Laduni.ID, Jakarta – Habib Umar bin Hafidz adalah sosok Muballigh yang sangat kharismatik. Kedatangannya di Indonesia dinanti oleh jutaan umat Islam Indonesia. Kedekatan beliau dengan Indonesia bisa dibilang sangat istimewa. Ada cerita menarik di baliknya.
Sosok yang sangat masyhur dengan kealiman dan keindahan akhlaknya itu pertama kali berkunjung ke Indonesia pada tahun 1993 atas perintah dari gurunya yang sangat dihormati, yakni Habib Abdul Qadir As-Segaf, Jeddah.
Sebelumnya, dikisahkan bahwa Habib Anis Solo adalah orang di balik diperintahnya Habib Umar untuk datang berkunjung dan berdakwah di Indonesia. Habib Anis Solo pernah memohon kepada Habib Abdul Qadir As-Segaf agar ada salah satu dari muridnya yang diutus untuk datang ke Indonesia. Dan saat itulah, Habib Umar bin Hafidz dipanggil dan diperintahkan untuk berdakwah ke Indonesia.
Dalam kunjungan awal ke Indonesia, Habib Umar melakukan beberapa rihlah dakwah di berbagai daerah dan dalam perjalanan tersebut beliau memilih 30 orang yang kelak akan menjadi santri-santri pertamanya. Mereka semua telah terikat dalam janji Habib Umar yang akan dibawanya ke Hadramaut untuk menimba ilmu kepadanya. Semua ini tidak lepas dari niat baik Habib Anis agar hubungan para Saadah Bani Alawi di Yaman senantiasa terhubung dengan para Dzurriyyah Nabi yang ada di Indonesia. Di samping itu juga dilandasi oleh tekad yang kuat Habib Umar bin Hafidz.
Informasi yang tersebar di berbagai media, sebagaimana yang terkonfirmasi oleh sejumlah habaib, bahwa 30 orang yang menjadi santri pertama Habib Umar bin Hafidz dari Indonesia adalah berikut ini:
- Al-Habib Muhammad Al-Baiti (Sumenep) menantu dari Al-Habib Musthofa Ba’abud, Kediri
- Al-Habib Muhammad Haikal Khanamen (Jakarta)
- Al-Habib Soleh Al-Jufri (Solo)
- Al-Habib Mahdi bin Muhammad Al-Hiyed (Tegal)
- Ustadz Munthohhar Ridho (Pontianak)
- Ustadz Ahmad Idris (Palembang)
- Ustadz Hamzah (Bekasi)
- Ustadz Ridhwan Al-Amri (Puncak, Bogor)
- Ustadz Nurhadi (Pasuruan)
- Ustadz Mufti (Pasuruan)
- Ustadz Azmi At-Tamimi (Pontianak)
- Ustadz Ubaidillah (Jakarta)
- Ustadz Yahya Rosyad (Purwodadi)
- Ustadz Salim Nur (Malang)
- Ustadz Ibrahim At-Tamimi (Pontianak)
- Ustadz Junaidi (Pontianak)
- Al-Habib Shadiq Hasan Baharun (Sumenep)
- Al-Habib Quraisy Baharun (Bangil)
- Al-Habib Abdul Bari bin Smith (Manado)
- Al-Habib Ja’far Bagir Al-Attas (Jakarta)
- Al-Habib Hasan Al-Muhdhor (Samarinda)
- Al-Habib Hasan bin Ismail Al-Muhdhor (Purbalingga)
- Al-Habib Hadi Al-Aydrus (Pasuruan)
- Al-Habib Jindan bin Novel bin Jindan (Jakarta)
- Al-Habib Abdullah bin Hasan Al-Haddad (Tegal)
- Al-Habib Ali Zainal Abidin Al-Hamid (Jember)
- Al-Habib Haidar Al-Hinduan (Situbondo)
- Al-Habib Anis bin Husin Al-Attas (Pekalongan)
- Al-Habib Munzir bin Fuad Al-Musawwa (Jakarta)
- Al-Habib Sholeh bin Abdullah Al-Kaff (Jatibarang, Brebes)
Ketika 30 orang tersebut tiba di Tarim, mereka semua disambut di kediaman Guru Mulia Al-Habib Umar bin Hafidz dengan hangat. Perhatian Habib Umar kepada mereka tidak pernah teralihkan sama sekali. Mereka kemudian belajar dengan sungguh-sungguh kepada Habib Umar meski dalam keadaan yang sangat sederhana. Niat dan tekad telah bulat untuk menuntut ilmu di negeri seribu wali.
Berbagai rintangan dan tantangan dalam belajar telah dilalui dengan sabar. Kini, hampir sebagian dari mereka itu telah menjadi para ulama yang menjadi rujukan umat Islam Indonesia. Memang keberhasilan itu dicapai dengan pengorbanan dan perjuangan yang tidak mudah. Tapi atas berkah kegigihan dan doa Habib Umar bin Hafidz mereka semua berhasil menjadi para sosok mulia yang menyeru kebaikan, menyampaikan ilmu dan meneladani akhlak Baginda Nabi Muhammad SAW. []
Editor: Hakim