Daftar Isi
Laduni.ID, Jakarta – Syech Abdurrahman Shiddiq atau lebih dikenal dengan sebutan “Tuan Guru Sapat” adalah salah seorang ulama kharismatik dari Kerajaan Indragiri. Tuan Guru Sapat berasal dari daerah Banjar (Kalimantan) dan masih keturunan dengan ulama terkenal Banjar, Syech Muhammad Arsyad Al-Banjari (1710-1812).
Semasa hidupnya, Tuan Guru Sapat memerankan dirinya sebagai seorang ulama yang menjadi ikon penting dalam proses penyebaran dan penyelenggaraan pendidikan Islam, khususnya di daerah Indragiri Hilir. Tuan Guru Sapat adalah seorang ulama yang menggabungkan beberapa kemampuan sekaligus, mulai dari seorang pendakwah, pengajar, mufti, penulis, sampai sebagai seorang petani kebun yang berhasil.
Profil
Abdurrahman Shiddiq dilahirkan oleh Safura binti Syekh Muhammad Arsad pada tahun 1875 di Kampung Kecil (Dalam Pagar) Martapura, Kalimantan Selatan. Beliau dilahirkan pada masa pemerintahan Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman Yang memerintah di Kerajaan Banjar sejak tahun 1825-1857 M.
Guru-guru beliau:
- Siti Saidah
- Masri (seorang santri yang menuntut ilmu agama di Dalam Pagar Martapura).
- Tuan Guru Muhammad Said Wali
- Tuan Guru Muhammad Khatib
- Tuan Guru Abdurrahman Muda.
- Syeikh Bakri Syaththa (pengarang kitab I’anatut Thalibin)
- Syeikh Ahmad Dimyati
- Syeikh Ahmad Bafadhil
- Syeikh Ahmad bin Zaini Dahlan (Mufti Syafi’iyah)
- Syeikh Sayyid Bahasyil
- Syeikh Nawawi bin Umar Al-Bantani
- Syeikh Umar Sambas.
Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi Syech Abdurrahman Shiddiq
Lokasi Makam
Beliau wafat pada hari Senin tanggal 10 Maret 1939 M dalam usia lebih kurang 82 tahun. Jenazah beliau dimakamkan di Dusun Hidayat, Desa Teluk Dalam, Kecamatan Kuindra, Kabupaten Indragiri Hilir Riau. Makam beliau banyak diziarahi kaum muslimin, baik dari daerah Indragiri khususnya maupun dari daerah-daerah lain pada umumnya.
Haul
Haul Tuan Guru Sapat ini dilaksanakan setia tanggal 4 Sa’ban di setiap tahunnya, haul beliau diadakan di Komplek Pemakaman Dusun Hidayat, Desa Teluk Dalam, Kecamatan Kuindra, Kabupaten Indragiri Hilir Riau.
Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani
1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua
Fadilah
Makam Syech Abdurrahman Siddiq banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar propinsi yang berziarah di makam beliau yang berada di Komplek pemakaman Dusun Hidayat.
Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam Syech Abdurrahman Siddiq Wahab, dimudahkan dalam mencari rezeki, dimudahkan dalam hajatnya, dinaikkan dalam derajatnya, dan dimudahkan dalam mendapatkan keturunan anak sholeh dan sholehah.
Peninggalan
Karya-karya beliau:
- Syair Ibarat Khabar Kiamat, diterbitkan oleh Mathba’ah Ahmadiah Press, Singapura tahun 1915.
- Fath al-‘Alim fit Tarhib bi at-Ta’lim, tahun 1929.
- Risalah Amal Ma’rifat, diterbitkan oleh Mathba’ah Ahmadiah Press Singapura, tahun 1338.
- Asrar al-Shalat min ‘Iddat al-Kulub al-Mu’tabarat, diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiah Press Singapura tahun 1931.
- Risalah fi”Aqaid al-Iman. Diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadian Press Singapura tahun 1936.
- Kitab Al-Fara`idh, diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiah press, tahun 1919.
- Majmu’ al-Ayat wa al-Ahadits fi Fahmi al-ikhwan, diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiah Press Singapura, tahun 1927.
- Tazkirah li Nafsi wa li Amtsali, diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiah press Singapura, tahun 1936.
- Mawidzah li Nafsi wa li Amtsali min Al-Ikhwan, diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiah Singapura, tahun 1936.
- Risalah Syajarah al-Arsyadiyah wa ma Ulhiqa Biha, diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiyah Singapura, tahun1937.
- Risalah Takmilat Qawl al-Mukhtasar, diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiah Press Singapura, tahun 1937.
- Sejarah Perkembangan Islam di Kerajaan Banjar.
- Kumpulan Khutbah, diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiyah Press Singapura, tahun 1938.
Oleh-oleh
Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Jambi di antaranya:
Sop Tunjang,Lope Bugi, Kue Asidah, Kue Bawang Khas Rengat, Bolu Berendam, Dodol Kedondong