Laduni.ID, Jakarta – Banyak kisah yang menjelaskan hubungan baik Nabi Muhammad SAW dengan kaum Yahudi dan Nasrani. Nabi Muhammad SAW memberikan teladan kepada umat Islam agar berbuat baik kepada orang lain, meskipun berbeda keyakinan seperti orang Yahudi dan Nasrani. Beliau pernah menyuapi seorang Yahudi miskin dan buta di jalanan, meskipun setiap hari beliau dicaci oleh orang Yahudi tersebut. Bahkan salah satu istri beliau adalah dari golongan kaum Yahudi, yakni Shafiyah binti Huyay. Begitu juga hubungan baik dengan orang Nasrani. Rasulullah SAW tidak pernah menghina kaum Nasrani. Beliau juga mempunyai istri dari seorang penganut Nasrani yang bernama Mariyah Al-Qibtiyah. Tetapi mereka kemudian masuk Islam ketika menjadi istri Nabi Muhammad SAW. Hal itu terjadi, tidak lain adalah karena keindahan akhlak Nabi Muhammad SAW dalam menjalin hubungan.
Akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Qur’an. Pernyataan ini disampaikan secara tegas oleh Sayyidah Aisyah ketika ditanya perihal perangai Nabi Muhammad SAW.
Tetapi memang tidak bisa dipungkiri, di antara orang Yahudi dan Nasrani masih banyak yang tidak menerima risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammd SAW. Mereka tetap bersikeras bahwa kebenaran hanyalah ada pada pihak mereka.
Betapapun demikian, sebagaimana anjuran Al-Qur’an, Rasulullah SAW mendebat atau membantah pernyataan-pernyataan bohong mereka itu dengan cara yang baik. Allah SWT berfirman:
وَلَا تُجَادِلُوْٓا اَهْلَ الْكِتٰبِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۖ اِلَّا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْهُمْ وَقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِالَّذِيْٓ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَاُنْزِلَ اِلَيْكُمْ وَاِلٰهُنَا وَاِلٰهُكُمْ وَاحِدٌ وَّنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ وَكَذٰلِكَ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَۗ فَالَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖۚ وَمِنْ هٰٓؤُلَاۤءِ مَنْ يُّؤْمِنُ بِهٖۗ وَمَا يَجْحَدُ بِاٰيٰتِنَآ اِلَّا الْكٰفِرُوْنَ
“Janganlah kamu mendebat Ahlulkitab melainkan dengan cara yang lebih baik, kecuali terhadap orang-orang yang berbuat zalim di antara mereka. Katakanlah, “Kami beriman pada (kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu. Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu. Hanya kepada-Nya kami berserah diri. Demikianlah Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu. Adapun orang-orang yang telah Kami berikan Kitab (Taurat dan Injil), mereka beriman kepadanya (Al-Qur’an). Di antara mereka (orang-orang kafir Makkah), ada (pula) yang beriman kepadanya. Tidaklah mengingkari ayat-ayat Kami, kecuali orang-orang kafir.” (QS. Al-Ankabut: 46-47)
Memang sikap keras kepala orang-orang Yahudi dan Nasrani yang tidak menerima kehadiran Islam itu sulit dihilangkan. Bahkan mereka dinyatakan dalam Al-Qur’an secara jelas tidak pernah rela dengan Nabi Muhammad SAW untuk selamanya, sebagaimana terekam di dalam Surat Al-Baqarah ayat 120 berikut ini:
وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ الْهُدٰى ۗ وَلَىِٕنِ اتَّبَعْتَ اَهْوَاۤءَهُمْ بَعْدَ الَّذِيْ جَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu (Nabi Muhammad) sehingga engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Sungguh, jika engkau mengikuti hawa nafsu mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak ada bagimu pelindung dan penolong dari (azab) Allah.”
Ayat di atas menjelaskan tentang watak orang Yahudi dan Nasrani yang bersikeras tidak menerima kehadiran Islam. Meski mereka tidak pernah rela jika umat Islam tidak mengikuti mereka, tapi lihatlah bertapa akhlak Nabi Muhammad SAW tetap tercermin baik kepada mereka, sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Al-Qur’an memberikan petunjuk agar menegaskan bahwa satu-satunya pentunjuk adalah petunjuk dari Allah SWT, bukan dari mereka.
Dalam ayat lain, Al-Qur’an menegaskan adanya pernyataan bohong orang Yahudi dan Nasrani tentang suatu petunjuk yang dimilikinya. Mengenai hal ini Allah SWT berfirman:
وَقَالُوْا كُوْنُوْا هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى تَهْتَدُوْا ۗ قُلْ بَلْ مِلَّةَ اِبْرٰهٖمَ حَنِيْفًا ۗوَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
“Dan mereka berkata: Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk. Katakanlah : Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik.” (QS. Al-Baqarah: 135)
Tidak berhenti di sini, mereka kaum Yahudi dan Nasrani yang tak pernah menerima Nabi Muhammad sebagai utusan Allah SWT sebagai nabi dan rasul terakhir, terus menyebarkan kebohongan dan hasutan agar orang-orang Islam mengikuti mereka. Tetapi hasutan itu tak akan pernah berhasil selamanya. Sesuai petunjuk Allah SWT, Nabi Muhammad SAW selalu bisa membalik pernyataan keliru orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Meskipun mereka orang Yahudi dan Nasrani mengaku bahwa selain mereka tidak akan masuk surga, tetapi mereka sama sekali tidak pernah bisa membuktikan kebenaran pernyataan tersebut.
وَقَالُوْا لَنْ يَّدْخُلَ الْجَنَّةَ اِلَّا مَنْ كَانَ هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى ۗ تِلْكَ اَمَانِيُّهُمْ ۗ قُلْ هَاتُوْا بُرْهَانَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani. Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah: 111)
Bantahan yang kemudian dilontarkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana diajarkan Al-Qur’an tersebut tidak pernah bisa dijawab oleh mereka kaum Yahudi dan Nasrani.
Dari sini, kita belajar bagaimana cara membantah mereka kaum Yahudi dan Nasrani yang tidak menerima risalah yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW. Dan pada saat yang sama kita juga belajar bagaimana akhlak luhur yang diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi orang-orang keras kepala yang tidak menerima Islam itu. []
Penulis: Abd. Hakim Abidin
Editor: Kholaf