LADUNI.ID, Jakarta – Habib Husein bin Abdullah bin Abu Bakar Al-Aydrus atau yang akrab dikenal oleh penduduk Jakarta sebagai Habib Husein Luar Batang, adalah ulama besar dan merupakan wali yang keberkahannya tak pernah lekang oleh waktu.
Habib Husein merantau dari Hadramaut, Yaman, saat masih berusia remaja, ke berbegai tempat. Tepatnya, setelah gurunya –Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad– wafat dalam usia 98 tahun (1132 H/1720 M). Perantauan dimulai atas izin Ibundanya. Habib Husein berangkat merantau semata-mata untuk menyampaikan syiar Islam.
Habib Husein luar Batang masyhur dikenal memiliki sejumlah karomah, yakni kejadian luar biasa yang merupakan anugerah dari Allah SWT kepada para hamba-Nya yang sholeh. Berikut ini di antara karomah beliau yang cukup popular.
***
Ketika Habib Husein melakukan hijrah dari Yaman ke Jakarta, beliau singgah terlebih dahulu di India. Pada saat itu, kota Gujarat yang ditempatinya tengah dilanda kekeringan dan wabah kolera. Daerah tersebut seperti kota mati.
Tapi, Habib Husein dengan tulus membantu mengentaskan permasalahan wabah tersebut. Dengan karomah yang diberikan oleh Allah SWT, beliau berhasil membantu memulihkan masyarakat Gujarat dari kekeringan dan wabah yang melanda. Daerah yang ditempatinya menjadi subur.
Sebelumnya, Habib Husein memberikan satu syarat bagi penghuni wilayah tersebut, yakni harus mengucapkan dua Kalimat Syahadad. Syarat ini disetujui oleh penduduk setempat. Merekapun menepati janji untuk bersyahadad dan masuk Islam. Kemudian, Habib Husein meminta mereka untuk membuat kolam atau sumur. Setelah sumurnya digali cukup dalam, beliau mengajak mereka untuk menengadahkan tangan seraya berdoa. Seketika itulah hujan deras memenuhi sumur. Dan sejak itulah Gujarat yang dulu tanahnya kering seperti kota mati menjadi daerah yang tanahnya subur.
***
Ketika Habib Husein beranjak menuju Indonesia, tempat yang tercatat pertama yang dikunjunginya adalah Aceh, kemudian Banten, Jawa Timur, dan Cirebon. Namun, beliau akhirnya memilih untuk tinggal di Sunda Kelapa, nama Jakarta kala itu. Habib Husein bermukim di Kampung Baru yang sekarang dikenal dengan nama Luar Batang.
Lama perjalanan beliau dari Hadramaut ke Sunda Kelapa sekitar 16 tahun. Setelah sebelumnya sempat tinggal juga di India. Dalam catatan sejarah, Habib Husein bin Abdullah bin Abubakar Al-Aydrus tiba di daerah Luar Batang diperkirakan tahun 1736 M.
Pada saat itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang bernama Gustaf Willem Baron Van Imhof (1743-1750 M.) menghadiahkan tanah seluas 16,5 hektare yang sebenarnya sudah menjadi perkampungan. Tanah hibah itu diterima oleh Habib Husein, namun kemudian tanah ini pun dihibahkan kembali kepada masyarakat, murid dan jamaah yang menempatinya.
Konon sebelum Habib Husein datang ke kampung ini sudah ada pemakaman dan langgar. Atas inisiatif beliau, pada pertengahan abad ke- 17 langgar yang sudah ada itu dikembangkan menjadi masjid. Dan menurut cerita turun temurun, masjid itu dinamakan An-Nur.
Dalam catatan sejarah, dikisahkan juga bahwa Habib Husein pernah dipenjara oleh penguasa VOC. Beliau ditempatkan di dalam kamar yang sempit dan terpisah dari pengikutnya. Meski dalam keadaan demikian, justru saat itu ada kejadian suatu hal yang tak terduga, yakni para polisi penjara melihat Habib Husein menjadi imam bagi para pengikutnya dan memimpin sholat para pengikutnya yang dikurung di tempat lain. Padahal, pada saat yang sama, anehnya sebagian polisi penjara tersebut, justru melihat beliau tengah menikmati tidurnya yang nyenyak di kamar penjara dalam keadaan terkunci rapat.
***
Tentang Uang
Gubernur Betawi, yang pada saat itu daerah ini masih bernama Batavia, memberikan hadiah berupa sekarung uang kepada Habib Husein Luar Batang, untuk membalas jasanya. Namun yang dilakukan oleh Habib Husein Luar Batang malah membuang hadiah dari Gubernur Batavia tersebut ke laut.
Informasi tentang hal ini membuat Gubernur Batavia penasaran kepada sosok Habib Husein Luar Batang. Apa pasal hadiah yang diberikannya kepada Habib Husein justru dibuang ke laut. Akhirnya, Gubernur mengutus penyelam untuk mencari sekarung uang tersebut.
Sebelumnya Gubernur Batavia telah diberi tahu juga, bahwa uang yang dibuang dilaut itu untuk dikirimkan ke pada Ibunda Habib Husein Luar Batang. Karena tak percaya tentang informasi ini, Gubernur Batavia mengutus ajudannya ke Yaman untuk mencari fakta tersebut. Dan ternyata apa yang dikatakan oleh Habib Husein Luar Batang benar adanya. Utusan yang telah sampai di Yaman dan bertemu dengan Ibunda Habib Husein Luar Batang mendapatkan cerita langsung bahwa Ibundanya benar-benar menerima uang yang dibuang di laut pada hari dan tanggal yang sama.
***
Ada satu cerita menarik lain lagi yang kiranya perlu disertakan dalam tulisan ini. Suatu hari, ada seorang warga Tionghoa bernama Ne Bok Seng yang menjadi buronan Kompeni Belanda, masuk ke wilayah Luar Batang. Seng lalu bersembunyi di Kampung Baru yang sekarang lebih dikenal dengan Luar Batang. Ne Bok Seng pun tertarik pada sikap, sopan santun dan tutur kata Habib Husein yang lembut. Setelah sekian lama menetap, warga Tiongkok itu pun memeluk agama Islam. Apa sebab yang membuatnya terpukau dan tertarik pada Islam, tidak lain adalah sebab pancaran teladan yang tampak jelas dari Habib Husein Luar Batang sebagai representasi Islam yang sesungguhnya.
Ne Bok Seng kemudian berganti nama menjadi Abdul Qodir dan menjadi murid sekaligus menjadi sahabat setia Habib Husein hingga akhir hayatnya. Setelah wafat, Abdul Qodir dimakamkan bersebelahan dengan makam Habib Husein bin Abdullah bin Abubakar Al-Aydrus yang wafat pada 24 Juni 1756 M., atau bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan 1169 H.
***
Konon nama Kampung Baru berubah setelah Habib Husein wafat. Saat jasad Habib Husein akan dimakamkan di Tanah Abang, berkali-kali jenazah beliau selalu tidak ada dalam keranda (kurung batang). Tetapi tetap berada di dalam ruang kamar beliau. Sehingga akhirnya jenazah Habib Husein pun diputuskan untuk dimakamkan di dalam kamarnya yang kini menjadi area ziarah dan wisata rohani, yang belakangan dikenal dengan Makam Kramat Luar Batang.
Dalam rangka mengenang teladan Habib Husein Luar Batang, ribuan masyarakat muslim dari berbagai daerah berdatangan di pelataran makam beliu untuk memperingati haulnya. Adapun haul ke-475, puncaknya akan digelar pada 15 Mei 2023, Minggu pagi, di komplek Masjid An Nur, Kramat Luar Batang, Penjaringan Jakarta Utara. []
Sumber: Kantor Media dan Pemberitaan Makam Kramat Luar Batang
___________
Editor: Abd. Hakim Abidin