Daftar Isi Biografi Nyai Hj. Siti Suryani Thahir
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga
1.3 Wafat
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Pendidikan
2.2 Guru-guru
3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1 Mendirikan Maj’lis Taklim
3.2 Merubah Paradigma Perempuan
4. Karya-Karya Beliau
5. Referensi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
Nyai Hj. Siti Suryani Thahir merupakan seorang Ulama perempuan asal Betawi yang mendirikan sebuah majelis taklim khusus ibu-ibu, di Jakarta. Yakni Majelis Taklim Kaum Ibu Attahiriyah (MTKIA). Beliau melakukan pemberdayaan perempuan, khususnya kaum ibu, untuk mengembangkan pengetahuan keagamaan.
1.1 Lahir
Beliau lahir di Jakarta, 1 Januari 1940 dari pasangan KH. M. Thahir Rohili dan Hj. Salbiyah Ramli. Orang tua beliau adalah pendiri sekaligus pemilik perguruan Islam yang bernaung di bawah Yayasan Addiniyah Attahiriyah. (Rakhmad Zailani Kiki, Genealogi Intelektual Ulama Betawi: Melacak Jaringan Ulama Betawi dan Awal Abad Ke-9 sampai Abad Ke-21. Jakarta Islamic Center, 2018).
1.2 Riwayat Keluarga
Nyai Hj. Suryani menikah dengan Syatiri Ahmad, seorang sarjana dari IAIN Sunan Kalijaga yang mendapat beasiswa untuk studi di Universitas Al-Azhar. Nyai Hj. Suryani dan suami menetap di Mesir untuk menimba ilmu bersama.
1.3 Wafat
Nyai Hj. Suryani wafat di RS Premier Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu pagi tanggal 5 September 2015.
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Pendidikan
Nyai Hj. Suryani menempuh pendidikan formal dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi pada lembaga pendidikan Islam. Sejak usia tujuh tahun, beliau bersekolah di Madrasah Diniyah Awaliyah As-Syafi’iyah di Jalan Bali Matraman, Tebet, Jakarta Selatan. Beliau mendapat bimbingan langsung dari Muallim KH. Abdullah Syafi’i. Beliau kemudian melanjutkan pendidikan beliau di Madrasah Tsanawiyah Diniyah Putri Padang Panjang, Sumatra Barat, pada 1953. Lalu, Nyai Hj. Suryani menempuh pendidikan di Madrasah Mualimat, Tanah Tinggi, Jakarta, pada 1958. Setelah menamatkan seluruh jenjang pendidikan formalnya di Indonesia, Beliau lantas meneruskan pendidikan selama delapan tahun di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Nyai Hj. Suryani kuliah di Kuliyatu Ii Al-Banat jurusan Dirasah Islamiyah.
2.2 Guru-guru Beliau
- KH. M. Thahir Rohili (ayah),
- Hj. Salbiyah Ramli (ibu),
- KH. Abdullah Syafi’i.
3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1 Mendirikan Majlis Ta’lim
Sepulang beliau dari Mesir, beliau membuka ta’lim dengan sederhana di rumah. Semula, majelis ta’lim itu hanya diikuti sekitar 12 orang. Namun seiring waktu berjalan, jamaah beliau semakin banyak, bahkan tersebar di pelosok Jakarta dan sekitarnya. Melihat perkembangan jamaah yang sangat pesat itu, Nyai Hj. Suryani akhirnya meresmikan pendirian Majelis Ta’lim Kaum Ibu Attahiriyah atau disingkat MTKIA.
Dikutip dari situs resmi Jakarta Islamic Center (Nyai Hj. Siti Suryani Thahir), MTKIA di bawah bimbingan Nyai Hj. Suryani memiliki pola pengajaran dan pendekatan yang berbeda dari para pengkaji kitab kuning yang lain. Biasanya, di dalam pengajian kitab kuning seorang murid hanya akan mendengarkan penjelasan dari guru. Sementara Nyai Hj. Suryani membikin pola dengan cara memberikan kesempatan kepada jamaah untuk membaca sendiri kitab kuning yang menjadi bahan pengajian. Kemudian, beliau akan memberikan penjelasan dan diadakan dialog interaktif.
Selain pengajian kitab kuning,Nyai Hj. Suryani juga memberikan ilmu-ilmu lain kepada jama’ah. Bersama suami beliau, Nyai Hj. Suryani ikut mengembangkan pendidikan agama dengan mendirikan kursus bahasa Arab dan Islam. Beliau juga mendirikan Universitas Atthahiriyah (UNIAT) Jakarta dan Biro Perjalanan Haji dan Umrah.
3.2 Merubah Paradigma Perempuan
Dari majelis ta’lim itu, Nyai Hj Suryani telah berhasil melakukan perjuangan untuk mencerdaskan kaum ibu melalui pendekatan yang lebih efektif. Dari forum MTKIA, banyak terlahir para asatidzah yang handal dan mampu mengembangkan dakwah kepada kaum ibu di kampung-kampung tempat tinggal mereka masing-masing. Nyai Hj. Suryani berhasil mengubah paradigma kultur daerah yang memandang kaum perempuan dengan posisi rendah.
Beliau sukses mendobrak kultur masyarakat yang membatasi ruang gerak perempuan di dunia pendidikan menjadi lebih aktif, berilmu, dan berdaya. Selain itu, berkat MTKIA, perempuan memiliki nilai tawar dalam pengumpulan dan dukungan suara, khususnya di Jakarta. Perempuan bisa memiliki kesempatan untuk menjadi penentu kebijakan yang setara dengan kaum laki-laki, berkat kekuatan MTKIA.
Beliau telah menciptakan kultur ‘perempuan majelis ta’lim’ di Indonesia. Kini, berkat kegigihan dan ketekunan Nyai Hj Suryani, pengajian majelis taklim sangat erat kaitannya dengan perempuan, terutama kaum ibu, yang berasal dari berbagai kalangan dan strata sosial.
Nyai Hj. Siti Suryani Thahir pernah dicalonkan sebagai salah satu ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) dari kalangan perempuan dalam Munas 2013, bersama dua tokoh lainnya, yakni Hj, Tutty Alawiyah (pimpinan Perguruan Islam Asy-Syafiiyah Jakarta) dan Prof. Zakiah Daradjat (Profesor Psikologi Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta). Namun, setelah melalui berbagai musyawarah, Prof. Zakiah Daradjat yang terpilih, sementara kedua nama lainnya diposisikan sebagai anggota.
4. Karya-Karya Beliau
Selain merintis dan mengembangkan majelis ta’lim untuk kaum ibu di Jakarta. Nyai Hj Siti Suryani Thahir juga memiliki banyak karya tulisan. Beberapa di antara karya yang ditulisnya adalah;
- Masdar Al-Akhlaq: Sumber Budi Pekerti,
- 38 Kiat Menghapus Dosa,
- Susunan Ibadah di Saat Bangun Malam,
- Hembusan Segar: Kumpulan Firman Allah dalam Hadis Qudsi,
- Mutiara Baiduri Manikan di Balik Kisah Yusuf As,
- Fadhilah Qayam Al-Layl.
5. Referensi
Sumber: https:// www.nu.or.id/fragmen/hj-siti-suryani-thahir-ulama-betawi-pendiri-majelis-taklim-kaum-ibu-di-jakarta-0Qc1z