Manusia Terbaik adalah

Laduni.ID, Jakarta – Umur manusia bukan dilihat dari panjangnya umur, tetapi umurnya manusia dilihat dari seberapa yang ia gunakan hidup bersama Allah. Itulah umur manusia yang sebenarnya. Banyak orang berumur panjang namun manfaatnya kurang. Banyak orang berumur singkat namun padat manfaat, sejalan dengan pesan suci Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam sebuah hadits, bahwa pada suatu saat ada seorang badui bertanya, “Ya Rasulallah siapakah manusia terbaik itu? mendengar yang demikian, Baginda Nabi SAW menjawab. Manusia terbaik adalah yang panjang umurnya dan bagus amalnya”.

Pada hadis ini makna panjang umur, bukan ditentukan berapa lama kita hidup di dunia ini, tapi sangat ditentukan seberapa banyak prestasi dan amal saleh yang kita kerjakan. Seperti kata pepatah yang sering kita dengar, “Gajah mati meninggalkan gading, macan mati meninggalkan belang.” Sehingga semoga kita mati meninggalkan nama baik, prestasi dan prasasti yang baik pula.

Kita sekarang sedang dihadapkan krisis keteladanan mencari figur yang layak dicontoh. Laksana mencari sebutir berlian di tengah-tengah samudra yang sangat luas. Hari ini kita terlalu banyak mauidatul hasanah tapi minim uswatun hasanah atau keteladanan yang baik.

Kita melihat Imam Nawawi, beliau itu wafat dan dimakamkan di kota Nawa, 90 km sebelah selatan Kota Damaskus. Beliau umurnya hanya 45 tahun, tetapi beliau wafat meninggalkan nama baik, prestasi dan prasasti yang begitu gemilang. Beliau banyak meninggalkan karya-karya ilmiah yang sampai hari ini dinikmati oleh umat Islam seluruh dunia lebih-lebih umat Islam Indonesia khususnya kalangan pondok pesantren. Contohnya ada kitab Arbain Nawawi, ada Riyadus Shalihin, Kitab Al Adzkar, dan seterusnya yang jumlahnya banyak sekali.

Imam Nawawi bisa seperti ini adalah karena keistiqomahan dalam iman, tauhid, amaliah kepada Allah SWT. Beliau juga terkenal sedikit makan, sedikit tidur, sedikit berbicara, lalu banyak berdzikir, banyak bermujahadah, banyak membaca shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW.

Jangan percaya ada orang alim, orang hebat jika tidak punya istiqamah. Apalagi kebanyakan makan, tidur. Jika ada seseorang bisa berjalan di tengah samudra jangan kau lihat bagaimana orang tersebut di dalam berjalannya di atas air tersebut. Tetapi lihatlah keistiqomahannya, bagaimana ia mengambil ajaran Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.


Sumber: Tulisan ini merupakan catatan yang diolah dan dikembangkan dari pengajian KH. Agoes Ali MAsyhuri (Gus Ali). Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya atas uraian dan narasi di dalam tulisan ini.

_______

Penulis: Athallah Hareldi

https://www.laduni.id/post/read/517419/manusia-terbaik-adalah.html