Serial Tokoh Wayang: Anggada

Laduni.ID – Jakarta, Anggada adalah salah satu tokoh wayang yang berwujud kera berbulu merah. Dia anak tunggal Resi Subali, Raja kera dari Kerajaan Guwakiskenda, sedangkan ibunya seorang bidadari bernama Dewi Tara. itulah sebabnya, ia juga disebut Subaliputra atau Subalisuta.

Ketika Anggada masih bayi, ayahnya tewas dipanah oleh Ramawijaya pada saat sedang perang tanding melawan Sugriwa, adiknya. Mereka berkelahi karena kesalahpahaman. Setelah ayahnya meninggal ibunya kawin dengan Sugriwa. Anggada yang masih bocah diasuh dan dididik dengan penuh kasih sayang oleh Sugriwa.

Dalam cerita Ramayana dikisahkan Anggada ikut berperang di pihak Prabu Ramawijaya dari Kerajaan Ayodya. Ketika itu berperang mélawan pasukan Raksasa dari Kerajaan Alengka yang dipimpin oleh Prabu Rahwana. Walaupun usianya masih muda oleh Prabu Sugriwa, Anggada dipercaya sebagai salah satu Senapati pasukan kera dari Guwakiskenda yang membantu Prabu Ramawijaya.

Ketika Prabu Ramawijaya merasa sudah cukup kuat untuk menggempur Alengka. Ia mengutus Anggada untuk menghadap Prabu Dasamuka. Tugas Anggada adalah sebagai Duta Rama, untuk menjajaki kekuatan Alengka, sekaligus memberikan ultimatum.

Dengan membawa dari mandat Prabu Ramawijaya, Anggada mengajukan pilihan pada Raja Alengka itu, apakah bersedia membebaskan Dewi Sinta secara sukarela atau tetap bersikukuh mempertahankannya. Jika Raja Rahwana atau Dasamuka tetap mempertahankan Dewi Sinta maka akan terjadi perang.

Prabu Dasamuka bukannya menanggapi pilihan itu, dia malah mengingatkan bahwa sesungguhnya Anggada adalah keponakannya.  Dewi Tara, ibu Anggada adalah adik Dewi Tari, istri Dasamuka. Prabu Dasamuka juga mengingatkan bahwa ayah Anggada, yaitu Resi Subali, adalah guru Dasamuka,

Dengan demikian Dasamuka adalah murid ayahnya. Lagipula, Resi Subali tewas karena dibunuh oleh Ramawijaya yang bersekutu dengan Sugriwa. Hasutan Prabu Dasamuka ini akhirnya bisa mempengaruhi pendirian Anggada. Apalagi ketika itu Prabu Dasamuka sengaja menghidangkan berbagal minuman yang memabukkan pada Anggada.

Oleha karena itu Anggada kembali ke markas pasukan Rama di Suwelagiri. dengan dada penuh dendam. Sesampainya di Suwelagiri, tempat perkemahan pasukan Prabu Ramawijaya. Anggada langsung mengamuk dan mulutnya yang berbau arak merancau, berteriak-teriak mengancam Prabu Ramawijaya. Sugriwa dengan sigap bersama dengan Anoman segera datang untuk meringkusnya.

Anoman bahkan mengguyurnya dengan air dingin supaya pengaruh minuman keras tersebut hilang dari otaknya yang sudah diracun oleh Rahwana. Prabu Sugriwa kemudian menjelaskan bahwa Prabu Ramawijaya membunuh Resi Subali semata-mata karena mengemban tugas dari para Dewa. Oleh  para Dewa Resi Subali dipersalahkan karena telah mengajarkan ilmu Aji Pancasona kepada Rahwana, yang diketahui selama ini selalu melakukan tindakan angkara murka.

Usaha Sugriwa untuk menyadarkan kembali Anggada akhirnya berhasil. Putra Subali itu akhirnya sadar dan insyaf bahwa ia sudah dihasut oleh Dasamuka. Permohonan maafnya dikabulkan Ramawijaya. Kisah pewayangan itu diceritakan dalam lakon “Anggada Balik”.

Jasa Anggada cukup banyak dalam memenangkan perang melawan tentara raksasa Kerajaan Aiengka diantaranya adalah, Anggada dapat membunuh Aswani Kumba, putra Senapati Alengka, Kumbakarna. Ketika putra Prabu Dasamuka, yaitu indrajit, maju ke medan perang.  Anggada turun ke medan perang untuk menghadapinya. Indrajit akhirnya mati terkena panah Laksmana. Atas jasa-jasanya dalam membantu Prabu Ramawijaya dalam memenangkan peperangan untuk membebaskan Dewi Sinta, Ia mendapat tambahan nama menjadi Jaya Anggada

Anggada juga pernah menyelamatkan Prabu Ramawijaya dari percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh Dasawikrama, salah seorang anak Prabu Dasamuka. Sewaktu Ramawijaya sedang tidur, Dasawikrama yang disusupi arwah Dasamuka, datang hendak membunuhnya. Anggada yang sebelumnya telah curiga akhirnya memergokinya dan segera mencegah serta membunuh anak Dasamuka tersebut. Kelak ketika Prabu Sugriwa meninggal, Anggada menggantikan kedudukan pamannya menjadi raja di Kerajaan Guwakiskenda,

Pada pedalangan Jawa Timur, ibu Anggada bukan Dewi Tara, meiainkan Dewi Mindarada. Dalam lakon Anggada Balik, bersama Dasawikrama, anak prabu Dasamuka, Anggada berencana hendak membunuh Prejanggalawa  (anak Ramawiyaya). Tindakan makar ini disebabkan karena Anggada terbujuk oleh hasutan Prabu Dasamuka. Untuk menghalangi maksud buruk itu, Prabu Ramawijaya menugaskan Anoman dan Patih Anila untuk berjaga-jaga. Dalam peperangan yang kemudian terjadi Anggada berhasil membunuh Patih Anila, tetapi kemudian ia pun tewas di tangan Anoman. Selain itu Anoman juga berhasil membunuh Dasawikrama.

Lakon-lakon dalam cerita pewayangan yang melibatkan Anggada di antaranya adalah:

  1. Anggada Duta,
  2. Anggada Balik,
  3. Rama Tambak,
  4. Brubuh Alengka,
  5. Rama Nitis.

Referensi

  1. Ensiklopedia Wayang Purwa I, Dirjen Kesenian dan Kebudayaan Dinas Pendidikan
  2. Drs. Sholikin, Dr. Suyanto,S.Kar, M.A, Sumari S.Sn, M.M, Ensiklopedia Wayang Indonesia, Bandung. PT. Sarana Panca Karya Nusa. SENA WANGI
  3. Sumari, Almanak Wayang Indonesia, Jakarta. Prenadamedia Group.
  4. Amir, Hazim. 1994. Nilai-nilai Etis dalam Wayang Kulit Purwa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
  5. Dewabrata, Wisnu. 2011. Superhero Wayang.Yogyakarta: Crop Circle Crop.
  6. Guritno,  Pandam.  1988.  Wayang: Kebudayaan Indonesia dan Pancasila. Jakarta: UI Press.
  7. Koesoemadinata, M.I.P. 2013. “Wayang Kulit Cirebon: Warison Diplomasi Seni Budaya
  8. Hadiatmaja, S. dan Endah, K. 2010. Filsafat Jawa. Yogyakarta: Kanwa Publisher.
  9. Marsaid,  A.  2016.  “Islam  dan  Kebudayaan: Wayang sebagai Media Pendidikan Islam di Nusantara.” Jurnal Kontemplasi 4, no. 1 tahun 2016. Hlm. 102-130.
  10. Mulyono,   Sri.   1989.   Wayang dan Filsafat Nusantara. Jakarta: Gunung Agung.
  11. Murtiyoso, B. 2017. “Fungsi dan Peran Pagelaran Wayang Purwa Bagi Pendidikan
  12. Nurgiyantoro, B. 2011. “Wayang Dan Pengembangan Karakter Bangsa.” Jurnal Pendidikan Karakter 1, no. 1, Oktober 2011. Hlm. 18-34.
  13. Sedyawati,    Edy.    1981.    Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.
  14. Sunarto.  1989.  Wayang Kulit Purwa Gaya Yogyakarta: Sebuat Tinjauan entang bentuk, ukiran sunggingan. Jakarta: Balai Pustaka.
  15. .  2006.  “Pengaruh  Islam  dalam Perwujudan Wayang Kulit Purwa.” Jurnal Seni Rupa dan Desain. No. 3, November 2006. Hlm. 40-51.
  16. .  2009.  Wayang Kulit Purwa, dalam Pandangan Sosio-Budaya. Yogyakarta: Arindo Offset.
  17. Soetarno dan Sarwanto. 2010. Wayang Kulit dan Perkembangannya. Solo: ISI Press.

https://www.laduni.id/post/read/517696/serial-tokoh-wayang-anggada.html