Taubatnya Ulama Wahabi

Laduni.ID, Jakarta – Suatu hari di Mekkah al-Mukarramah terjadi hujan yang sangat lebat, orang-orang yang beribadah disekitar Ka’bah berhamburan untuk ngalap berkah dari air hujan yang mengalir di pancuran Ka’bah.

Melihat hal ini, para Askar Masjidil Haram yang berfaham Wahabi melarang orang-orang tersebut untuk melakukan yang demikian, karena hal itu (-ngalap berkah-) adalah bid’ah & syirik.

Lalu orang-orang yang mendapat penghinaan tersebut melapor pada Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki (Ulama Besar Aswaja sekaligus pengajar di Mekkah yang merupakan pakar Ilmu Hadits & Al-Qur’an), yang pada saat itu sedang berkumpul bersama murid-muridnya di Halaqah (majelis)-nya di Masjidil Haram.

Mereka bertanya kepada Sayyid Alwi tentang amalan mereka mengambil berkah air hujan Ka’bah itu, dan Sayyid Alwi membolehkan hal tersebut.

Mereka pun kembali ngalap berkah dari air hujan pancuran Ka’bah berdasarkan fatwa Sayyid Alwi, tetapi para Askar terus melarang walaupun tidak diindahkan, sehingga para Askar pun mendatangi Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di (Ulama Besar Wahhabi yang dikenal dengan panggilan Syekh Ibnu Sa’di) yang mana halaqahnya berdekatan dengan halaqah Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki.

Para Askar mengadukan permasalahan mereka kepada Syekh Ibnu Sa’di tentang pendapat Sayyid Alwi yang membolehkan ngalap berkah air hujan dari pancuran Ka’bah.

Tak lama kemudian Syekh Ibnu Sa’di mendatangi Sayyid Alwi untuk bertabayyun, ia bertanya, “Apakah benar bahwa Anda wahai Sayyid membolehkan amalan mereka yang ngalap berkah air itu?”

Sayyid Alwi berkata, “benar, bahkan mereka mendapat dua berkah.”

Mendengar hal ini, Syekh Ibnu Sa’di terkejut lalu bertanya, “bagaimana anda bisa mengatakan hal itu?”

Sayyid Alwi menjawab, “karena Allah menyatakan didalam kitab-Nya Yang Mulia,”

وَ نَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا

Artinya: “Dan kami turunkan dari langit air yang mengandung berkah.” (QS. Qaf: 9)

اِنَّ اَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِى بِبَكَّةَ مُبَارَكًا

Artinya: “Sesungguhnya rumah ibadah yang pertama kali dibangun untuk manusia adalah (Baitullah) yang berada di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi.” (QS. Ali Imran: 96)

“Berdasarkan dua ayat ini, berarti mereka mendapatkan dua berkah yaitu berkah air hujan yang turun dari langit dan berkah dari Ka’bah Baitullah,” lanjut Sayyid Alwi.

Lalu Syekh Ibnu Sa’di terdiam dan berkata, “mengapa ayat-ayat ini dapat luput dari perhatian kami (kaum Wahhabi)? kalau begitu, terima kasih wahai Sayyid, dan saya minta diri (pamit).”

Sayyid Alwi berkata, “Wahai Syekh, para Askar itu tidak akan berhenti melarang mereka yang ngalap berkah sebelum anda memberi contoh kepada mereka (para Askar), maka hendaknyalah kamu mengambil air tersebut.”

Lalu Syekh Ibnu Sa’di pun menghampiri pancuran Ka’bah dan mengambil air hujan yang mengalir darinya, kemudian ia meminum dan mengusapkan air tersebut ke pakaiannya.

Melihat hal ini, para Askar langsung berhenti untuk melarang orang yang ngalap berkah air pancuran Ka’bah tersebut.

(Diriwayatkan oleh Syekh Abdul Fattah Rawwah yang merupakan saksi mata kejadian tersebut)

و بالله التوفيق و الهداية

Oleh: Nurullah

https://www.laduni.id/post/read/72272/taubatnya-ulama-wahabi.html