalani amanat tersebut, Buya Ja’far adalah sosok yang tegas dalam memilih. Ia tidak berbelit-belit dan bila sudah berkata A beliau akan tetap dalam keteguhanya mengatakan A.

3.2 Memiliki semangat yang tinggi
Buya Ja’far juga dikenal sebagai sosok yang memiliki semangat yang tinggi dalam hidup dan seorang pekerja keras. Beliau pernah berpesan pada santrinya agar terus bekerja keras untuk mengejar cita-citanya. “Jangan berharap sukses jika tidak mau capek dan lelah,” pesan Buya Ja’far pada santri-santrinya.

Semangat ini juga lah yang membawa pesantren KHAS Kempek di tangan beliau mengalami kemajuan pesat, hingga menghasilkan banyak perkembangan. Di antara perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:

Pada tahun 1996, ponpes KHAS Kempek yang waktu itu masih bernama Majelis Tarbiyatul Mubtadiien membuka sekolah MTs Terbuka untuk mengikuti tuntutan perkembangan zaman, yakni wajib belajar formal 9 tahun kala itu. Dan pada tahun 2002, sekolah terbuka tersebut resmi menjadi MTs KHAS Kempek. Setelah itu, dibangun pula MA KHAS Kempek pada tahun 2003 dan SMP KHAS Kempek pada tahun 2009.

Pada awalnya, pesantren Kempek didirikan khusus untuk para santri yang fokus mengkaji kitab kuning. Akan tetapi kalau zaman sekarang pondok pesantren masih seperti itu, maka kemungkinan besar minat santri untuk belajar di Kempek akan semakin berkurang karena disamping santri yang notabanenya adalah mengkaji kitab kuning juga harus mengikuti perkembangan tersebut.
Maka dari inisiatif itulah, Abuya Ja’far mereformasi untuk kegemilangan pesantren Kempek dengan menambahkan kurikulum wajib belajar formal.

3.3 Jujur
Dawuh beliau yang populer adalah “Santri aja bulit, aja menang dewek”. Santri jangan curang, jangan menang sendiri.
Teladan ini jarang dimiliki oleh orang lain. Sampai orang terdekatnya pun mengakui bahwa beliau adalah sosok yang sangat jujur. Saking jujurnya beliau tak pernah sembarangan dalam mengatur keuangan.

Uang pondok yang dipegang oleh beliau sangat rapih dan tertib tak pernah disatukan dengan uang milik pribadinya, agar lebih berhati hati dalam menggunakan hak milik sendiri.

KH. Muh. Musthofa Aqiel pernah menyebutkan hadis Nabi yang berbunyi:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَاِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ اِلَى الْبِرِّ اِنَّ الْبِرِّيَهْدِيْ اِلَى الْجَنَّةِ (رواه البخارى ومسلم)
Artinya: “Hendaknya kamu selalu jujur karena kejujuran itu akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu akan membawa ke dalam surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan oleh karena itu, Kang Muh yakin Bahwa Buya Ja’far adalah dari penduduk surga.

3.4 Istiqamah dalam ibadah
“Isun bli bisa niru istiqomahe buya Ja’far,” Begitulah pernyataan dari KH. Muh. Musthofa Aqiel saat menggambarkan sosok Buya Ja’far yang sangat istikamah dalam beribadah, termasuk sholat tahajud. Waktu selalu beliau jadwal dan dilakukan dengan istikamah. Setiap jam 11 malam beliau istirahat dan jam 3 pagi bangun, lalu beliau sholat tahajjud dengan tak lupa mendoakan santri santrinya agar di-futuh-kan hatinya dan diberkahi hidupnya.

Setiap setelah shalat Shubuh berjama’ah, Buya Ja’far juga sangat istikamah membaca 1000 kali shalawat kepada Nabi Muhammad bersama santri-santrinya. Hal ini merupakan salah satu keistikamahan beliau yang sangat terkenang di hati para santrinya. Terlebih Buya Ja’far pernah dawuh: ”Dengan rajin bersholawat, yang kita usahakan dan cita-citakan, insyaallah akan tercapai.”   

4.  Pengabdian

4.1 Mengasuh Pesantren
Setelah ayahanda beliau wafat, KH. Ja’far Shodiq Aqil Siroj diberi amanah untuk melanjutkan estafet kepemimpinan pesantren yang pada saat itu masih bernama Majlis Tarbiyatul Mubtadiin (MTM) yang  masih merupakan satu kesatuan dengan Pondok Pesantren Kempek.

Di mana seiring berjalannya waktu kemudian menjadi Pondok Pesantren KHAS Kempek, Dan untuk menaungi MTM ini, beliau bersama adik-adiknya yakni Prof. DR. KH. Said Aqil Siroj, MA (Ketua Umum PBNU Th. 2010-2021), KH. Moh. Musthofa Aqil Siroj, Al-Maghfurlah KH. Ahsin Syifa Aqil Siroj dan KH. Ni’amillah Aqil Siroj, kemudian pada tahun 1995 mendirikan Yayasan Kyai Haji Siroj (KHAS) Kempek.
Dan dalam perkembangan selanjutnya (sekarang) Yayasan tersebut memiliki beberapa unit pendidikan yakni:

  1. Madrasah Tahdzibul Mutsaqofien (MTM) Putra dan Putri
  2. Madrasah Tsanawiyah (MTsS KHAS Kempek, tahun 2002)
  3. Madrasah Aliyah (MAS KHAS Kempek, tahun 2003)
  4. Sekolah Menengah Pertama (SMP S KHAS Kempek, tahun 2009)
  5. Majlis Dirosah Ilmiah (Al-Ghadier, tahun 2009)
  6. Sekolah Menengak Kejuruan (SMK KHAS Kempek)
  7. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES KHAS Kempek)
  8. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI KHAS Kempek)

Di samping kesibukan KH. Ja’far Shodiq dalam mengasuh dan mengembangkan pesantrennya, beliau juga turut aktif dalam organisasi-organisasi keagamaan, sosial maupun politik, hal ini salah satunya dibuktikan dengan kesuksesan beliau dalam menyelenggarakan dan menjadi tuan rumah MUNAS Alim Ulama dan KONBES NU pada tahun 2012 dan beberapa jabatan yang diamanahkan kepada beliau hingga ahir hayatnya, diantaranya:

  1. Pengasuh Majlis Tarbiyatul Mubtadiin (Pon. Pes. KHAS Kempek)
  2. Ketua Yayasan KHAS
  3. Ketua MUI kabupaten Cirebon
  4. Wakil Rais Syuriah Jawa Barat

5.  Referensi

  1. https://khaskempek.com/
  2. https://www.nu.or.id/

https://www.laduni.id/post/read/517305/biografi-kh-jafar-shodiq-aqil-siroj.html