LADUNI.ID, Jakarta – Wirid dan Dzikir adalah bacaan yang dibacakan setelah salat fardhu. Namun dalam hal ini Dzikir bacaan yang dibaca untuk mengingat Allah SWT.
Selain mengingat Allah SWT, amalan wirid ini berfungsi untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT dengan cara wirid.
Dalam Pengelompokan jenis-jenis wirid ini didasarkan pada contoh-contoh perbuatan yang disebutkan oleh Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitabnya
yaitu Risalatul Mu’awanah yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Wirid salat sunah.
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad menyebutkan salat-salat sunah yang dapat dijadikan wirid sehari-harinya adalah salat sunah rawatib atau
(salat sunah sebelum dan sesudah salat wajib 5 waktu), witir, dhuha, dan tahajud.
2. Wirid membaca Al-Qur’an.
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad menyatakan bahwa kita harus membaca Al-Qur’an minimal 1 juz dalam 1 hari sehingga kita dapat menyelesaikan 30 juz
dalam sebulan atau membaca surat-surat tertentu pada waktu tertentu seperti surat As-Sajadah, surat Al-Mulk, surat Al-Waqi’ah, surat Al-Kahfi, surat Al-Baqarah ayat 285-286,
surat Al-Ikhlas , Al-Falaq dan An-Nas dan lain-lain.
3. Wirid berupa mempelajari ilmu yang bermanfaat.
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad menjelaskan bahwa dengan ilmu yang bermanfaat ini adalah ilmu yang menambah pengetahuan kita tentang Allah SWT,
hal-hal yang diperintah-Nya, hal-hal yang Allah larang, dan ilmu yang dapat memotivasi kita untuk mendorong dalam kebahagiannya nanti.
Dalam hal ini yang dimaksud ilmu yang bermanfaat adalah ilmu aqidah, ilmu syariah dan ilmu akhlak. Ilmu-ilmu ini harus dipelajari setiap harinya sebagai wirid.
4. Wirid berupa membaca kitab-kitab tafsir, hadis dan tasawuf.
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad memotivasi kita untuk mempelajari dalam hal membaca kitab-kitab tafsir, hadis, dan tasawuf.
Merujuk pada kitab tasawuf, beliau mengingatkan agar tidak membaca kitab-kitab atau risalah ditulis oleh tokoh sufi tertentu seperti Syaikh Muhammad bin Arab atau
bisa dikenal dengan nama lain adalah Ibnu Arab karena yang isinya samar dan tidak diketahui sifat ilmunya. (Seperti konsep wahdatul wujud: pen.)
Karena takut memberikan kesan yang tidak benar kepada pembacanya
5. Wirid Dzikir.
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad memberikan contoh wirid berupa Dzikir. Untuk hal ini, Dzikir dikaitkan dengan waktu angka tertentu,
yang dilakukan dengan hati dan lisan secara bersama-sama misalnya taqdis (penyucian allah dengan ucapan subhanal malikil quddus)
dan tauhid (keesaan Allah) juga tahlil dengan ucapan (La ilaha illallah).
Wirid ini rutin dilakukan dengan duduk dalam keadaan suci dan bersih dari hadas besar dan kecil, di tempat sunyi menghadap kiblat,
seluruh anggota badan hening, kepala tertunduk dan mengingat Allah dengan hati yang khusyuk.
6. Wirid dDzikir, do’a dan shalawat setelah shalat.
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad memberitahu kita untuk membaca dzikir dan do’a setelah salat.
Karena Dzikir dan do’a sesudah salat itu hal yang paling dianjurkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah sebagai berikut:
اللّهُـمَّ أَعِـنِّي عَلـى ذِكْـرِكَ وَشُكْـرِك ، وَحُسْـنِ عِبـادَتِـك
Artinya: “Ya Allah, bantulah aku dalam berDzikir dan bersyukur kepada-Mu serta membaikkan ibadah kepada-Mu.”
Kemudian ucapkan subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali dan Allahu Akbar 33 kali. Lalu kemudian ditutup dengan bacaan:
لا إلهَ إلاَّ اللَّه وحْدهُ لاَ شَرِيكَ لهُ، لَهُ المُلْكُ، ولَهُ الحمْدُ، وَهُو عَلَى كُلِّ شَيءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Tidak ada Tuhan kecuali Allah yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, kepunyaan-Nya segala kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dia berkuasa atas segala sesuatu.”
Selain itu, bahkan setelah berdo’a pun juga baik untuk wirid kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
7. Wirid berupa tafakur.
Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad juga memberitahu kita untuk mengenal wirid dalam bentuk tafakur (merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah)
selama 1 jam atau lebih pada siang dan malam hari. namun, waktu terbaiknya yaitu tengah malam.
Selanjutnya Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad menguraikan macam-macam tafakur, yaitu:
1.Tafakur tentang luasnya ilmu Allah;
2.Tafakur tentang kelalaian diri;
3.Tafakur tentang kefanaan kehidupan duniawi;
4.Tafakur tentang kematian;
5.Tafakur tentang akhlak, amalan dan hukuman.
Namun Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad memperingatkan umat Islam agar tidak bertafakur tentang sifat Allah SWT karena dapat jatuh ke dalam jurang keraguan dan ilusi.
Sumber : Kitab Risalatul Mu’awanah, Karya Al- Arif billah Al-Imam Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad
___________
Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada Rabu, 16 Januari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan.
Editor : Sandipo
Sabtu Wage, 13 Mei 2023
Sabtu : 9
Wage : 4